Mataram (Antara NTB) - Komite Nasional Pemuda Indonesia Nusa Tenggara Barat terus mendorong pemuda untuk mampu menciptakan lapangan pekerjaan sebagai bentuk kontribusi dalam mengisi kemerdekaan Republik Indonesia yang sudah mencapai 70 tahun.
Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Nusa Tenggara Barat (NTB) Sulhan Mukhlis Ibrahim di Mataram, Senin menilai pemuda harus berani menjadi seorang wirausaha di tengah terbatasnya peluang kerja di instansi pemerintah dan swasta.
"KNPI berkewajiban memotivasi pemuda untuk mengambil peran mengisi kemerdekaan dengan berbagai cara positif, termasuk melatih mereka menjadi seorang wira usaha. Itu ada dalam program kerja kami," katanya.
Menurut Sulhan, ada disorientasi pendidikan di kalangan masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda.
Banyak generasi muda diarahkan untuk menjadi sarjana, namun begitu selesai dan menjadi sarjana mereka justru banyak menjadi tenaga kerja keluar negeri.
Tokoh pemuda yang juga menjadi Wakil Ketua DPRD Lombok Barat ini berpendapat pendidikan pemuda harus diarahkan ke pendidikan yang mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, bukan pendidikan yang menunggu dan mencari pekerjaan.
Dia mencontohkan untuk pemuda yang ekonominya menengah harusnya diarahkan pendidikan ke sekolah keahlian atau kejuruan (SMK atau diploma), sehingga begitu selesai mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
Untuk kalangan ekonomi menengah ke atas, baru diarahkan pada sekolah-sekolah lanjutan SLTA kemudian kuliah sarjana dan bila perlu sampai mendapat gelar doktor.
"Dengan begitu, mereka menjadi profesional di bidangnnya. Itu salah satu bentuk dan cara mengisi kemerdekaan dan pengabdian kepada negara. Tidak menjadi beban sosial di masyarakat ketika mereka sudah menyelesaikan pendidikan tingkat tinggi," ujar Sulhan.
Selain faktor pendidikan, kata dia, pemuda saat ini juga dipengaruhi oleh faktor pergaulan atau jaringan. Faktor ini juga sangat menentukan kesuksesan pemuda.
Sulhan berharap kemampuan pemuda untuk membangun kecerdasan emosional (moral dan mental) seimbang dengan membangun kecerdasan intelektual (IQ).
Karakter pemuda yang cerdas emosional dan intelektual tersebut akan mampu bersaing menjadi calon peminpin masa depan.
Untuk mewujudkan itu, menurut Sulhan, peran pemerintah dan masyarakat dalam memberikan ruang dan kepercayaan kepada generasi muda untuk bisa berkiprah sangat dibutuhkan.
"Pemerintah juga jangan apatis terhadap gerakan-gerakan pemuda yang ingin menunjukkan jati dirinya, termasuk memperjuangkan haknya menjadi seorang wira usaha," katanya. (*)
Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Nusa Tenggara Barat (NTB) Sulhan Mukhlis Ibrahim di Mataram, Senin menilai pemuda harus berani menjadi seorang wirausaha di tengah terbatasnya peluang kerja di instansi pemerintah dan swasta.
"KNPI berkewajiban memotivasi pemuda untuk mengambil peran mengisi kemerdekaan dengan berbagai cara positif, termasuk melatih mereka menjadi seorang wira usaha. Itu ada dalam program kerja kami," katanya.
Menurut Sulhan, ada disorientasi pendidikan di kalangan masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda.
Banyak generasi muda diarahkan untuk menjadi sarjana, namun begitu selesai dan menjadi sarjana mereka justru banyak menjadi tenaga kerja keluar negeri.
Tokoh pemuda yang juga menjadi Wakil Ketua DPRD Lombok Barat ini berpendapat pendidikan pemuda harus diarahkan ke pendidikan yang mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, bukan pendidikan yang menunggu dan mencari pekerjaan.
Dia mencontohkan untuk pemuda yang ekonominya menengah harusnya diarahkan pendidikan ke sekolah keahlian atau kejuruan (SMK atau diploma), sehingga begitu selesai mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
Untuk kalangan ekonomi menengah ke atas, baru diarahkan pada sekolah-sekolah lanjutan SLTA kemudian kuliah sarjana dan bila perlu sampai mendapat gelar doktor.
"Dengan begitu, mereka menjadi profesional di bidangnnya. Itu salah satu bentuk dan cara mengisi kemerdekaan dan pengabdian kepada negara. Tidak menjadi beban sosial di masyarakat ketika mereka sudah menyelesaikan pendidikan tingkat tinggi," ujar Sulhan.
Selain faktor pendidikan, kata dia, pemuda saat ini juga dipengaruhi oleh faktor pergaulan atau jaringan. Faktor ini juga sangat menentukan kesuksesan pemuda.
Sulhan berharap kemampuan pemuda untuk membangun kecerdasan emosional (moral dan mental) seimbang dengan membangun kecerdasan intelektual (IQ).
Karakter pemuda yang cerdas emosional dan intelektual tersebut akan mampu bersaing menjadi calon peminpin masa depan.
Untuk mewujudkan itu, menurut Sulhan, peran pemerintah dan masyarakat dalam memberikan ruang dan kepercayaan kepada generasi muda untuk bisa berkiprah sangat dibutuhkan.
"Pemerintah juga jangan apatis terhadap gerakan-gerakan pemuda yang ingin menunjukkan jati dirinya, termasuk memperjuangkan haknya menjadi seorang wira usaha," katanya. (*)