Mataram (ANTARA) - Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, hingga saat ini memiliki 68.000 eksemplar koleksi buku, dengan ribuan judul baik fiksi maupun non fiksi sebagai upaya penguatan literasi.
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Diarpus) Kota Mataram Jemmy Nelwan di Mataram, Senin, mengatakan koleksi buku itu terus bertambah dari tahun ke tahun.
"Sekitar tahun 2020, data koleksi buku di Perpustakaan Mataram sekitar 56 ribu eksemplar," katanya.
Dikatakan, penambahan koleksi buku di Perpustakaan Mataram didapatkan dari pengadaan buku setiap tahun melalui APBD Kota Mataram dengan anggaran sekitar Rp150 juta hingga Rp200 juta per tahun.
"Untuk tahun ini kita ada anggaran Rp200 juta untuk tambahan koleksi buku sekitar 2.110 eksemplar dengan 870 judul. Satu judul kita adakan 2-4 eksemplar," katanya.
Menurutnya, pengadaan koleksi buku setiap tahun disesuaikan dengan perkembangan zaman. Apalagi di era revolusi industri, perpustakaan kini harus mampu menyiapkan buku sesuai dengan kemajuan teknologi.
Tujuannya, agar anak-anak atau para generasi muda dari awal sudah dapat mempelajari dan praktek teknologi yang telah didapatkan dari buku bacaan.
"Dengan demikian, kita harapkan masyarakat bisa lebih mandiri dan mampu meningkatkan pendapatan keluarga. Target kita, aku baca, aku pintar aku berprestasi," katanya.
Jemmy mengatakan, sekitar 68 ribu koleksi buku di Perpustakaan Mataram itu termasuk juga koleksi buku yang ada di sejumlah taman bacaan masyarakat (TBM).
"Koleksi buku kita di masing-masing TBM sekitar 1.000-1.500 eksemplar, dan itu setiap bulan kita ganti agar pengunjung tidak bosan," katanya.
Di Mataram terdapat tiga TBM yang berada di ruang terbuka hijau, yakni Taman Sangkareang, Udayana, dan Taman Loang Baloq.
Berdasarkan evaluasi, katanya, dalam sehari tingkat kunjungan di TBM bisa mencapai 20-30 orang. Tapi jumlahnya bisa naik dua kali lipat pada akhir pekan.
Untuk jam operasional, khusus di TBM Sangkareang di buka setiap hari sesuai jam kerja, sedangkan dua taman baca lain yakni Taman Baca Udayana dan Loang Baloq dibuka hanya saat akhir pekan (Sabtu dan Ahad).
"Kondisi itu terjadi karena sumber daya manusia (SDM) kita terbatas," katanya.*
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Diarpus) Kota Mataram Jemmy Nelwan di Mataram, Senin, mengatakan koleksi buku itu terus bertambah dari tahun ke tahun.
"Sekitar tahun 2020, data koleksi buku di Perpustakaan Mataram sekitar 56 ribu eksemplar," katanya.
Dikatakan, penambahan koleksi buku di Perpustakaan Mataram didapatkan dari pengadaan buku setiap tahun melalui APBD Kota Mataram dengan anggaran sekitar Rp150 juta hingga Rp200 juta per tahun.
"Untuk tahun ini kita ada anggaran Rp200 juta untuk tambahan koleksi buku sekitar 2.110 eksemplar dengan 870 judul. Satu judul kita adakan 2-4 eksemplar," katanya.
Menurutnya, pengadaan koleksi buku setiap tahun disesuaikan dengan perkembangan zaman. Apalagi di era revolusi industri, perpustakaan kini harus mampu menyiapkan buku sesuai dengan kemajuan teknologi.
Tujuannya, agar anak-anak atau para generasi muda dari awal sudah dapat mempelajari dan praktek teknologi yang telah didapatkan dari buku bacaan.
"Dengan demikian, kita harapkan masyarakat bisa lebih mandiri dan mampu meningkatkan pendapatan keluarga. Target kita, aku baca, aku pintar aku berprestasi," katanya.
Jemmy mengatakan, sekitar 68 ribu koleksi buku di Perpustakaan Mataram itu termasuk juga koleksi buku yang ada di sejumlah taman bacaan masyarakat (TBM).
"Koleksi buku kita di masing-masing TBM sekitar 1.000-1.500 eksemplar, dan itu setiap bulan kita ganti agar pengunjung tidak bosan," katanya.
Di Mataram terdapat tiga TBM yang berada di ruang terbuka hijau, yakni Taman Sangkareang, Udayana, dan Taman Loang Baloq.
Berdasarkan evaluasi, katanya, dalam sehari tingkat kunjungan di TBM bisa mencapai 20-30 orang. Tapi jumlahnya bisa naik dua kali lipat pada akhir pekan.
Untuk jam operasional, khusus di TBM Sangkareang di buka setiap hari sesuai jam kerja, sedangkan dua taman baca lain yakni Taman Baca Udayana dan Loang Baloq dibuka hanya saat akhir pekan (Sabtu dan Ahad).
"Kondisi itu terjadi karena sumber daya manusia (SDM) kita terbatas," katanya.*