Tarakan (ANTARA) - Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Tarakan melaksanakan simulasi pemungutan dan penghitungan suara serta penggunaan sistem informasi rekapitulasi (Sirekap) dalam Pemilu 2024.
"Simulasi yang dilaksanakan oleh seluruh PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) dan PPS (Panitia Pemungutan Suara) beserta sekretariat," kata Ketua KPU Kota Tarakan Nasruddin saat pelaksanaan simulasi pemungutan dan penghitungan suara di Tarakan, Sabtu.
Sebanyak 150 orang dari PPK dan PPS serta sekretariat PPK dan PPS yang mengikuti simulasi tersebut termasuk simulasi menjadi pemilih.
"Jadi kita simulasi sesuai kondisi yang bisa terjadi di lapangan, jadi masing - masing pemilih kita berikan sesuai kasusnya misalnya ada pemilih disabilitas kemudian ada pemilih yang sedang hamil," kata Nasruddin.
Selain itu, dilakukan simulasi ketika pemilih tidak membawa surat undangan pemilih, kemudian tidak membawa daftar pemilih tambahan. Harapannya nanti kalau di lapangan petugas PPS dan PPK tidak bingung karena mendapat kasus - kasus yang potensi terjadi di lapangan.
Suasana simulasi dilakukan seperti yang biasa terjadi di lapangan karena ada KPPS, para saksi dari partai politik dan petugas Bawaslu. Selain itu, disiapkan juga contoh surat suara untuk Presiden dan Wakil Presiden, DPR RI, DPRD Provinsi dan DPRD kabupaten/kota.
Nasruddin mengungkapkan alah satu hal riskan yang dapat terjadi saat pemilihan, jika ada warga yang tidak memiliki hak pilih namun menggunakan kartu tanda penduduk, setelah dilakukan pengecekan ternyata masih terdaftar di luar daerah.
"Hal tersebut tidak dibenarkan bila pemilihnya mengotot untuk mau tetap memilih maka dinamika tersebut dapat terjadi," katanya.
Baca juga: Jumlah pelamar KPPS di NTB capai 118.757 orang
Baca juga: Jelang debat cawapres, PDIP sebut Mahfud serap pengalaman Ganjar
Selain itu, setiap KPPS diberikan waktu untuk mengecek pemilih melalui daring, apakah diterima dengan syarat - syarat atau tidak diterima.
Suasana simulasi pemungutan dan penghitungan suara serta penggunaan Sirekap yang dilaksanakan, ramai diwarnai drama kejadian seperti pemilih yang mencoba melakukan pemungutan suara berulang kali dengan cara mengganti pakaiannya.
Namun ketahuan berkat kesigapan dan kewaspadaan dari petugas di lapangan.
"Simulasi yang dilaksanakan oleh seluruh PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) dan PPS (Panitia Pemungutan Suara) beserta sekretariat," kata Ketua KPU Kota Tarakan Nasruddin saat pelaksanaan simulasi pemungutan dan penghitungan suara di Tarakan, Sabtu.
Sebanyak 150 orang dari PPK dan PPS serta sekretariat PPK dan PPS yang mengikuti simulasi tersebut termasuk simulasi menjadi pemilih.
"Jadi kita simulasi sesuai kondisi yang bisa terjadi di lapangan, jadi masing - masing pemilih kita berikan sesuai kasusnya misalnya ada pemilih disabilitas kemudian ada pemilih yang sedang hamil," kata Nasruddin.
Selain itu, dilakukan simulasi ketika pemilih tidak membawa surat undangan pemilih, kemudian tidak membawa daftar pemilih tambahan. Harapannya nanti kalau di lapangan petugas PPS dan PPK tidak bingung karena mendapat kasus - kasus yang potensi terjadi di lapangan.
Suasana simulasi dilakukan seperti yang biasa terjadi di lapangan karena ada KPPS, para saksi dari partai politik dan petugas Bawaslu. Selain itu, disiapkan juga contoh surat suara untuk Presiden dan Wakil Presiden, DPR RI, DPRD Provinsi dan DPRD kabupaten/kota.
Nasruddin mengungkapkan alah satu hal riskan yang dapat terjadi saat pemilihan, jika ada warga yang tidak memiliki hak pilih namun menggunakan kartu tanda penduduk, setelah dilakukan pengecekan ternyata masih terdaftar di luar daerah.
"Hal tersebut tidak dibenarkan bila pemilihnya mengotot untuk mau tetap memilih maka dinamika tersebut dapat terjadi," katanya.
Baca juga: Jumlah pelamar KPPS di NTB capai 118.757 orang
Baca juga: Jelang debat cawapres, PDIP sebut Mahfud serap pengalaman Ganjar
Selain itu, setiap KPPS diberikan waktu untuk mengecek pemilih melalui daring, apakah diterima dengan syarat - syarat atau tidak diterima.
Suasana simulasi pemungutan dan penghitungan suara serta penggunaan Sirekap yang dilaksanakan, ramai diwarnai drama kejadian seperti pemilih yang mencoba melakukan pemungutan suara berulang kali dengan cara mengganti pakaiannya.
Namun ketahuan berkat kesigapan dan kewaspadaan dari petugas di lapangan.