Manokwari (ANTARA) - Badan Standardisasi Nasional (BSN) menyebut laboratorium Lembaga Sertifikasi Produk (LS Pro) Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Kementerian Pertanian Provinsi Papua Barat menjadi yang pertama di wilayah timur Indonesia.
"Wilayah timur Indonesia belum ada LS Pro seperti yang dimiliki oleh BSIP Papua Barat," kata Direktur Penguatan Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian BSN Triningsih Herlinawati di Manokwari, Jumat.
Menurut dia, pembentukan laboratorium Lembaga Sertifikasi Produk berstandar ISO 17065 oleh BSIP Papua Barat akan menjadi role model penjaminan mutu komoditas unggulan pertanian di kawasan timur Indonesia.
Oleh sebab itu, BSN senantiasa berkolaborasi dan memberikan pendampingan bagi BSIP Papua Barat melalui pra-audit implementasi dokumen sistem mutu LS Pro guna memperoleh akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN).
"BSN mendorong agar laboratorium LS Pro BSIP Papua Barat lebih profesional setelah terakreditasi, dan produk UMKM naik kelas," ucap dia.
Selain itu, kata Triningsih, kehadiran laboratorium LS Pro BSIP Papua Barat berdampak positif pada perluasan pasar komoditas pertanian unggulan melalui penjaminan mutu Standar Nasional Indonesia (SNI) dan peningkatan nilai ekspor komoditas pertanian.
Triningsih mengemukakan bahwa SNI menjadi acuan transaksi pasar memilih produk berkualitas sekaligus membantu konsumen terbebas dari produk yang berbahaya bagi keselamatan hidup, kesehatan, ataupun keberlangsungan lingkungan.
"Biaya yang dikeluarkan pelaku UMKM untuk dapatkan mutu produk lebih efisien dan lebih cepat karena selama ini tidak ada laboratorium di Tanah Papua," jelas dia.
Ia menyebutkan ada banyak produk pertanian di wilayah timur Indonesia yang berkualitas, tetapi tidak memiliki dokumen standardisasi mutu dari lembaga berkompetensi.
Kondisi tersebut mengakibatkan jumlah produk sektor pertanian dari Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang mampu menembus pasar global masih sangat minim.
"Standar mutu produk itu wajib dimiliki, dan produknya bukan hanya untuk perusahaan besar, melainkan UMKM juga bisa," tutur dia.
Kepala BSIP Papua Barat Doktor Aser Rouw menjelaskan bahwa penambahan layanan laboratorium Lembaga Sertifikasi Produk berstandar ISO 17065 bermaksud meningkatkan mutu dan daya saing komoditas pertanian pada pasar global.
Sebelumnya, BSIP Papua Barat sudah memiliki laboratorium pengujian pangan terakreditasi K yang akan ditingkatkan menjadi laboratorium Lembaga Sertifikasi Produk berstandar ISO 17065.
"SDM kami hanya 24 orang. Akan tetapi, semuanya sudah memiliki kompetensi sesuai dengan standar LS Pro," ucap Aser.
Aser Rouw menuturkan bahwa BSIP Papua Barat berhasil memberikan pendampingan penjaminan mutu terhadap dua produk pertanian unggulan, yaitu buah pala Fakfak dan cokelat Ransiki.
Apabila LS Pro BSIP Papua Barat mendapatkan akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional, menurut dia, pendampingan mutu produk pertanian akan diperluas.
Baca juga: Sleman mendukung pembangunan laboratorium pengembangan jamur konsumsi
Baca juga: Sucofindo resmikan Laboratorium Sangkulirang
"Dua produk itu sudah tembus pasar internasional, sudah diekspor ke beberapa negara," kata dia.
"Wilayah timur Indonesia belum ada LS Pro seperti yang dimiliki oleh BSIP Papua Barat," kata Direktur Penguatan Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian BSN Triningsih Herlinawati di Manokwari, Jumat.
Menurut dia, pembentukan laboratorium Lembaga Sertifikasi Produk berstandar ISO 17065 oleh BSIP Papua Barat akan menjadi role model penjaminan mutu komoditas unggulan pertanian di kawasan timur Indonesia.
Oleh sebab itu, BSN senantiasa berkolaborasi dan memberikan pendampingan bagi BSIP Papua Barat melalui pra-audit implementasi dokumen sistem mutu LS Pro guna memperoleh akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN).
"BSN mendorong agar laboratorium LS Pro BSIP Papua Barat lebih profesional setelah terakreditasi, dan produk UMKM naik kelas," ucap dia.
Selain itu, kata Triningsih, kehadiran laboratorium LS Pro BSIP Papua Barat berdampak positif pada perluasan pasar komoditas pertanian unggulan melalui penjaminan mutu Standar Nasional Indonesia (SNI) dan peningkatan nilai ekspor komoditas pertanian.
Triningsih mengemukakan bahwa SNI menjadi acuan transaksi pasar memilih produk berkualitas sekaligus membantu konsumen terbebas dari produk yang berbahaya bagi keselamatan hidup, kesehatan, ataupun keberlangsungan lingkungan.
"Biaya yang dikeluarkan pelaku UMKM untuk dapatkan mutu produk lebih efisien dan lebih cepat karena selama ini tidak ada laboratorium di Tanah Papua," jelas dia.
Ia menyebutkan ada banyak produk pertanian di wilayah timur Indonesia yang berkualitas, tetapi tidak memiliki dokumen standardisasi mutu dari lembaga berkompetensi.
Kondisi tersebut mengakibatkan jumlah produk sektor pertanian dari Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang mampu menembus pasar global masih sangat minim.
"Standar mutu produk itu wajib dimiliki, dan produknya bukan hanya untuk perusahaan besar, melainkan UMKM juga bisa," tutur dia.
Kepala BSIP Papua Barat Doktor Aser Rouw menjelaskan bahwa penambahan layanan laboratorium Lembaga Sertifikasi Produk berstandar ISO 17065 bermaksud meningkatkan mutu dan daya saing komoditas pertanian pada pasar global.
Sebelumnya, BSIP Papua Barat sudah memiliki laboratorium pengujian pangan terakreditasi K yang akan ditingkatkan menjadi laboratorium Lembaga Sertifikasi Produk berstandar ISO 17065.
"SDM kami hanya 24 orang. Akan tetapi, semuanya sudah memiliki kompetensi sesuai dengan standar LS Pro," ucap Aser.
Aser Rouw menuturkan bahwa BSIP Papua Barat berhasil memberikan pendampingan penjaminan mutu terhadap dua produk pertanian unggulan, yaitu buah pala Fakfak dan cokelat Ransiki.
Apabila LS Pro BSIP Papua Barat mendapatkan akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional, menurut dia, pendampingan mutu produk pertanian akan diperluas.
Baca juga: Sleman mendukung pembangunan laboratorium pengembangan jamur konsumsi
Baca juga: Sucofindo resmikan Laboratorium Sangkulirang
"Dua produk itu sudah tembus pasar internasional, sudah diekspor ke beberapa negara," kata dia.