Mataram, (Antara NTB) - Pemilihan kepala daerah akan digelar secara serentak 9 Desember termasuk di sejumlah kabupaten kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Berbagai upaya telah dan sedang dilakukan guna menyukseskan pesta demokrasi lima tahunan itu.
Khusus di Kota Mataram dua pasangan akan berlaga pada pilkada tersebut, yakni pasangan calon petahana Ahyar Abduh-Mohan Roliskana yang mengusung "tagline" AMAN serta pasangan Salman-Jana Hamdiana atau SAHAJA.
Menjelang pelaksanaan pesta demokrasi pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Mataram itu muncul kekhawatiran kemungkinan banyak warga yang tidak menggunakan hak pilih atau yang dikenal dengan "golput" (golongan putih), terutama dari kalangan pemilih pemula.
Di Ibu Kota Provinsi NTB ini jumlah pemilih pemula mencapai lebih dari 4.000 orang. Secara keseluruhan jumlah pemilih yang masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT) Pilkada Kota Mataram mencapai 295.345 pemilih.
Karena itu para pemilih yang baru kali pertama menggunakan hak pilih atau pemilih pemula itu akan menjadi sasaran untuk menekan angka golput dalam pemilihan kepala daerah serentak ini.
"Pemilih pemula ini menjadi sasaran favorit karena mereka sangat rentan memilih golput atau tidak menyaluran hak demokrasinya. Mereka rentan menjadi golput karena cenderung suka ikut-ikutan dan cepat terpengaruh dengan ajakan dari teman sebayanya," kata Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishub Kominfo) Kota Mataram Khalid.
Untuk menekan angka golput pada Pilkada serentak, Pemerintah Kota Mataram bersama Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Mataram terus menggencarkan sosialisasi pilkada dengan memprioritaskan pemilih pemula.
Pemerintah Kota Mataram melalui Dishub Kominfo bekerja sama dengan Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informasi, Jumat (22/10), menggelar diskusi publik dengan pemilih pemula yang akan berpartisipasi untuk pertama kalinya dalam Pilkada 2015.
Diskusi publik dengan pemilih pemula itu mengambil tema "Cerdas dan Ikut Berpartisipasi Menjadi Pemilih Muda".
Diskusi itu dihadiri segenap perwakilan siswa tingkat SMA sederajat dan perwakilan mahasiswa dari perguruan tinggi negeri maupun swasta se-Kota Mataram.
Diskusi publik berjalan cukup seru, menghadirkan tiga narasumber yakni, anggota Komisi I DPR RI Muhammad Syafrudin, anggota KPU RI Ferry Kurnia Rizkiansyah serta ahli komunikasi dan pemerhati politik Dr Kadri.
"Diskusi ini sangat penting untuk memberikan pendidikan politik dan menekan angka golput dari para pemilih muda Kota Mataram dalam rentang usia 17-23 tahun," kata Khalid usai pembukaan diskusi tersebut.
Ia mengatakan pemilih muda khususnya pemilih pemula yang baru akan memiliki pengalaman memilih kali pertama harus memiliki dasar yang baik tentang pentingnya menggunakan hak suara dalam pemilihan umum.
"Jangan sampai pemilih muda tidak bisa menjadi pemilih yang cerdas atau bahkan tidak memilih," katanya.
Menurut Khalid, secara psikologis pemilih muda memiliki karakteristik tersendiri yang cukup kondusif untuk membangun pemilih cerdas, yakni yang memiliki pertimbangan rasional dalam menentukan pilihannya.
"Mereka memiliki peran strategis, dan dapat berpartisipasi menentukan kondisi daerah dalam lima tahun ke depan untuk perubahan ke arah yang lebih baik. bukan hanya ikut memilih tapi juga memberikan pilihan kepada calon pemimpin yang berkualitas," katanya.
Oleh karena itu, katanya, para pemilih pemula diharapkan mampu menyerluaskan informasi yang didapat dalam diskusi kepada keluarga, tetangga, teman-teman, dan mengajak mereka untuk tidak golput.
Khalid menilai, kegiatan Pilkada Kota Mataram rentan golput. Untuk itu, berbagai upaya antisipasi terus dilakukan oleh pemerintah setempat.
"Indikasi golput dalam Pilkada Kota Mataram cukup banyak, sehingga kita terus berpartisipasi menyosialisasikan pilkada kepada pemilih terutama pemilih pemula agar menggunakan hak pilih mereka," katanya.
Karena itu, dia menilai, diskusi pemilih pemula itu tepat dilaksanakan di Kota Mataram, sebab pilkada di Kota Mataram rentan golput mengingat adanya dua pasangan calon kepala daerah namun keduanya adalah kader yang berasal dari partai politik yang sama.
