Jakarta (ANTARA) - Pemberian kudapan mengandung protein hewani kepada 200 balita di Jakarta Barat perlu dilanjutkan dengan evaluasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) guna mencegah stunting atau tengkes, kata Ketua Subkelompok Kesehatan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Jakarta Barat, Endang Tri Rahayu.

Endang menjelaskan, evaluasi perilaku itu meliputi kebiasaan mencuci tangan dan memakan sayur serta buah untuk mendukung perbaikan status gizi. "Selain pemberian pangan kudapan protein hewani, juga dilakukan pemantauan terhadap perubahan perilaku seperti kebiasaan cuci tangan, pembiasaan makan sayur dan buah," ungkap Endang saat dihubungi wartawan di Jakarta pada Jumat.

Endang menyebut evaluasi tersebut utamanya ditujukan untuk mendukung perbaikan status gizi. "Misalnya anak yang tadinya enggan cuci tangan sebelum makan setelah ikut kegiatan, apakah berubah perilakunya," kata Endang.

Kebiasaan mencuci tangan, kata dia, adalah salah satu upaya efektif untuk mencegah diare yang menjadi salah satu penyebab terjadinya kurang gizi pada balita. Adapun 200 balita tersebut tersebar pada delapan kelurahan di Jakarta Barat, yakni Kedaung Kaliangke, Wijaya Kusuma, Jatipulo, Kota Bambu Utara, Tegal Alur, Cengkareng Timur, Rawa Buaya dan Duri Kosambi.

"Kegiatan akan dipantau oleh tim pendamping keluarga yang terdiri dari tiga unsur, yakni bidan, penyuluh KB (Keluarga Bencana) dan kader PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga)," ungkap dia.

Sebelumnya, Pemerintah Kota Jakarta Barat meminta kader Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) mengkreasikan kudapan protein bagi 200 balita beresiko stunting. Ketua Subkelompok Kesehatan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Jakarta Barat, Endang Tri Rahayu menyebut kudapan tersebut akan diberikan selama 14 hari masa pemberian kudapan bagi 200 balita di delapan kelurahan.

"Nanti kan minggu ketiga bulan Oktober kita sudah mulai 14 hari pemberian kudapan protein hewani itu. Nanti diberi dua kali sehari, pagi dan sore. Nah, yang sore itu nanti kita minta kader TP PKK untuk mengkreasikan bentuk kudapannya, jadi bukan sekadar kudapan biasa, tapi olahan yang enak dan tentunya bergizi," ungkap Endang saat ditemui wartawan pada Kamis.

Endang menegaskan bahwa 200 balita tersebut masih berada pada level pertama potensi stunting. "Jadi 200 balita itu masih di tingkatan weight faltering atau berat yang mulai berkurang. Jadi misalnya hari ini ditimbang 15 kilogram, terus besoknya tiba-tiba 14 kilogram, maka itu namanya weight faltering. Itu level pertama tingkatan potensi stunting," ungkap Endang.

Jadi, lanjut dia, tidak serta-merta balita-balita tersebut langsung dikatakan stunting. "Ada tingkatannya. Pertama tadi itu, weight faltering (berat badan berkurang), terus underweight (berat badan kurang), terus kurang gizi, terus gizi buruk, baru yang terakhir stunting," kata dia.

Program pemberian kudapan protein selama 14 hari tersebut, kata Endang, dilakukan untuk mencegah 200 balita tersebut dilakukan untuk mencegah mereka naik ke tingkat underweight dan kemudian stunting. "Nah, secara penelitian, pemberian kudapan protein hewani selama 14 hari ini mampu meningkatkan berat badan secara signifikan pada anak-anak yang weight faltering, yang berat badan kurang tadi," ungkapnya.

Baca juga: Status gizi perlu dipantau agar anak stunting tak obesitas
Baca juga: Angka stunting di Desa Batujai mengalami penurunan

Namun, lanjut dia, pemberian kudapan tersebut hanya asupan tambahan. Makanan pokok dari orang tua tetap menjadi asupan utama. "Untuk makanan pokok itu tetap tanggung jawab orang tua ya," kata Endang.



 

Pewarta : Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024