Banyuwangi (ANTARA) - Korporasi asal Norwegia memilih Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menjadi lokasi pembangunan pabrik pengolahan plastik low value pertama di Indonesia karena komitmen dalam pengelolaan sampah.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan pabrik pengolahan sampah plastik tersebut bakal dibangun oleh Infrastructure for Marine Plastic Waste (Inframar) perusahaan asal Norwegia, dengan kapasitas produksi 12.500 ton/ tahun.
"Dua hari lalu, CEO Inframar ke Banyuwangi membahas rencana pendirian pabrik. Norwegia ini senang dan terkesan dengan kerja sama yang selama ini kami jalin. Kini pemerintah Norwegia membawa salah satu korporasinya untuk membangun pabrik pengolahan sampah plastik yang bernilai rendah," kata Ipuk di Banyuwangi, Jatim, Sabtu.
Selama ini, Pemkab Banyuwangi dinilai Duta Besar Kerajaan Norwegia untuk Indonesia Rut Krüger Giverin serius dalam menangani sampah. Mulai dari regulasi, pelibatan masyarakatnya dalam pengelolaan sampah hingga kemitraan dengan sektor private.
Menurut Ipuk, Banyuwangi juga telah membangun fasilitas pengolahan sampah atau TPS3R sebanyak 19 unit yang tersebar di sejumlah wilayah. Salah satunya adalah TPS3R terbesar yang berlokasi di Desa Balak, Kecamatan Songgon, yang merupakan hasil kerja sama dengan Pemerintah Norwegia.
"Pabrik ini bakal yang pertama di Indonesia. Akan sangat bermanfaat karena plastik jenis low value itu paling sulit pengolahannya karena tidak bernilai jual yang ujungnya menjadi sampah tak terolah. Jadi, ini sangat bermanfaat untuk kita semua," ujar Ipuk.
Sementara itu, CEO Inframar Aron Uher mengatakan pihaknya telah mengenal Banyuwangi sebelumnya lewat project pemerintah Norwegia di Banyuwangi, Clean Ocean Through Clean Community (CLOCC). Aron melihat komitmen dan keseriusan Pemkab Banyuwangi yang fokus untuk mencari solusi terbaik pengelolaan sampah plastik di daerah.
"Kami merasa ada ikatan yang kuat untuk terus bekerja sama dengan Banyuwangi. Jadi saat berencana membangun pabrik pengolahan plastik low value di Asia Tenggara, kami tidak ragu memilih Banyuwangi," kata Aron.
Inframar adalah perusahaan pengolahan sampah plastik yang melakukan terobosan mengolah jenis plastik bernilai rendah yang selama ini paling sulit pengolahannya. Contoh plastik bernilai rendah adalah kantong plastik dan bungkus bekas sabun atau makanan.
"Kami telah mengembangkan teknologi pengolahan sampah plastik terbaru. Sampah plastik low value akan diolah jadi produk setengah jadi lalu diekspor sebagai bahan mentah minyak mentah," ujar Aron.
Baca juga: Mengolah limbah plastik jadi BBM alternatif
Baca juga: Mataram siapkan konsep pembentukan UPTD pengolahan sampah
Plastik low value akan dibeli dari TPS3R ataupun pengepul plastik di sekitar Banyuwangi dan Bali. Ditargetkan pembangunan pabrik akan dimulai pertengahan 2024, dan beroperasi awal 2025.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan pabrik pengolahan sampah plastik tersebut bakal dibangun oleh Infrastructure for Marine Plastic Waste (Inframar) perusahaan asal Norwegia, dengan kapasitas produksi 12.500 ton/ tahun.
"Dua hari lalu, CEO Inframar ke Banyuwangi membahas rencana pendirian pabrik. Norwegia ini senang dan terkesan dengan kerja sama yang selama ini kami jalin. Kini pemerintah Norwegia membawa salah satu korporasinya untuk membangun pabrik pengolahan sampah plastik yang bernilai rendah," kata Ipuk di Banyuwangi, Jatim, Sabtu.
Selama ini, Pemkab Banyuwangi dinilai Duta Besar Kerajaan Norwegia untuk Indonesia Rut Krüger Giverin serius dalam menangani sampah. Mulai dari regulasi, pelibatan masyarakatnya dalam pengelolaan sampah hingga kemitraan dengan sektor private.
Menurut Ipuk, Banyuwangi juga telah membangun fasilitas pengolahan sampah atau TPS3R sebanyak 19 unit yang tersebar di sejumlah wilayah. Salah satunya adalah TPS3R terbesar yang berlokasi di Desa Balak, Kecamatan Songgon, yang merupakan hasil kerja sama dengan Pemerintah Norwegia.
"Pabrik ini bakal yang pertama di Indonesia. Akan sangat bermanfaat karena plastik jenis low value itu paling sulit pengolahannya karena tidak bernilai jual yang ujungnya menjadi sampah tak terolah. Jadi, ini sangat bermanfaat untuk kita semua," ujar Ipuk.
Sementara itu, CEO Inframar Aron Uher mengatakan pihaknya telah mengenal Banyuwangi sebelumnya lewat project pemerintah Norwegia di Banyuwangi, Clean Ocean Through Clean Community (CLOCC). Aron melihat komitmen dan keseriusan Pemkab Banyuwangi yang fokus untuk mencari solusi terbaik pengelolaan sampah plastik di daerah.
"Kami merasa ada ikatan yang kuat untuk terus bekerja sama dengan Banyuwangi. Jadi saat berencana membangun pabrik pengolahan plastik low value di Asia Tenggara, kami tidak ragu memilih Banyuwangi," kata Aron.
Inframar adalah perusahaan pengolahan sampah plastik yang melakukan terobosan mengolah jenis plastik bernilai rendah yang selama ini paling sulit pengolahannya. Contoh plastik bernilai rendah adalah kantong plastik dan bungkus bekas sabun atau makanan.
"Kami telah mengembangkan teknologi pengolahan sampah plastik terbaru. Sampah plastik low value akan diolah jadi produk setengah jadi lalu diekspor sebagai bahan mentah minyak mentah," ujar Aron.
Baca juga: Mengolah limbah plastik jadi BBM alternatif
Baca juga: Mataram siapkan konsep pembentukan UPTD pengolahan sampah
Plastik low value akan dibeli dari TPS3R ataupun pengepul plastik di sekitar Banyuwangi dan Bali. Ditargetkan pembangunan pabrik akan dimulai pertengahan 2024, dan beroperasi awal 2025.