Mataram, (Antara NTB) - PT Bank NTB terus berupaya menggenjot pertumbuhan dana pihak ketiga dari Kantor Cabang Surabaya untuk memenuhi permintaan kredit yang terus mengalami peningkatan di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Direktur Utama PT Bank NTB Komari Subakir di Mataram, Jumat, mengatakan "Loan to Deposit Ratio" di Nusa Tenggara Barat (NTB), relatif tinggi, sehingga bank-bank yang beroperasi di daerah mengambil dana dari kantor pusatnya untuk memenuhi permintaan tersebut.
"Bank NTB juga mencoba menghimpun dana pihak ketiga (DPK) dari luar NTB. Makanya, kami membuka kantor cabang di Surabaya, yang khusus menghimpun DPK, tidak untuk menyalurkan kredit di daerah itu, tapi untuk memenuhi kebutuhan kredit di NTB," katanya.
"Loan to Deposit Ratio" (LDR) adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber.
PT Bank NTB sudah membuka Kantor Cabang Surabaya, sejak 1 April 2013 dengan tujuan mempermudah masyarakat NTB yang ada di Jawa Timur, bertransaksi karena sistem Bank NTB sudah "online".
Subakir menyebutkan jumlah DPK yang berhasil dihimpun Bank NTB mencapai Rp4.09 triliun hingga akhir 2014.
Angka tersebut meningkat 29,82 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,15 triliun.
Sementara total kredit yang disalurkan hingga akhir 2014, sebesar Rp4,08 triliun, meningkat 22,71 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,33 triliun.
"Permintaan kredit terus mengalami pertumbuha dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, harus diimbangi dengan peningkatan pengelolaan DPK," ujarnya.
Dalam rangka pengembangan bisnis ke depan, kata dia, maka program inisiatif strategis akan terus dilaksanakan secara berkelanjutan.
Terkait dengan kredit program, Bank NTB akan terus meningkatkan pembiayaan kepada usaha produktif yang merupakan kredit program yang masih berjalan seperti kredit usaha rakyat (KUR), kredit ketahanan pangan dan energi (KKPE), serta kredit infrastruktur yang ada di masing-masing kabupaten/kota se-NTB.
Untuk peningkatan pembiayaan, lanjut Subakir, perusahaannya akan terus berupaya memaksimalkan DPK Retail (low cost) seperti tabungan dan deposito retail melalui program revitalisasi tabungan msyarakat bumi gora (Tambora).
"Selain itu, mendorong pertumbuhan produk-produk tabungan lainnya, baik konvensional maupun syariah dengan penajaman implementasi `sales plan` masing-masing kantor cabang," katanya. (*)
Direktur Utama PT Bank NTB Komari Subakir di Mataram, Jumat, mengatakan "Loan to Deposit Ratio" di Nusa Tenggara Barat (NTB), relatif tinggi, sehingga bank-bank yang beroperasi di daerah mengambil dana dari kantor pusatnya untuk memenuhi permintaan tersebut.
"Bank NTB juga mencoba menghimpun dana pihak ketiga (DPK) dari luar NTB. Makanya, kami membuka kantor cabang di Surabaya, yang khusus menghimpun DPK, tidak untuk menyalurkan kredit di daerah itu, tapi untuk memenuhi kebutuhan kredit di NTB," katanya.
"Loan to Deposit Ratio" (LDR) adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber.
PT Bank NTB sudah membuka Kantor Cabang Surabaya, sejak 1 April 2013 dengan tujuan mempermudah masyarakat NTB yang ada di Jawa Timur, bertransaksi karena sistem Bank NTB sudah "online".
Subakir menyebutkan jumlah DPK yang berhasil dihimpun Bank NTB mencapai Rp4.09 triliun hingga akhir 2014.
Angka tersebut meningkat 29,82 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,15 triliun.
Sementara total kredit yang disalurkan hingga akhir 2014, sebesar Rp4,08 triliun, meningkat 22,71 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,33 triliun.
"Permintaan kredit terus mengalami pertumbuha dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, harus diimbangi dengan peningkatan pengelolaan DPK," ujarnya.
Dalam rangka pengembangan bisnis ke depan, kata dia, maka program inisiatif strategis akan terus dilaksanakan secara berkelanjutan.
Terkait dengan kredit program, Bank NTB akan terus meningkatkan pembiayaan kepada usaha produktif yang merupakan kredit program yang masih berjalan seperti kredit usaha rakyat (KUR), kredit ketahanan pangan dan energi (KKPE), serta kredit infrastruktur yang ada di masing-masing kabupaten/kota se-NTB.
Untuk peningkatan pembiayaan, lanjut Subakir, perusahaannya akan terus berupaya memaksimalkan DPK Retail (low cost) seperti tabungan dan deposito retail melalui program revitalisasi tabungan msyarakat bumi gora (Tambora).
"Selain itu, mendorong pertumbuhan produk-produk tabungan lainnya, baik konvensional maupun syariah dengan penajaman implementasi `sales plan` masing-masing kantor cabang," katanya. (*)