Mataram, (Antara NTB)- Kepala Bidang Perikanan Dinas Pertanian Kelautan dan Perikanan Kota Mataram Emir Abdullah Rumain menyebutkan, produksi perikanan keramba di kota itu rata-rata mencapai lima ton per tahun.
"Namun, jumlah itu belum bisa memenuhi kebutuhan konsumsi ikan air tawar di Mataram yang mencapai 211 ton per tahun," katanya di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin.
Emir mengatakan, kebutuhan konsumsi ikan air tawar di Kota Mataram banyak didatangkan dari luar kota terutama dari Kabupaten Lombok Barat.
Sementara untuk terus mendukung peningkatan produksi ikan air tawar, pemerintah kota menggalakkan program budidaya ikan air tawar dengan menggunakan keramba besi pada empat aliran sungai yang melintas di ibu kota provinsi itu.
"Kita memanfaatkan empat aliran sungai yang ada karena empat sungai yang melintas di Kota Mataram itu tidak pernah kering," katanya.
Selain itu, lanjutnya, pemanfaatkan aliran sungai ini dinilai efektif, karena tidak mengurangi luas lahan pertanian yang ada.
"Kalau kita menerapkan dengan pola budidaya kolam, maka petani membutuhkan lahan pertanian untuk dijadikan kolam, sementara lahan kita sangat terbatas," ujarnya.
Menurutnya, dalam mengembangkan budidaya ikan air tawar jenis nila dan karper dengan menggunakan keramba besi, pihaknya memanfaatkan warga yang tinggal di pingggir sungai.
Caranya, kata dia, dengan memberikan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dan mengajak mereka agar mau memanfaatkan aliran sungai sebagai ladang usaha budidaya ikan air tawar.
Hasilnya, program budidaya ikan air tawar dengan menggunakan keramba besi pada aliran sungai sejak 2010 hingga kini sudah semakin berkembang dan terdapat sekitar 12 kelompok yang dinilai rata-rata sudah mandiri.
Emir menyebutkan, memang untuk tahap awal setelah pihaknya memberikan pembinaan, para kelompok diberikan bantuan berupa satu unit keramba besi, beserta 2.000 bibit ikan air tawar dan pakannya sebanyak dua kuintal.
"Dengan bermodalkan itu, ketika panen pertama kelompok bisa langsung menjualnya dan hasil penjualannya menjadi modal awal lagi untuk mereka melakukan budidaya," katanya.
Beberapa kelompok budidaya ikan air tawar keramba yang sudah maju antara lain di kawasan Kekalik, Lendang Rei, dan Karang Baru.
"Kelompok-kelompok yang dinilai maju dan mandiri akan kita motivasi terus dengan memberikan bantuan keramba, bibit dan pakan. Seperti di Kekalik saat ini kembali kita bantu dua unit keramba karena mereka termasuk berhasil melakukan budidaya," katanya.
Emir menyebutkan, setiap tahun rata-rata keramba besi yang disalurkan ke masyarakat sekitar 10 hingga 14 unit. Untuk tahun 2015 ini pihaknya telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp200 juta untuk membuat sekitar 14 unit keramba besi yang akan disalurkan kepada kelompok budidaya di pinggir sungai. (*)
"Namun, jumlah itu belum bisa memenuhi kebutuhan konsumsi ikan air tawar di Mataram yang mencapai 211 ton per tahun," katanya di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin.
Emir mengatakan, kebutuhan konsumsi ikan air tawar di Kota Mataram banyak didatangkan dari luar kota terutama dari Kabupaten Lombok Barat.
Sementara untuk terus mendukung peningkatan produksi ikan air tawar, pemerintah kota menggalakkan program budidaya ikan air tawar dengan menggunakan keramba besi pada empat aliran sungai yang melintas di ibu kota provinsi itu.
"Kita memanfaatkan empat aliran sungai yang ada karena empat sungai yang melintas di Kota Mataram itu tidak pernah kering," katanya.
Selain itu, lanjutnya, pemanfaatkan aliran sungai ini dinilai efektif, karena tidak mengurangi luas lahan pertanian yang ada.
"Kalau kita menerapkan dengan pola budidaya kolam, maka petani membutuhkan lahan pertanian untuk dijadikan kolam, sementara lahan kita sangat terbatas," ujarnya.
Menurutnya, dalam mengembangkan budidaya ikan air tawar jenis nila dan karper dengan menggunakan keramba besi, pihaknya memanfaatkan warga yang tinggal di pingggir sungai.
Caranya, kata dia, dengan memberikan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dan mengajak mereka agar mau memanfaatkan aliran sungai sebagai ladang usaha budidaya ikan air tawar.
Hasilnya, program budidaya ikan air tawar dengan menggunakan keramba besi pada aliran sungai sejak 2010 hingga kini sudah semakin berkembang dan terdapat sekitar 12 kelompok yang dinilai rata-rata sudah mandiri.
Emir menyebutkan, memang untuk tahap awal setelah pihaknya memberikan pembinaan, para kelompok diberikan bantuan berupa satu unit keramba besi, beserta 2.000 bibit ikan air tawar dan pakannya sebanyak dua kuintal.
"Dengan bermodalkan itu, ketika panen pertama kelompok bisa langsung menjualnya dan hasil penjualannya menjadi modal awal lagi untuk mereka melakukan budidaya," katanya.
Beberapa kelompok budidaya ikan air tawar keramba yang sudah maju antara lain di kawasan Kekalik, Lendang Rei, dan Karang Baru.
"Kelompok-kelompok yang dinilai maju dan mandiri akan kita motivasi terus dengan memberikan bantuan keramba, bibit dan pakan. Seperti di Kekalik saat ini kembali kita bantu dua unit keramba karena mereka termasuk berhasil melakukan budidaya," katanya.
Emir menyebutkan, setiap tahun rata-rata keramba besi yang disalurkan ke masyarakat sekitar 10 hingga 14 unit. Untuk tahun 2015 ini pihaknya telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp200 juta untuk membuat sekitar 14 unit keramba besi yang akan disalurkan kepada kelompok budidaya di pinggir sungai. (*)