Palu (ANTARA) - Kementerian Agama (Kemenag) mendukung Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Sulawesi Tengah, melindungi mahasiswa perguruan tinggi itu dari bahaya penyebaran faham intoleransi dan radikalisme.
"Perlindungan terhadap mahasiswa dari bahaya radikalisme harus terus digencarkan," kata Staf Khusus Menteri Agama Bidang Toleransi, Radikalisme dan Pesantren, Mohammad Nurruzzaman, di Palu, Rabu.
Nurruzzaman mewakili Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan kuliah umum semester ganjil tahun akademik 2023/2024 yang diselenggarakan oleh UIN Datokarama dihadiri oleh civitas akademik perguruan tinggi tersebut.
Di hadapan para civitas akademik UIN Datokarama, Nurruzzaman mengemukakan bahwa kemajuan sistem informasi teknologi memudahkan semua orang untuk mengakses informasi sesuai kebutuhan.
Kehadiran teknologi informasi juga menjadi peluang besar kelompok - kelompok penganut radikalisme untuk menyebarluaskan fahamnya. Maka, ujar dia, terdapat tiga kelompok yang rentan terpapar radikalisme yaitu warga perkotaan, perempuan, dan anak muda.
Ia menguraikan, berdasarkan sensus penduduk tahun 2020 generasi Z mencapai 27,94 persen dari total 270 juta jiwa penduduk Indonesia, sedangkan generasi millenial mencapai 25,87 persen.
"Artinya jika digabungkan maka seluruhnya 53,81 persen, lebih dari separuh jumlah penduduk Indonesia. Jika mereka ini tidak segera dibentengi dari penyebaran ideologi radikalisme maka hal itu bisa menjadi ancaman serius bagi masa depan bangsa dan negara ini," kata dia.
Oleh karena itu, kelompok millenial dan generasi Z rentan terpapar intoleransi dan radikalisme. Hal ini karena salah satu ciri dan karakteristik kalangan millenial dan generasi Z adalah sangat melek terhadap teknologi informasi dan media sosial. "Kalangan millenial menghabiskan waktu sembilan jam di dunia maya," ujarnya.
Dengan demikian, pengetahuan mereka lebih didominasi oleh informasi yang didapat dari dunia maya. Termasuk pengetahuan tentang agama. "Mereka bertanya tentang agama di dunia maya," ungkapnya.
Baca juga: Kemenag Lombok Tengah membentuk relawan moderasi beragama
Baca juga: MOOC Pintar jangkau ratusan ribu peserta dalam setahun
Sementara berdasarkan survei bahwa konten keagamaan di media sosial 87 persen isinya tentang intoleransi, radikal dan teror. "Maka para akademisi UIN Datokarama Palu harus lebih menggencarkan pendidikan dan pengajaran serta menyediakan informasi mengenai keagamaan lewat teknologi informasi dan media sosial," sebutnya. Sementara itu, Rektor UIN Datokarama Palu Profesor Sagaf S Pettalongi mengemukakan bahwa pencegahan radikalisme di kalangan perguruan tinggi menjadi prioritas utama UIN Palu.
"Perlindungan terhadap mahasiswa dari bahaya radikalisme harus terus digencarkan," kata Staf Khusus Menteri Agama Bidang Toleransi, Radikalisme dan Pesantren, Mohammad Nurruzzaman, di Palu, Rabu.
Nurruzzaman mewakili Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan kuliah umum semester ganjil tahun akademik 2023/2024 yang diselenggarakan oleh UIN Datokarama dihadiri oleh civitas akademik perguruan tinggi tersebut.
Di hadapan para civitas akademik UIN Datokarama, Nurruzzaman mengemukakan bahwa kemajuan sistem informasi teknologi memudahkan semua orang untuk mengakses informasi sesuai kebutuhan.
Kehadiran teknologi informasi juga menjadi peluang besar kelompok - kelompok penganut radikalisme untuk menyebarluaskan fahamnya. Maka, ujar dia, terdapat tiga kelompok yang rentan terpapar radikalisme yaitu warga perkotaan, perempuan, dan anak muda.
Ia menguraikan, berdasarkan sensus penduduk tahun 2020 generasi Z mencapai 27,94 persen dari total 270 juta jiwa penduduk Indonesia, sedangkan generasi millenial mencapai 25,87 persen.
"Artinya jika digabungkan maka seluruhnya 53,81 persen, lebih dari separuh jumlah penduduk Indonesia. Jika mereka ini tidak segera dibentengi dari penyebaran ideologi radikalisme maka hal itu bisa menjadi ancaman serius bagi masa depan bangsa dan negara ini," kata dia.
Oleh karena itu, kelompok millenial dan generasi Z rentan terpapar intoleransi dan radikalisme. Hal ini karena salah satu ciri dan karakteristik kalangan millenial dan generasi Z adalah sangat melek terhadap teknologi informasi dan media sosial. "Kalangan millenial menghabiskan waktu sembilan jam di dunia maya," ujarnya.
Dengan demikian, pengetahuan mereka lebih didominasi oleh informasi yang didapat dari dunia maya. Termasuk pengetahuan tentang agama. "Mereka bertanya tentang agama di dunia maya," ungkapnya.
Baca juga: Kemenag Lombok Tengah membentuk relawan moderasi beragama
Baca juga: MOOC Pintar jangkau ratusan ribu peserta dalam setahun
Sementara berdasarkan survei bahwa konten keagamaan di media sosial 87 persen isinya tentang intoleransi, radikal dan teror. "Maka para akademisi UIN Datokarama Palu harus lebih menggencarkan pendidikan dan pengajaran serta menyediakan informasi mengenai keagamaan lewat teknologi informasi dan media sosial," sebutnya. Sementara itu, Rektor UIN Datokarama Palu Profesor Sagaf S Pettalongi mengemukakan bahwa pencegahan radikalisme di kalangan perguruan tinggi menjadi prioritas utama UIN Palu.