Dua pasangan yang bertanding yaitu adalah pasangan Ahyar Abduh-Mohan Roliskana atau paket "AMAN" adalah Ketua DPD Partai Golkar Mataram, namun diusung koalisi partai politik di luar Partai Golkar yakni, PKS, Nasdem, PKPI, Hanura, PAN, dan PKB.
Sementara pasangan Salman-Jana Hamdiana merupakan pengurus DPD Partai Golkar Kota Mataram yang diusung oleh Partai Golkar.
Dengan demikian, dua pasangan yang berlaga dalam Pilkada Kota Mataram ini adalah pimpinan partai politik dengan pengurus partai politik yang sama.
"Karena itu, kami tidak ingin menyebut berapa prediksi persentase golput nanti, tetapi kita terus berupaya menyosialisasikan pilkada untuk menekan golput," ujar Khalid.
Sosialisasi yang digelar Dishub Kominfo Kota Mataram, kata dia, sudah dilakukan baik secara terpadu dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait maupun secara sendiri sebagai corong informasi pemerintah kota.
Menurut Khalid SKPD yang dilibatkan saat melakukan sosialisasi tergantung dari sasaran sosialisasi. Artinya, jika sasarannya pemilih pemula maka Dishub Kominfo melibatkan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga.
"Sementara jika sosialisasi itu menyasar masyarakat umum, kami melibatkan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol)," ujarnya.
Lebih Parah
Berdasarkan data yang ada, angka golput pada Pilpres 2014 mencapai 29,8 persen, lebih parah dibanding Pilpres 2009 yang hanya 27,7 persen, bahkan lebih buruk dibanding Pilpres 2004 yang hanya mencapai 24 persen.
"Selalu meningkatnya angka golput dari tahun ke tahun dapat menurunkan kualitas pemimpin yang dipilih nantinya, selain itu menandakan buruknya demokrasi," katanya.
Karena itu, diharapkan dengan sosialisasi yang telah dilakukan termasuk diskusi publik pemilih pemula ini, mampu menekan angka golput dan merealisasikan target partisipasi pemilih dalam pilkada sebesar 80 persen.
Sebelumnya, pada Sabtu (10/10) Bakesbangpol Mataram juga telah melakukan sosialisasi kepada 300 orang perwakilan pemilih pemula di Kota Mataram.
Kepala Bidang Politik dan Bina Ideologi Bakesbangpol Kota Mataram I Putu Juniartha mengatakan sosialisasi pilkada ke pemilih pemula dimaksudkan agar generasi penerus bangsa itu dapat menggunakan hak demokrasi untuk menentukan pilihannya sesuai dengan hati nurani mereka.
"Kita harus mampu mengubah pola pikir generasi muda agar mereka tidak ikut terpengaruh dengan teman mereka, apalagi sampai mereka goput sebab pemilih pemula ini cenderung suka ikut-ikutan," katanya.
Ia mengatakan, penekanan perubahan pola pikir sebenarnya sudah diajarkan melalui mata pelajaran PPKN di bangku sekolah tetapi pengembangan dan penekanannya kurang maksimal.
Untuk itu, generasi penerus bangsa diharapkan memanfaatkan haknya selaku pemilih pemula untuk menentukan pilihan terbaik menurut mereka.
"Jangan sampai mereka terprovokasi oleh pihak-pihak lain, sebab yang rugi mereka sendiri. Apa artinya uang yang Rp50 ribu atau Rp100 ribu tetapi Kota Mataram kehidupannya tidak kondusif akibat politik uang," kata Juniartha.
Dalam kesempatan itu, ia menekankan para pemilih pemula untuk ikut berperan aktif selain datang ke tempat pemungutan suara (TPS), juga untuk menyebarluaskaan informasi pilkada minimal di lingkungan sekolah, bila perlu di lingkungan tempat tinggal sebagai upaya meningkatkan angka partisipasi pemilih.
"Pemilih pemula merupakan kader penerus, kesuksesan suatu generasi muda tergantung pada dirinya sendiri, karena itu kita harus mengubah pola pikir," kata Juniartha.
Di samping itu, katanya, untuk mencapai target tingkat partisipasi pemilih, pihaknya melibatkan sejumlah forum kemasyarakatan untuk menyosialisasikan kegiatan pilkada.
Sejumlah forum yang dilibatkan itu antara lain, forum kerukunan antarumat beragama (FKUB), forum kebangsaan dan forum kewaspadaan dini masyarakat (FKDM).
