Mataram (ANTARA) - Bupati Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat Djohan Sjamsu mengaku berkeinginan menggantikan angkutan tradisional Cidomo yang selama ini melayani wisatawan di Gili Trawangan dengan kendaraan listrik.
"Memang itu keinginan kita dari dulu mengganti Cidomo dengan mobil listrik seperti yang dipakai di lapangan golf. Kan kendaraan (golf cart, red) itu juga nggak ada polusi," ujarnya di Mataram, Kamis (27/7).
Ia menyatakan keinginan menggantikan angkutan tradisional Cidomo dengan kendaraan listrik ini tidak terlepas dari keinginan wisatawan terutama wisatawan mancanegara yang menganggap penggunaan Cidomo menyiksa binatang. "Kita memang takut juga dengan binatang, karena orang Barat ndak senang karena dianggap menyiksa binatang," ujarnya.
Menurut Djohan Sjamsu, masyarakat tidak perlu khawatir akan kehilangan pekerjaan dan pendapatan bila rencana itu dilakukan. Karena, seluruh pengelolaannya akan diserahkan kepada pengusaha ataupun masyarakat lokal setempat. "Tentu kita berikan kesempatan kepada pengusaha lokal yang mengelola. Tidak pengusaha besar langsung masuk tapi pengusaha lokal kita berikan prioritas yang mengelola nanti. Supaya tidak kehilangan usaha maksud saya," jelasnya.
Selain dikelola oleh pengusaha atau masyarakat lokal, untuk pengemudi kendaraan listrik juga nanti diserahkan kepada masyarakat setempat. "Tentu pengemudi-nya orang lokal bukan wisatawan. Apalagi jalan Gili Trawangan juga tidak terlalu lebar dan luas, sehingga tidak bisa wisatawan sendiri yang bawa," kata Djohan.
Kemudian disinggung bila rencana itu jadi direalisasikan, kemana cidomo-cidomo yang ada di Gili Trawangan akan dipindahkan. Bupati menegaskan Cidomo yang ada akan dipindah ke tempat lain dan diserahkan kepada siapa yang berminat menggunakan. "Kita pindahkan ke tempat lain, mana yang mau pakai. Pasti ada orang butuh nanti," ujarnya.
Hal yang sama ketika disinggung apakah rencana mengganti Cidomo dengan kendaraan listrik tidak menghilangkan ciri khas lokal Gili Trawangan. Bupati mengaku bahwa keinginan itu lebih kepada persoalan keamanan dan kenyamanan wisatawan. "Kalau saya tidak terlalu bagaimana. Karena paling utama itu soal keamanan dan kenyamanan-nya," terang Djohan Sjamsu.
Selain mengganti cidomo dengan kendaraan listrik, pihaknya juga berencana membatasi penggunaan sepeda listrik di destinasi pariwisata andalan di NTB itu. "Tidak ada pelarangan, hanya saja jumlahnya yang dibatasi. Sekali lagi supaya masyarakat Gili Trawangan punya usaha. Kalau nanti pengusaha besar di situ mereka saja yang hidup tapi kita ingin masyarakat lokal yang dihidupkan," jelasnya.
Tak hanya itu pihaknya juga meminta pemilik hotel tidak menyediakan sepeda listrik, namun diserahkan kepada masyarakat yang mengelola. "Kita tidak ingin karena kalau begitu nanti masyarakat tidak dapat rizki. Yang kita mau itu kita bagi-bagi rizki gitu loh," katanya.
Baca juga: Bupati sayangkan sikap penolakan pemasangan hidran di Gili Trawangan Lombok
Baca juga: Ribuan turis asing mengunjungi Gili Trawangan
Diketahui di Pulau Lombok, terdapat modal transportasi unik yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Cidomo namanya, kendaraan sejenis delman ini juga kerap digunakan oleh para wisatawan untuk mengantar ke berbagai lokasi wisata yang ada di NTB. Cidomo sendiri merupakan akronim dari cikar, dokar, dan mobil. Alat transportasi ini berbentuk kereta penumpang dengan menggunakan dua ban mobil dan ditarik seekor kuda.
