Kupang (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Timur mengimbau petani di provinsi berbasis kepulauan itu untuk mulai menanam selama Januari hingga Februari 2024 mengingat krisis El Nino masih melanda daerah itu.

"Petani sudah harus mulai menanam dari sekarang sampai dengan Februari nanti, karena ada pergeseran musim tanam akibat El Nino," kata Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT Lucky Koli di Kupang, Selasa.

Hal ini disampaikannya berkaitan dengan dampak krisis EL Nino di NTT, dimana berujung pada curah hujan yang rendah yang berdampak pada jadwal tanam padi dan jagung milik para petani di NTT.

Lucky mengatakan bahwa, jika berkaca dari tahun-tahun sebelumnya proses tanam di NTT sudah dimulai sejak Oktober hingga November. Namun di saat El Nino seperti sekarang ini terpaksa musim tanamnya alami pergeseran menjadi Januari hingga Februari.

Hal ini karena berdasarkan informasi dari BMKG musim hujan sudah mulai merata di beberapa wilayah di provinsi tersebut.

"Jadi memang kita alami kemunduran proses tanam karena El Nino ini, tetapi kami sudah imbau para petani untuk mengantisipasinya," ujar dia.

Dia menambahkan bahwa untuk para petani yang berada di area irigasi seperti di dekat kawasan bendungan dan beberapa kawasan irigasi lainnya secara umum tidak terdampak.  Namun yang terdampak adalah petani yang area persawahan atau area pertaniannya berharap dari hujan. Seperti sawah tadah hujan dan area perkebunan lainnya yang butuh banyak air.

Karena itu dia mengimbau juga para petani lebih baik menanam tanaman palawija atau holtikultura serta ramah terhadap kekeringan. Dia menilai bahwa menghadapi fenomena alam tersebut pemilihan komoditas itu yang sangat menentukan. Tentunya umurnya tidak panjang dan tidak menggunakan air yang banyak.

"Kita imbau agar hal ini dilakukan dengan menanam di lahan-lahan yang memungkinkan sehingga petani tidak kehilangan hasil produksi dampak El Nino," tambah dia.

Kepala BPBD NTT Ambroius Kodo mengatakan bahwa pemerintah NTT telah menyediakan cadangan beras sebanyak 100 ton untuk setiap kabupaten sebagai langkah penanganan dampak kekeringan.

Dia mengatakan bahwa musim hujan di NTT setiap tahun mulai dari November dan Desember. Namun sampai saat ini berdasarkan laporan dari BMKG zona di NTT belum memasuki musim hujan.

"Tentu ini sangat berdampak kepada para petani di NTT," tambah dia.

Baca juga: Kementan kurangi jatah alokasi pupuk subsidi secara nasional
Baca juga: Polres Lombok Utara menetapkan tersangka kasus proyek sumur bor

Dia menambahkan sesuai dengan hasil rapat informasi dari Balai Wilayah Sungai (BWS) cadangan persediaan air bersih saat ini hanya mencapai 57 persen.

Karena itu Langkah selanjutnya menganalisis data dan kondisi ini bisa naik dari status siaga darurat menjadi tanggap darurat.



 

Pewarta : Kornelis Kaha
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024