"Forum-forum tersebut beranggotakan perwakilan masyarakat dari unsur agama, suku, dan etnis yang ada di kota ini," katanya.
Forum kemasyarakatan diperankan melakukan sosialisasi lebih intensif kepada pemilih pemula, warga pendatang, agar tidak mudik sebelum menyalurkan hak pilihnya, mengingat pada tanggal 9 Desember akan dinyatakan sebagai hari libur.
"Kita sangat berharap pemilih yang sudah terdata dalam DPS bisa datang ke tempat pemungutan suara tanggal 9 Desember 2015 dan menyalurkan hak pilihnya mulai pukul 07.00 hingga pukul 13.00 WITA," katanya.
Menurut dia, selain sosialisasi, keberadaan forum tersebut juga akan mencatat bebagai peristiwa penting yang ada di masing-masing lingkungan untuk ditindaklanjuti atau dikoordinasikan dengan forum koordinasi pimpinan daerah (FKPD).
Ketua KPU Kota Mataram M Ainul Asikin mengatakan, pihaknya tidak bisa memprediksi angka golput dalam Pikada Desember mendatang.
"Kita hanya bisa menargetkan tingkat partisipasi pemilih sebesar 80 persen dari daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak 295.345 orang," katanya.
Untuk mencapai target itu, KPU juga gencar melakukan sosialisasi, baik kepada pemilih pemula maupun ke masyarakat secara umum yang sudah memiliki hak pilih.
Bahkan pada Sabtu (24/10), KPU telah menjadwalkan dua kegiatan sosialisasi pilkada yakni bagi tokoh agama dan tokoh masyarakat melalui FKUB di Kantor Kementerian Agama Kota Mataram.
Selain itu, sosialisasi juga diberikan kepada pemilih pemula dari kalangan pelajar, mahasiswa yang tergabung dalam KNPI di gedung PKK Provinsi NTB.
"Sosialisasi kami lakukan juga dengan gerak jalan sehat pada Minggu (11/10) melibatkan 1.600 peserta dengan rute sekitar enam kilometar dan melewati perkampugan padat penduduk," katanya.
Kegiatan-kegiatan lainnya juga akan terus dilakukan dan dihajatkan untuk sosialisasi pilkada guna menekan angka golput dan mecapai target partisipasi pemilih.
Berbagai ikhtiar yang dilakukan itu untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terutama dari kalangan pemilih pemula akan arti pentingnya menggunakan hak pilihnya pada pesta demokrasi lima tahunan itu.(*)
Khusus di Kota Mataram dua pasangan akan berlaga pada pilkada tersebut, yakni pasangan calon petahana Ahyar Abduh-Mohan Roliskana yang mengusung "tagline" AMAN serta pasangan Salman-Jana Hamdiana atau SAHAJA.
Menjelang pelaksanaan pesta demokrasi pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Mataram itu muncul kekhawatiran kemungkinan banyak warga yang tidak menggunakan hak pilih atau yang dikenal dengan "golput" (golongan putih), terutama dari kalangan pemilih pemula.
Di Ibu Kota Provinsi NTB ini jumlah pemilih pemula mencapai lebih dari 4.000 orang. Secara keseluruhan jumlah pemilih yang masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT) Pilkada Kota Mataram mencapai 295.345 pemilih.
Karena itu para pemilih yang baru kali pertama menggunakan hak pilih atau pemilih pemula itu akan menjadi sasaran untuk menekan angka golput dalam pemilihan kepala daerah serentak ini.
"Pemilih pemula ini menjadi sasaran favorit karena mereka sangat rentan memilih golput atau tidak menyaluran hak demokrasinya. Mereka rentan menjadi golput karena cenderung suka ikut-ikutan dan cepat terpengaruh dengan ajakan dari teman sebayanya," kata Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishub Kominfo) Kota Mataram Khalid.
Untuk menekan angka golput pada Pilkada serentak, Pemerintah Kota Mataram bersama Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Mataram terus menggencarkan sosialisasi pilkada dengan memprioritaskan pemilih pemula.
Pemerintah Kota Mataram melalui Dishub Kominfo bekerja sama dengan Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informasi, Jumat (22/10), menggelar diskusi publik dengan pemilih pemula yang akan berpartisipasi untuk pertama kalinya dalam Pilkada 2015.
Diskusi publik dengan pemilih pemula itu mengambil tema "Cerdas dan Ikut Berpartisipasi Menjadi Pemilih Muda".
Diskusi itu dihadiri segenap perwakilan siswa tingkat SMA sederajat dan perwakilan mahasiswa dari perguruan tinggi negeri maupun swasta se-Kota Mataram.
