Mataram, (Antara NTB)- Harga gabah petani di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat saat ini berkisar Rp3.400 hingga Rp3.500 per kilogram atau di bawah harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp3.700 per kilogram.
Kepala Dinas Pertanian Kelautan dan Perikanan Kota Mataram H Mutawalli di Mataram, Jumat, mengatakan, penurunan harga gabah petani ini disebabkan kualitas gabah yang kurang baik, sehingga para pengusaha hanya berani membeli dengan harga maksimal Rp3.500 per kilogram.
"Dengan harga gabah di bawah HPP tersebut tentu akan mengakibatkan kerugian para petani di daerah," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Bulog Divre NTB agar Bulog membeli semua gabah petani sesuai HPP.
Akan tetapi, dari hasil koordinasi itu Bulog menyatakan tidak bisa membeli gabah petani secara keseluruhan, dengan alasan daya tampung di gudang BUMN itu hanya 90 ribu ton.
Selain itu, anggaran yang tersedia di Bulong mampu membeli sebanyak 10 persen gabah petani. Ia mengatakan, kondisi ini memang terjadi pada semua daerah di NTB.
Oleh karena itu, lanjut Mutawalli, pihaknya juga melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi NTB untuk mencari solusi terhadap harga gabah tersebut.
"Kami dari kabupaten/kota se-NTB sudah sepakat mengusulkan hal ini ke pemerintah, agar pemerintah membeli gabah petani sesuai HPP dan tidak hanya 10 persen melainkan 20-30 persen, agar petani tidak merugi," katanya.
Pola lain yang ditawarkan adalah, Bulog terlebih dahulu bisa menggunakan anggaran daerah untuk membeli gabah petani.
"Upaya-upaya itu masih dalam tahap pembicaraan ditingkat pemerintah. Kita berharap pemerintah bisa menyelamatkan petani di daerah," ujarnya.
Menurutnya, total hasil panen padi petani di Kota Mataram pada bulan ini mencapai sekitar 3.600 ton dari sekitar 7.000 hektare sawah yang sudah dipanen.
Sementara luas sawah produktif di Kota Mataram saat ini sekitar 2.100 hektare, dengan target produksi padi sebanyak 28 ribu ton.(*)
Kepala Dinas Pertanian Kelautan dan Perikanan Kota Mataram H Mutawalli di Mataram, Jumat, mengatakan, penurunan harga gabah petani ini disebabkan kualitas gabah yang kurang baik, sehingga para pengusaha hanya berani membeli dengan harga maksimal Rp3.500 per kilogram.
"Dengan harga gabah di bawah HPP tersebut tentu akan mengakibatkan kerugian para petani di daerah," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Bulog Divre NTB agar Bulog membeli semua gabah petani sesuai HPP.
Akan tetapi, dari hasil koordinasi itu Bulog menyatakan tidak bisa membeli gabah petani secara keseluruhan, dengan alasan daya tampung di gudang BUMN itu hanya 90 ribu ton.
Selain itu, anggaran yang tersedia di Bulong mampu membeli sebanyak 10 persen gabah petani. Ia mengatakan, kondisi ini memang terjadi pada semua daerah di NTB.
Oleh karena itu, lanjut Mutawalli, pihaknya juga melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi NTB untuk mencari solusi terhadap harga gabah tersebut.
"Kami dari kabupaten/kota se-NTB sudah sepakat mengusulkan hal ini ke pemerintah, agar pemerintah membeli gabah petani sesuai HPP dan tidak hanya 10 persen melainkan 20-30 persen, agar petani tidak merugi," katanya.
Pola lain yang ditawarkan adalah, Bulog terlebih dahulu bisa menggunakan anggaran daerah untuk membeli gabah petani.
"Upaya-upaya itu masih dalam tahap pembicaraan ditingkat pemerintah. Kita berharap pemerintah bisa menyelamatkan petani di daerah," ujarnya.
Menurutnya, total hasil panen padi petani di Kota Mataram pada bulan ini mencapai sekitar 3.600 ton dari sekitar 7.000 hektare sawah yang sudah dipanen.
Sementara luas sawah produktif di Kota Mataram saat ini sekitar 2.100 hektare, dengan target produksi padi sebanyak 28 ribu ton.(*)