Kabupaten Bogor (ANTARA) - Komisi IV DPR RI memberikan dukungan atas pengembangan bank hayati atau biobanking di Taman Safari Indonesia (TSI), Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
"Sehingga apabila terjadi kepunahan, melalui biologi molekuler satwa-satwa ini bisa dikembangbiakkan kembali, ibaratnya seperti kloning," kata Anggota Komisi IV DPR RI Ravindra Airlangga saat kunjungan kerja di TSI Bogor, Senin.
Menurutnya, bentuk dukungan itu akan diwujudkan dalam Rancangan Undang-Undang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (RUU KSDAHE) sebagai revisi dari UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Legislator asal daerah pemilihan (Dapil) Kabupaten Bogor itu menjelaskan bahwa biobanking berfungsi menyimpan sampel genetik berupa sel somatik atau lainnya yang menjadi benteng perlindungan terakhir satwa-satwa liar.
"Ketika terjadi kondisi terparah, maka bank biologis ini menjadi benteng terakhir bahwa spesies ini bisa hadir kembali," jelasnya.
Ravindra menyebutkan, revisi UU No 5 Tahun 1990 juga akan menguatkan Taman Safari Bogor sebagai lembaga konservasi yang mampu mengembangbiakkan satwa-satwa liar. "Contohnya harimau yang sudah terperangkap kehilangan anggota tubuhnya, apabila dibiarkan tidak akan survive di alam liar, sehingga harus dibawa ke penangkaran, dan direhabilitasi di Taman Safari ini," terang Ravindra.
"Alhamdulillah harimau sumatra mereka sudah beranak di sini yang sudah ditangkarkan," tambahnya.
Sementara, Direktur TSI Jansen Manansang di tempat yang sama mengatakan bahwa pihaknya menyampaikan sejumlah aspirasi kepada rombongan Komisi IV DPR RI. "Ada dua saya usulkan, yaitu satu harus dijaga populasi lingkungannya dan keamanannya ditingkatkan. Kedua bagaimana dengan cara teknologi yaitu ART, Assisted Reproductive Technology," kata Jansen.
Ia mengaku telah memaparkan sejumlah upaya untuk melindungi populasi di hadapan para anggota dewan yang kedatangannya dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi. Jansen menjelaskan, mengenai teknologi reproduksi, TSI telah memiliki bank sperma untuk mengembangbiakkan satwa-satwa yang hampir punah.
"Nah (bank sperma) ini akan melindungi badak-badak yang mati di Indonesia hidup kembali," terang Jansen yang juga merupakan Ketua Yayasan Badak Indonesia.
Baca juga: Pemkab Bogor beri Taman Safari Piala Panca Karsa Pariwisata
Baca juga: Seekor gajah lahir di Puncak Bogor diberi nama Covid
Menurutnya, konservasi sperma tersebut penting untuk pelestarian hewan-hewan langka. Sehingga harus menjadi perhatian bagi pemerintah dan masuk dalam RUU KSDAHE yang sedang dibahas DPR RI. "Dengan bulunya aja itu bisa di-create dari pada spermanya. Sehingga harimau yang tidak ada seperti bali, jawa kalau ada spesimen itu bisa berkembang biak, itu teknologi tinggi," papar Jansen.
"Sehingga apabila terjadi kepunahan, melalui biologi molekuler satwa-satwa ini bisa dikembangbiakkan kembali, ibaratnya seperti kloning," kata Anggota Komisi IV DPR RI Ravindra Airlangga saat kunjungan kerja di TSI Bogor, Senin.
Menurutnya, bentuk dukungan itu akan diwujudkan dalam Rancangan Undang-Undang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (RUU KSDAHE) sebagai revisi dari UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Legislator asal daerah pemilihan (Dapil) Kabupaten Bogor itu menjelaskan bahwa biobanking berfungsi menyimpan sampel genetik berupa sel somatik atau lainnya yang menjadi benteng perlindungan terakhir satwa-satwa liar.
"Ketika terjadi kondisi terparah, maka bank biologis ini menjadi benteng terakhir bahwa spesies ini bisa hadir kembali," jelasnya.
Ravindra menyebutkan, revisi UU No 5 Tahun 1990 juga akan menguatkan Taman Safari Bogor sebagai lembaga konservasi yang mampu mengembangbiakkan satwa-satwa liar. "Contohnya harimau yang sudah terperangkap kehilangan anggota tubuhnya, apabila dibiarkan tidak akan survive di alam liar, sehingga harus dibawa ke penangkaran, dan direhabilitasi di Taman Safari ini," terang Ravindra.
"Alhamdulillah harimau sumatra mereka sudah beranak di sini yang sudah ditangkarkan," tambahnya.
Sementara, Direktur TSI Jansen Manansang di tempat yang sama mengatakan bahwa pihaknya menyampaikan sejumlah aspirasi kepada rombongan Komisi IV DPR RI. "Ada dua saya usulkan, yaitu satu harus dijaga populasi lingkungannya dan keamanannya ditingkatkan. Kedua bagaimana dengan cara teknologi yaitu ART, Assisted Reproductive Technology," kata Jansen.
Ia mengaku telah memaparkan sejumlah upaya untuk melindungi populasi di hadapan para anggota dewan yang kedatangannya dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi. Jansen menjelaskan, mengenai teknologi reproduksi, TSI telah memiliki bank sperma untuk mengembangbiakkan satwa-satwa yang hampir punah.
"Nah (bank sperma) ini akan melindungi badak-badak yang mati di Indonesia hidup kembali," terang Jansen yang juga merupakan Ketua Yayasan Badak Indonesia.
Baca juga: Pemkab Bogor beri Taman Safari Piala Panca Karsa Pariwisata
Baca juga: Seekor gajah lahir di Puncak Bogor diberi nama Covid
Menurutnya, konservasi sperma tersebut penting untuk pelestarian hewan-hewan langka. Sehingga harus menjadi perhatian bagi pemerintah dan masuk dalam RUU KSDAHE yang sedang dibahas DPR RI. "Dengan bulunya aja itu bisa di-create dari pada spermanya. Sehingga harimau yang tidak ada seperti bali, jawa kalau ada spesimen itu bisa berkembang biak, itu teknologi tinggi," papar Jansen.