Diskusi publik berjalan cukup seru, menghadirkan tiga narasumber yakni, anggota Komisi I DPR RI Muhammad Syafrudin, anggota KPU RI Ferry Kurnia Rizkiansyah serta ahli komunikasi dan pemerhati politik Dr Kadri.
"Diskusi ini sangat penting untuk memberikan pendidikan politik dan menekan angka golput dari para pemilih muda Kota Mataram dalam rentang usia 17-23 tahun," kata Khalid usai pembukaan diskusi tersebut.
Ia mengatakan pemilih muda khususnya pemilih pemula yang baru akan memiliki pengalaman memilih kali pertama harus memiliki dasar yang baik tentang pentingnya menggunakan hak suara dalam pemilihan umum.
"Jangan sampai pemilih muda tidak bisa menjadi pemilih yang cerdas atau bahkan tidak memilih," katanya.
Menurut Khalid, secara psikologis pemilih muda memiliki karakteristik tersendiri yang cukup kondusif untuk membangun pemilih cerdas, yakni yang memiliki pertimbangan rasional dalam menentukan pilihannya.
"Mereka memiliki peran strategis, dan dapat berpartisipasi menentukan kondisi daerah dalam lima tahun ke depan untuk perubahan ke arah yang lebih baik. bukan hanya ikut memilih tapi juga memberikan pilihan kepada calon pemimpin yang berkualitas," katanya.
Oleh karena itu, katanya, para pemilih pemula diharapkan mampu menyerluaskan informasi yang didapat dalam diskusi kepada keluarga, tetangga, teman-teman, dan mengajak mereka untuk tidak golput.
Khalid menilai, kegiatan Pilkada Kota Mataram rentan golput. Untuk itu, berbagai upaya antisipasi terus dilakukan oleh pemerintah setempat.
"Indikasi golput dalam Pilkada Kota Mataram cukup banyak, sehingga kita terus berpartisipasi menyosialisasikan pilkada kepada pemilih terutama pemilih pemula agar menggunakan hak pilih mereka," katanya.
Karena itu, dia menilai, diskusi pemilih pemula itu tepat dilaksanakan di Kota Mataram, sebab pilkada di Kota Mataram rentan golput mengingat adanya dua pasangan calon kepala daerah namun keduanya adalah kader yang berasal dari partai politik yang sama.
Dua pasangan yang bertanding yaitu adalah pasangan Ahyar Abduh-Mohan Roliskana atau paket "AMAN" adalah Ketua DPD Partai Golkar Mataram, namun diusung koalisi partai politik di luar Partai Golkar yakni, PKS, Nasdem, PKPI, Hanura, PAN, dan PKB.
Sementara pasangan Salman-Jana Hamdiana merupakan pengurus DPD Partai Golkar Kota Mataram yang diusung oleh Partai Golkar.
Dengan demikian, dua pasangan yang berlaga dalam Pilkada Kota Mataram ini adalah pimpinan partai politik dengan pengurus partai politik yang sama.
"Karena itu, kami tidak ingin menyebut berapa prediksi persentase golput nanti, tetapi kita terus berupaya menyosialisasikan pilkada untuk menekan golput," ujar Khalid.
Sosialisasi yang digelar Dishub Kominfo Kota Mataram, kata dia, sudah dilakukan baik secara terpadu dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait maupun secara sendiri sebagai corong informasi pemerintah kota.
Menurut Khalid SKPD yang dilibatkan saat melakukan sosialisasi tergantung dari sasaran sosialisasi. Artinya, jika sasarannya pemilih pemula maka Dishub Kominfo melibatkan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga.
"Sementara jika sosialisasi itu menyasar masyarakat umum, kami melibatkan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol)," ujarnya.
Lebih Parah
Berdasarkan data yang ada, angka golput pada Pilpres 2014 mencapai 29,8 persen, lebih parah dibanding Pilpres 2009 yang hanya 27,7 persen, bahkan lebih buruk dibanding Pilpres 2004 yang hanya mencapai 24 persen.
"Selalu meningkatnya angka golput dari tahun ke tahun dapat menurunkan kualitas pemimpin yang dipilih nantinya, selain itu menandakan buruknya demokrasi," katanya.
Karena itu, diharapkan dengan sosialisasi yang telah dilakukan termasuk diskusi publik pemilih pemula ini, mampu menekan angka golput dan merealisasikan target partisipasi pemilih dalam pilkada sebesar 80 persen.
Sebelumnya, pada Sabtu (10/10) Bakesbangpol Mataram juga telah melakukan sosialisasi kepada 300 orang perwakilan pemilih pemula di Kota Mataram.
