Jakarta (ANTARA) - Pengamat Komunikasi Politik Emrus Sihombing menyebut Ganjar Pranowo memiliki peluang lebih besar sebagai bakal calon presiden jika diduetkan dengan Prabowo Subianto.
“Probabilitas secara pengalaman, Ganjar Pranowo pernah memimpin di bidang pemerintahan dan legislatif, mulai dari Anggota DPR RI hingga Gubernur Jawa Tengah selama dua periode, sedangkan Prabowo Subianto hanya di satu bidang, yakni Menteri Pertahanan RI. Jadi kalau dilihat secara pengalaman probabilitas Ganjar lebih tinggi," katanya dalam diskusi publik di Jakarta, Rabu.
Diskusi publik yang digelar GoGo Bangun Negeri (GBN) itu merespons wacana peluang duet antara Ganjar dan Prabowo atau Prabowo dan Ganjar. Dia menjelaskan Ganjar Pranowo memiliki visi dan misi yang selaras dengan visi dan misi Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi). Keselarasan tersebut penting untuk melanjutkan kinerja yang telah dilakukan Jokowi selaku Presiden Republik Indonesia.
“Meskipun Prabowo memiliki visi dan misi yang sama, namun tetap balik lagi Ganjar Pranowo berasal dari rumah yang sama dengan Presiden Joko Widodo, yakni PDI Perjuangan. Ganjar Pranowo lebih homofili karena satu partai, satu rumah politik. Oleh karena itu dengan segala pertimbangan, secara probabilitas baik dari sudut kualitas untuk memimpin bangsa dan dukungan politik, Ganjar Pranowo probabilitasnya lebih tinggi dipasangkan Prabowo Subianto," jelasnya.
Namun disamping probabilitas tersebut, menurutnya, panggung politik itu bersifat dinamis dan hanya tinggal menunggu pengumuman dan kepastian dari masing-masing pihak. “Biarkan waktu yang membuktikan, kita lihat ke depan seperti apa. Tapi ada asumsi kalau mereka berbeda koalisi (Ganjar dan Prabowo) dan bertarung di pilpres, maka Presiden Joko Widodo akan cenderung ke Ganjar Pranowo karena lebih loyal dan homofili,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua DPP Partai Perindo Bidang Sosial Efraim Yerry Tawalujan menambahkan secara kuantitas bahwa hasil survei dari berbagai lembaga survei menyampaikan hasil Ganjar Pranowo memiliki elektabilitas lebih tinggi beberapa persen di atas Ganjar Pranowo.
Ia menilai secara objektif bahwa Ganjar Pranowo memiliki pengalaman lengkap di bidang pemerintahan dan menjadi nilai plus di mata publik. Namun di sisi lain berdasarkan kursi terbanyak di Senayan, koalisi Partai Gerindra yang mengusung Prabowo Subianto memiliki kursi terbanyak jika digabungkan.
“Hingga saat ini, koalisi terbesar ada di koalisi Indonesia Maju (Prabowo Subianto), namun PDIP adalah partai pemenang pemilu, lantas kenapa mau untuk koalisi dengan Prabowo. Nah ini saya lihat asumsi dari suara-suara diskusi rakyat di jalanan," kata Efraim.
Baca juga: Bawaslu DIY bersinergi dengan kampus awasi pelanggaran Pemilu
Baca juga: Presiden Jokowi restui Kaesang berkiprah di politik
Namun, menurutnya, asumsi-asumsi ini bisa saja berubah sebab situasi saat ini sangat tidak terprediksi sehingga tinggal menunggu pengumuman masing-masing pihak, baik Ganjar Pranowo maupun Prabowo Subianto.
“Probabilitas secara pengalaman, Ganjar Pranowo pernah memimpin di bidang pemerintahan dan legislatif, mulai dari Anggota DPR RI hingga Gubernur Jawa Tengah selama dua periode, sedangkan Prabowo Subianto hanya di satu bidang, yakni Menteri Pertahanan RI. Jadi kalau dilihat secara pengalaman probabilitas Ganjar lebih tinggi," katanya dalam diskusi publik di Jakarta, Rabu.
Diskusi publik yang digelar GoGo Bangun Negeri (GBN) itu merespons wacana peluang duet antara Ganjar dan Prabowo atau Prabowo dan Ganjar. Dia menjelaskan Ganjar Pranowo memiliki visi dan misi yang selaras dengan visi dan misi Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi). Keselarasan tersebut penting untuk melanjutkan kinerja yang telah dilakukan Jokowi selaku Presiden Republik Indonesia.
“Meskipun Prabowo memiliki visi dan misi yang sama, namun tetap balik lagi Ganjar Pranowo berasal dari rumah yang sama dengan Presiden Joko Widodo, yakni PDI Perjuangan. Ganjar Pranowo lebih homofili karena satu partai, satu rumah politik. Oleh karena itu dengan segala pertimbangan, secara probabilitas baik dari sudut kualitas untuk memimpin bangsa dan dukungan politik, Ganjar Pranowo probabilitasnya lebih tinggi dipasangkan Prabowo Subianto," jelasnya.
Namun disamping probabilitas tersebut, menurutnya, panggung politik itu bersifat dinamis dan hanya tinggal menunggu pengumuman dan kepastian dari masing-masing pihak. “Biarkan waktu yang membuktikan, kita lihat ke depan seperti apa. Tapi ada asumsi kalau mereka berbeda koalisi (Ganjar dan Prabowo) dan bertarung di pilpres, maka Presiden Joko Widodo akan cenderung ke Ganjar Pranowo karena lebih loyal dan homofili,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua DPP Partai Perindo Bidang Sosial Efraim Yerry Tawalujan menambahkan secara kuantitas bahwa hasil survei dari berbagai lembaga survei menyampaikan hasil Ganjar Pranowo memiliki elektabilitas lebih tinggi beberapa persen di atas Ganjar Pranowo.
Ia menilai secara objektif bahwa Ganjar Pranowo memiliki pengalaman lengkap di bidang pemerintahan dan menjadi nilai plus di mata publik. Namun di sisi lain berdasarkan kursi terbanyak di Senayan, koalisi Partai Gerindra yang mengusung Prabowo Subianto memiliki kursi terbanyak jika digabungkan.
“Hingga saat ini, koalisi terbesar ada di koalisi Indonesia Maju (Prabowo Subianto), namun PDIP adalah partai pemenang pemilu, lantas kenapa mau untuk koalisi dengan Prabowo. Nah ini saya lihat asumsi dari suara-suara diskusi rakyat di jalanan," kata Efraim.
Baca juga: Bawaslu DIY bersinergi dengan kampus awasi pelanggaran Pemilu
Baca juga: Presiden Jokowi restui Kaesang berkiprah di politik
Namun, menurutnya, asumsi-asumsi ini bisa saja berubah sebab situasi saat ini sangat tidak terprediksi sehingga tinggal menunggu pengumuman masing-masing pihak, baik Ganjar Pranowo maupun Prabowo Subianto.