Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto memberikan empat arahan kesiapsiagaan untuk menghadapi musim hujan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu malam, menyampaikan arahan Kepala BNPB tersebut untuk empat kondisi yang harus diantisipasi. Pertama untuk kawasan perkotaan seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, Makassar, Medan Padang dan lain-lain untuk memeriksa dan pastikan pemeliharaan drainase primer, sekunder, dan tersier.
Kekeringan yang terjadi lebih dari 4 bulan, tidak menampik adanya kebiasaan masyarakat yang membuang sampah di saluran air yang kering, membuang sampah di sungai, yang menyebabkan penyumbatan saluran air dan menjadi banjir. Sehingga BNPB mengimbau pemerintah daerah untuk memelihara dan membersihkan baik drainase bawah permukaan, drainase permukaan saluran sungai, untuk menampung air.
"Paling tidak kalau pun tidak akan bisa menghilangkan banjir, paling tidak kita harapkan itu cuma sebatas genangan yang dalam waktu tidak selama 3-6 jam itu bisa hilang," ujar dia.
Kedua adalah kawasan perbukitan, sebab kering dalam waktu lama menyebabkan permukaan tanah itu retak-retak sudah sangat lama tidak diguyur hujan. Abdul mengatakan BNPB menerima laporan terjadinya banjir dari kawasan perbukitan di Bogor, Jawa Barat, di enam titik.
"Yang diwaspadai Jawa bagian tengah ke selatan, di mana topografinya itu, dan untuk kondisi seperti ini, yang perlu kita waspadai adalah Jawa bagian tengah ke selatan di mana topografinya itu sudah perbukitan," ujar dia.
Kondisi tersebut harus diwaspadai Pemerintah Daerah, TNI, dan Polri untuk melihat situasi di puncak-puncak atau di kawasan kawasan perbukitan, dan memastikan nanti masyarakat bisa terkondisikan dalam menghadapi potensi longsor. Yang ketiga adalah kawasan gunung api. Seperti halnya Gunung Semeru dan Merapi, jika hujan intensitas tinggi terjadi di permukaan, maka akan meningkatkan potensi adanya banjir lahar dingin.
Baca juga: Heli BNPB sudah tak terlihat titik api di Rawa Kucing
Baca juga: BNPB siapkan mendukungan penanganan bencana di Yakuhimo
"Waspadai alur lahar dingin, sistem peringatan dini bagi mereka yang masih beraktivitas di kawasan alur lahar dingin biasanya penambang pasir, itu sudah mulai disiapkan lagi," ujar dia.
Terakhir adalah bagi pengendara motor. Banyak kondisi di perkotaan bahwa lorong jembatan menjadi tempat parkir dadakan pengendara motor yang kehujanan. Hal tersebut disamping mengganggu lalu lintas, juga berbahaya bagi keselamatan pengendara motor. "Jadi siapkan jas hujan, sehingga kalau di luar ruangan, pakai jas hujan, lalu bisa melanjutkan perjalanan," ujar Abdul.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu malam, menyampaikan arahan Kepala BNPB tersebut untuk empat kondisi yang harus diantisipasi. Pertama untuk kawasan perkotaan seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, Makassar, Medan Padang dan lain-lain untuk memeriksa dan pastikan pemeliharaan drainase primer, sekunder, dan tersier.
Kekeringan yang terjadi lebih dari 4 bulan, tidak menampik adanya kebiasaan masyarakat yang membuang sampah di saluran air yang kering, membuang sampah di sungai, yang menyebabkan penyumbatan saluran air dan menjadi banjir. Sehingga BNPB mengimbau pemerintah daerah untuk memelihara dan membersihkan baik drainase bawah permukaan, drainase permukaan saluran sungai, untuk menampung air.
"Paling tidak kalau pun tidak akan bisa menghilangkan banjir, paling tidak kita harapkan itu cuma sebatas genangan yang dalam waktu tidak selama 3-6 jam itu bisa hilang," ujar dia.
Kedua adalah kawasan perbukitan, sebab kering dalam waktu lama menyebabkan permukaan tanah itu retak-retak sudah sangat lama tidak diguyur hujan. Abdul mengatakan BNPB menerima laporan terjadinya banjir dari kawasan perbukitan di Bogor, Jawa Barat, di enam titik.
"Yang diwaspadai Jawa bagian tengah ke selatan, di mana topografinya itu, dan untuk kondisi seperti ini, yang perlu kita waspadai adalah Jawa bagian tengah ke selatan di mana topografinya itu sudah perbukitan," ujar dia.
Kondisi tersebut harus diwaspadai Pemerintah Daerah, TNI, dan Polri untuk melihat situasi di puncak-puncak atau di kawasan kawasan perbukitan, dan memastikan nanti masyarakat bisa terkondisikan dalam menghadapi potensi longsor. Yang ketiga adalah kawasan gunung api. Seperti halnya Gunung Semeru dan Merapi, jika hujan intensitas tinggi terjadi di permukaan, maka akan meningkatkan potensi adanya banjir lahar dingin.
Baca juga: Heli BNPB sudah tak terlihat titik api di Rawa Kucing
Baca juga: BNPB siapkan mendukungan penanganan bencana di Yakuhimo
"Waspadai alur lahar dingin, sistem peringatan dini bagi mereka yang masih beraktivitas di kawasan alur lahar dingin biasanya penambang pasir, itu sudah mulai disiapkan lagi," ujar dia.
Terakhir adalah bagi pengendara motor. Banyak kondisi di perkotaan bahwa lorong jembatan menjadi tempat parkir dadakan pengendara motor yang kehujanan. Hal tersebut disamping mengganggu lalu lintas, juga berbahaya bagi keselamatan pengendara motor. "Jadi siapkan jas hujan, sehingga kalau di luar ruangan, pakai jas hujan, lalu bisa melanjutkan perjalanan," ujar Abdul.