Kepala Bidang Politik dan Bina Ideologi Bakesbangpol Kota Mataram I Putu Juniartha mengatakan sosialisasi pilkada ke pemilih pemula dimaksudkan agar generasi penerus bangsa itu dapat menggunakan hak demokrasi untuk menentukan pilihannya sesuai dengan hati nurani mereka.
"Kita harus mampu mengubah pola pikir generasi muda agar mereka tidak ikut terpengaruh dengan teman mereka, apalagi sampai mereka goput sebab pemilih pemula ini cenderung suka ikut-ikutan," katanya.
Ia mengatakan, penekanan perubahan pola pikir sebenarnya sudah diajarkan melalui mata pelajaran PPKN di bangku sekolah tetapi pengembangan dan penekanannya kurang maksimal.
Untuk itu, generasi penerus bangsa diharapkan memanfaatkan haknya selaku pemilih pemula untuk menentukan pilihan terbaik menurut mereka.
"Jangan sampai mereka terprovokasi oleh pihak-pihak lain, sebab yang rugi mereka sendiri. Apa artinya uang yang Rp50 ribu atau Rp100 ribu tetapi Kota Mataram kehidupannya tidak kondusif akibat politik uang," kata Juniartha.
Dalam kesempatan itu, ia menekankan para pemilih pemula untuk ikut berperan aktif selain datang ke tempat pemungutan suara (TPS), juga untuk menyebarluaskaan informasi pilkada minimal di lingkungan sekolah, bila perlu di lingkungan tempat tinggal sebagai upaya meningkatkan angka partisipasi pemilih.
"Pemilih pemula merupakan kader penerus, kesuksesan suatu generasi muda tergantung pada dirinya sendiri, karena itu kita harus mengubah pola pikir," kata Juniartha.
Di samping itu, katanya, untuk mencapai target tingkat partisipasi pemilih, pihaknya melibatkan sejumlah forum kemasyarakatan untuk menyosialisasikan kegiatan pilkada.
Sejumlah forum yang dilibatkan itu antara lain, forum kerukunan antarumat beragama (FKUB), forum kebangsaan dan forum kewaspadaan dini masyarakat (FKDM).
"Forum-forum tersebut beranggotakan perwakilan masyarakat dari unsur agama, suku, dan etnis yang ada di kota ini," katanya.
Forum kemasyarakatan diperankan melakukan sosialisasi lebih intensif kepada pemilih pemula, warga pendatang, agar tidak mudik sebelum menyalurkan hak pilihnya, mengingat pada tanggal 9 Desember akan dinyatakan sebagai hari libur.
"Kita sangat berharap pemilih yang sudah terdata dalam DPS bisa datang ke tempat pemungutan suara tanggal 9 Desember 2015 dan menyalurkan hak pilihnya mulai pukul 07.00 hingga pukul 13.00 WITA," katanya.
Menurut dia, selain sosialisasi, keberadaan forum tersebut juga akan mencatat bebagai peristiwa penting yang ada di masing-masing lingkungan untuk ditindaklanjuti atau dikoordinasikan dengan forum koordinasi pimpinan daerah (FKPD).
Ketua KPU Kota Mataram M Ainul Asikin mengatakan, pihaknya tidak bisa memprediksi angka golput dalam Pikada Desember mendatang.
"Kita hanya bisa menargetkan tingkat partisipasi pemilih sebesar 80 persen dari daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak 295.345 orang," katanya.
Untuk mencapai target itu, KPU juga gencar melakukan sosialisasi, baik kepada pemilih pemula maupun ke masyarakat secara umum yang sudah memiliki hak pilih.
Bahkan pada Sabtu (24/10), KPU telah menjadwalkan dua kegiatan sosialisasi pilkada yakni bagi tokoh agama dan tokoh masyarakat melalui FKUB di Kantor Kementerian Agama Kota Mataram.
Selain itu, sosialisasi juga diberikan kepada pemilih pemula dari kalangan pelajar, mahasiswa yang tergabung dalam KNPI di gedung PKK Provinsi NTB.
"Sosialisasi kami lakukan juga dengan gerak jalan sehat pada Minggu (11/10) melibatkan 1.600 peserta dengan rute sekitar enam kilometar dan melewati perkampugan padat penduduk," katanya.
Kegiatan-kegiatan lainnya juga akan terus dilakukan dan dihajatkan untuk sosialisasi pilkada guna menekan angka golput dan mecapai target partisipasi pemilih.
Berbagai ikhtiar yang dilakukan itu untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terutama dari kalangan pemilih pemula akan arti pentingnya menggunakan hak pilihnya pada pesta demokrasi lima tahunan itu.(*)