Mataram (Antara NTB) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Barat memberikan pelatihan pengelolaan keuangan kepada 60 pelaku usaha mikro, kecil dan menengah di Kota Mataram agar mampu meningkatkan kesejahteraannya.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Nusa Tenggara Barat (NTB) Prijono, di Mataram, Kamis, mengatakan pelatihan pada 5-6 Oktober 2016 itu dilakukan bekerja sama dengan Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Mataram, dan komunitas Tangan di Atas (TDA) Kota Mataram.

"BI berkewajiban meningkatkan kapasitas pelaku UMKM karena sektor ini juga menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia," katanya.

Dengan diselenggarakannya pelatihan diharapkan UMKM di NTB, utamanya di Kota Mataram, dapat terpacu untuk mengelola keuangan dengan lebih baik, sehingga kapasitas usaha dapat dikembangkan lebih jauh dan berujung pada kesejahteraan masyarakat.

Menurut Prijono, sebesar 99,99 persen unit usaha secara nasional tergolong UMKM, dengan mempekerjakan 97,16 persen dari total tenaga kerja.

Namun dalam usaha untuk meningkatkan kapasitasnya, UMKM banyak menemui tantangan, salah satunya adalah terkait dengan modal usaha.

Untuk mengelola modal, UMKM membutuhkan pengetahuan pengelolaan keuangan yang cukup, baik pengelolaan pendapatan maupun pola belanja.

Ia menambahkan, keberhasilan suatu usaha sangat dipengaruhi oleh cara manajemen mengelola keuangan antara lain dalam hal menyusun arus kas, membuat rencana keuangan, membedakan kebutuhan dan keinginan serta budaya menabung.

"Makanya pengetahuan pengelolaan keuangan yang baik sangat penting, tidak hanya bagi UMKM tapi bagi seluruh lapisan masyarakat," ujarnya.

Dalam pelatihan tersebut, Kantor Perwakilan BI NTB menghadirkan Ir Lindrawaty Angkawijaya MM, dari Widyaswara Utama, sebagai narasumber pengelolaan keuangan dengan materi metode sistem paku/amplop.

Pelatihan dikemas dalam bentuk pemaparan dan "role play`. Pada kesempatan tersebut juga dilaksanakan sosialisasi terkait Layanan Keuangan Digital dan Uang Elektronik oleh Bank Indonesia.

Kesempatan pelatihan tersebut juga dimanfaatkan oleh Kantor Perwakilan BI NTB untuk menyosialisasikan upaya pengendalian inflasi.

Prijono menyebutkan, komoditas cabai menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi pada bulan Januari, Februari dan Maret 2016, dan dikenal sebagai salah satu komoditas "volatile food" penyumbang inflasi utama sejak lama di NTB.

Oleh karena itu, Kantor Perwakilan BI NTB melakukan inisiatif penanaman cabai pada "demonstration plot" (demplot) menggunakan total organik yang penanamannya dilakukan di musim kemarau dan panennya diperkirakan menjelang musim hujan.

"Kami berharap pasokan cabai ke pasaran pada musim hujan tetap terjaga, sehingga harganya juga tetap stabil," ucap Prijono. (*)

Pewarta :
Editor : Awaludin
Copyright © ANTARA 2024