"Memang itu keinginan kita dari dulu mengganti Cidomo dengan mobil listrik seperti yang dipakai di lapangan golf. Kan kendaraan (golf cart, red) itu juga nggak ada polusi," ujarnya di Mataram, Kamis (27/7).
Ia menyatakan keinginan menggantikan angkutan tradisional Cidomo dengan kendaraan listrik ini tidak terlepas dari keinginan wisatawan terutama wisatawan mancanegara yang menganggap penggunaan Cidomo menyiksa binatang. "Kita memang takut juga dengan binatang, karena orang Barat ndak senang karena dianggap menyiksa binatang," ujarnya.
Menurut Djohan Sjamsu, masyarakat tidak perlu khawatir akan kehilangan pekerjaan dan pendapatan bila rencana itu dilakukan. Karena, seluruh pengelolaannya akan diserahkan kepada pengusaha ataupun masyarakat lokal setempat. "Tentu kita berikan kesempatan kepada pengusaha lokal yang mengelola. Tidak pengusaha besar langsung masuk tapi pengusaha lokal kita berikan prioritas yang mengelola nanti. Supaya tidak kehilangan usaha maksud saya," jelasnya.
Selain dikelola oleh pengusaha atau masyarakat lokal, untuk pengemudi kendaraan listrik juga nanti diserahkan kepada masyarakat setempat. "Tentu pengemudi-nya orang lokal bukan wisatawan. Apalagi jalan Gili Trawangan juga tidak terlalu lebar dan luas, sehingga tidak bisa wisatawan sendiri yang bawa," kata Djohan.
Kemudian disinggung bila rencana itu jadi direalisasikan, kemana cidomo-cidomo yang ada di Gili Trawangan akan dipindahkan. Bupati menegaskan Cidomo yang ada akan dipindah ke tempat lain dan diserahkan kepada siapa yang berminat menggunakan. "Kita pindahkan ke tempat lain, mana yang mau pakai. Pasti ada orang butuh nanti," ujarnya.
Hal yang sama ketika disinggung apakah rencana mengganti Cidomo dengan kendaraan listrik tidak menghilangkan ciri khas lokal Gili Trawangan. Bupati mengaku bahwa keinginan itu lebih kepada persoalan keamanan dan kenyamanan wisatawan. "Kalau saya tidak terlalu bagaimana. Karena paling utama itu soal keamanan dan kenyamanan-nya," terang Djohan Sjamsu.
Selain mengganti cidomo dengan kendaraan listrik, pihaknya juga berencana membatasi penggunaan sepeda listrik di destinasi pariwisata andalan di NTB itu. "Tidak ada pelarangan, hanya saja jumlahnya yang dibatasi. Sekali lagi supaya masyarakat Gili Trawangan punya usaha. Kalau nanti pengusaha besar di situ mereka saja yang hidup tapi kita ingin masyarakat lokal yang dihidupkan," jelasnya.
Tak hanya itu pihaknya juga meminta pemilik hotel tidak menyediakan sepeda listrik, namun diserahkan kepada masyarakat yang mengelola. "Kita tidak ingin karena kalau begitu nanti masyarakat tidak dapat rizki. Yang kita mau itu kita bagi-bagi rizki gitu loh," katanya.
Baca juga: Bupati sayangkan sikap penolakan pemasangan hidran di Gili Trawangan Lombok
Baca juga: Ribuan turis asing mengunjungi Gili Trawangan
Diketahui di Pulau Lombok, terdapat modal transportasi unik yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Cidomo namanya, kendaraan sejenis delman ini juga kerap digunakan oleh para wisatawan untuk mengantar ke berbagai lokasi wisata yang ada di NTB. Cidomo sendiri merupakan akronim dari cikar, dokar, dan mobil. Alat transportasi ini berbentuk kereta penumpang dengan menggunakan dua ban mobil dan ditarik seekor kuda.