Mataram (ANTARA) - Wali Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, H Mohan Roliskana menginstruksikan enam camat di wilayahnya berinovasi menelurkan program-program unggulan untuk penanganan sampah guna menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan dari sampah di lingkungan.
"Semua camat dari wilayah hulu hingga hilir bertanggung jawab menangani sampah, agar tidak mengalir ke pantai, menumpuk di saluran, sungai, dan lainnya yang bisa menjadi potensi bencana," katanya di Mataram, Rabu.
Pernyataan itu disampaikan Mohan Roliskana di sela memberikan arahan dalam kegiatan pencanangan Desa/kelurahan Tangguh Bencana (Destana) yang dilaksanakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram.
Wali kota mengatakan, jika berbicara masalah mitigasi bencana, sampah merupakan salah satu potensi bencana yang harus diantisipasi dan perlu menjadi atensi bersama.
Apalagi, menurut dia, Kota Mataram berada pada daerah hilir yang pastinya ketika musim hujan datang, maka potensi sampah dari hulu akan mengalir ke hilir.
"Namun, hal itu jangan jadi alasan camat, sehingga tidak mau menyelesaikan masalah sampah di wilayah masing-masing," katanya.
Di sisi lain, wali kota juga mengingatkan kepada para camat se-Kota Mataram agar tidak hanya mengandalkan petugas dari dinas teknis sebab mereka juga memiliki armada dan personel yang terbatas.
"Oleh karena itu, camat harus bekerja ekstra dan berinovasi mengelola sampah di wilayah masing-masing. Jika tidak bisa, camat akan kita evaluasi," katanya menegaskan.
Menanggapi instruksi wali kota itu, Camat Cakranegara Irfan Syafindra Soerati menyatakan instruksi wali kota itu sebenarnya sudah ada embrio inovasi yang dilaksanakan kecamatan melalui masing-masing kelurahan.
"Kami tinggal melakukan sosialisasi program-program dan gerakan penanganan sampah mulai dari rumah tangga secara lebih masif," katanya.
Program sedang dilaksanakan adalah kegiatan gotong royong mengajak semua masyarakat mengeluarkan sampah yang bisa diolah kembali untuk ditimbang dan dibayar ketika kegiatan selesai.
"Jadi, masyarakat yang punya sampah plastik bisa langsung dibawa untuk ditimbang dan dibayar langsung. Untuk membayar sampah plastik, kami sudah ada dua rekanan kerja sama," katanya.
Di sisi lain sebagai wilayah yang berada di hulu sampah di Kecamatan Cakranegara didominasi oleh sampah industri, seperti di kawasan Karang Taliwang dan Seganteng yang beroperasi hampir 24 jam untuk produksi berbagai olahan ayam.
"Kita akan ajak mereka bagaimana solusi menangani sampah, apakah akan ada petugas khusus yang disiagakan, diolah kembali, atau seperti apa," katanya.
Pada prinsipnya, kata Irfan, program pengolahan sampah yang dilaksanakan pada tingkat kecamatan bisa menekan volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) dan sebaliknya bisa menjadi barang bernilai ekonomi.
"Semua camat dari wilayah hulu hingga hilir bertanggung jawab menangani sampah, agar tidak mengalir ke pantai, menumpuk di saluran, sungai, dan lainnya yang bisa menjadi potensi bencana," katanya di Mataram, Rabu.
Pernyataan itu disampaikan Mohan Roliskana di sela memberikan arahan dalam kegiatan pencanangan Desa/kelurahan Tangguh Bencana (Destana) yang dilaksanakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram.
Wali kota mengatakan, jika berbicara masalah mitigasi bencana, sampah merupakan salah satu potensi bencana yang harus diantisipasi dan perlu menjadi atensi bersama.
Apalagi, menurut dia, Kota Mataram berada pada daerah hilir yang pastinya ketika musim hujan datang, maka potensi sampah dari hulu akan mengalir ke hilir.
"Namun, hal itu jangan jadi alasan camat, sehingga tidak mau menyelesaikan masalah sampah di wilayah masing-masing," katanya.
Di sisi lain, wali kota juga mengingatkan kepada para camat se-Kota Mataram agar tidak hanya mengandalkan petugas dari dinas teknis sebab mereka juga memiliki armada dan personel yang terbatas.
"Oleh karena itu, camat harus bekerja ekstra dan berinovasi mengelola sampah di wilayah masing-masing. Jika tidak bisa, camat akan kita evaluasi," katanya menegaskan.
Menanggapi instruksi wali kota itu, Camat Cakranegara Irfan Syafindra Soerati menyatakan instruksi wali kota itu sebenarnya sudah ada embrio inovasi yang dilaksanakan kecamatan melalui masing-masing kelurahan.
"Kami tinggal melakukan sosialisasi program-program dan gerakan penanganan sampah mulai dari rumah tangga secara lebih masif," katanya.
Program sedang dilaksanakan adalah kegiatan gotong royong mengajak semua masyarakat mengeluarkan sampah yang bisa diolah kembali untuk ditimbang dan dibayar ketika kegiatan selesai.
"Jadi, masyarakat yang punya sampah plastik bisa langsung dibawa untuk ditimbang dan dibayar langsung. Untuk membayar sampah plastik, kami sudah ada dua rekanan kerja sama," katanya.
Di sisi lain sebagai wilayah yang berada di hulu sampah di Kecamatan Cakranegara didominasi oleh sampah industri, seperti di kawasan Karang Taliwang dan Seganteng yang beroperasi hampir 24 jam untuk produksi berbagai olahan ayam.
"Kita akan ajak mereka bagaimana solusi menangani sampah, apakah akan ada petugas khusus yang disiagakan, diolah kembali, atau seperti apa," katanya.
Pada prinsipnya, kata Irfan, program pengolahan sampah yang dilaksanakan pada tingkat kecamatan bisa menekan volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) dan sebaliknya bisa menjadi barang bernilai ekonomi.