New York (ANTARA) - Dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), dan sempat mencapai level tertinggi sembilan bulan terhadap yen Jepang, karena investor menunggu data penting yang akan dirilis akhir pekan ini dan mewaspadai potensi intervensi untuk menopang mata uang Jepang.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,02 persen menjadi 104,0567 pada akhir perdagangan. Dolar AS dibeli 146,5060 yen Jepang, mencapai level tertinggi sembilan bulan pada Senin (28/8/2023), lebih tinggi dari 146,3690 yen Jepang pada sesi sebelumnya.
Gubernur Bank Sentral Jepang Kazuo Ueda mengatakan pada Sabtu (26/8/2023) bahwa ia akan mempertahankan pendekatan kebijakan moneter saat ini, karena inflasi di Jepang masih "sedikit di bawah" target 2,0 persen.
Pada simposium ekonomi tahunan di Jackson Hole, Wyoming, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mempertahankan nada yang sedikit hawkish pada Jumat lalu (25/8/2023), mengindikasikan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut karena inflasi yang terus tinggi. Namun, ia juga mengakui bahwa tekanan harga telah sedikit mereda dan menyebutkan bahwa The Fed akan mengambil pendekatan yang hati-hati mengenai apakah akan melakukan pengetatan kebijakan lebih lanjut.
Greenback telah menguat dalam beberapa pekan terakhir karena ekspektasi bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama mengingat perekonomian tetap tangguh. Investor juga meningkatkan spekulasi bahwa bank sentral AS dapat menaikkan suku bunga lagi tahun ini setelah Ketua Fed Jerome Powell mengatakan pada Jumat (25/8/2023) bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut mungkin diperlukan untuk meredam inflasi yang masih terlalu tinggi, dan juga berjanji untuk berhati-hati dalam pertemuan mendatang.
Pasar memperkirakan peluang sebesar 79 persen bagi The Fed untuk tetap bertahan di bulan depan, menurut alat FedWatch CME Group, namun kemungkinan kenaikan suku bunga sebesar 25 atau 50 basis poin pada November kini mencapai 62 persen, dibandingkan 43 persen pada bulan sebelumnya.
Sementara itu, aktivitas pabrik Texas mengalami kontraksi pada Agustus, menurut Survei Prospek Manufaktur Texas pada Senin (28/8/2023). Indeks produksi, yang merupakan ukuran utama kondisi manufaktur negara bagian itu, turun enam poin menjadi minus 11,2, level terendah sejak Mei 2020, menurut survei tersebut. Langkah-langkah pasar tenaga kerja menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja yang lebih lambat dan jam kerja yang lebih pendek pada Agustus. Namun, dolar AS tidak mengalami banyak fluktuasi setelah laporan tersebut.
Baca juga: Kurs dolar Amerika Serikat bertahan hampir datar
Baca juga: Dolar AS melonjak setelah Powell isyaratkan suku bunga lebih tinggi
Pada akhir perdagangan New York, euro meningkat menjadi 1,0812 dolar AS dari 1,0808 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris meningkat menjadi 1,2600 dolar AS dari 1,2596 dolar AS. Dolar AS meningkat menjadi 0,8840 franc Swiss dari 0,8838 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3604 dolar Kanada dari 1,3591 dolar Kanada. Dolar AS melemah menjadi 10,9973 krona Swedia dari 11,0306 krona Swedia.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,02 persen menjadi 104,0567 pada akhir perdagangan. Dolar AS dibeli 146,5060 yen Jepang, mencapai level tertinggi sembilan bulan pada Senin (28/8/2023), lebih tinggi dari 146,3690 yen Jepang pada sesi sebelumnya.
Gubernur Bank Sentral Jepang Kazuo Ueda mengatakan pada Sabtu (26/8/2023) bahwa ia akan mempertahankan pendekatan kebijakan moneter saat ini, karena inflasi di Jepang masih "sedikit di bawah" target 2,0 persen.
Pada simposium ekonomi tahunan di Jackson Hole, Wyoming, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mempertahankan nada yang sedikit hawkish pada Jumat lalu (25/8/2023), mengindikasikan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut karena inflasi yang terus tinggi. Namun, ia juga mengakui bahwa tekanan harga telah sedikit mereda dan menyebutkan bahwa The Fed akan mengambil pendekatan yang hati-hati mengenai apakah akan melakukan pengetatan kebijakan lebih lanjut.
Greenback telah menguat dalam beberapa pekan terakhir karena ekspektasi bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama mengingat perekonomian tetap tangguh. Investor juga meningkatkan spekulasi bahwa bank sentral AS dapat menaikkan suku bunga lagi tahun ini setelah Ketua Fed Jerome Powell mengatakan pada Jumat (25/8/2023) bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut mungkin diperlukan untuk meredam inflasi yang masih terlalu tinggi, dan juga berjanji untuk berhati-hati dalam pertemuan mendatang.
Pasar memperkirakan peluang sebesar 79 persen bagi The Fed untuk tetap bertahan di bulan depan, menurut alat FedWatch CME Group, namun kemungkinan kenaikan suku bunga sebesar 25 atau 50 basis poin pada November kini mencapai 62 persen, dibandingkan 43 persen pada bulan sebelumnya.
Sementara itu, aktivitas pabrik Texas mengalami kontraksi pada Agustus, menurut Survei Prospek Manufaktur Texas pada Senin (28/8/2023). Indeks produksi, yang merupakan ukuran utama kondisi manufaktur negara bagian itu, turun enam poin menjadi minus 11,2, level terendah sejak Mei 2020, menurut survei tersebut. Langkah-langkah pasar tenaga kerja menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja yang lebih lambat dan jam kerja yang lebih pendek pada Agustus. Namun, dolar AS tidak mengalami banyak fluktuasi setelah laporan tersebut.
Baca juga: Kurs dolar Amerika Serikat bertahan hampir datar
Baca juga: Dolar AS melonjak setelah Powell isyaratkan suku bunga lebih tinggi
Pada akhir perdagangan New York, euro meningkat menjadi 1,0812 dolar AS dari 1,0808 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris meningkat menjadi 1,2600 dolar AS dari 1,2596 dolar AS. Dolar AS meningkat menjadi 0,8840 franc Swiss dari 0,8838 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3604 dolar Kanada dari 1,3591 dolar Kanada. Dolar AS melemah menjadi 10,9973 krona Swedia dari 11,0306 krona Swedia.