Banda Aceh (ANTARA) - Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Fitra Arda menyatakan ruang-ruang ngopi dimana masyarakat biasa saling bercengkerama dan berdiskusi dapat memperkuat ketahanan budaya rakyat di tengah derasnya arus digitalisasi.
Hal tersebut disampaikan Fitra saat menghadiri acara "Sosialisasi implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat berbasis kebudayaan" di Kota Banda Aceh pada Rabu.
"Ruang-ruang ngopi itu suasana khas dan kekuatan kita, di sana ada percakapan dan diskusi yang terus mengalir di tengah derasnya arus digitalisasi. Nanti akan kita kelola itu sebagai bentuk dari penguatan ketahanan budaya masyarakat kita," ujar Fitra.
Ia menjelaskan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memiliki tiga arah kebijakan baru. Pertama yakni prinsip pengarusutamaan, dimana budaya menjadi metode dalam pembangunan. Kedua, mengakui peran serta masyarakat dimana pemerintah hanya sekadar memfasilitasi, dan ketiga yakni memperkuat ekosistem kebudayaan.
"Ketahanan budaya di ruang-ruang kopi ini termasuk bagian dari memperkuat ekosistem kebudayaan. Kopi akan selalu menjadi bagian dari percakapan kita, ada keterpaduan antar komunitas di situ," katanya.
Ia menegaskan yang paling penting dari memperkuat ekosistem kebudayaan yakni membangun narasinya, bukan sekadar menghafalkan arti dari budaya itu apa.
"Indonesia Raya itu bangunlah jiwanya, bangunlah badannya. Jiwanya perlu dibangun dari narasi budaya, nilai-nilai di balik budaya. Tari Saman misalnya, dibaliknya ada pelajaran tentang manajemen, bagaimana orang itu agar bisa bergerak sama dan selaras menjadi satu kesatuan," ucapnya.
Ia menegaskan ketahanan budaya menjadi hal utama yang perlu dibangun, dimana Kota Banda Aceh telah banyak didukung melalui berbagai pendanaan, salah satunya Dana Alokasi Khusus (DAK) yang nantinya masyarakat didorong untuk membuat program-program yang berbasis komunitas untuk membangun narasi budaya.
"Ketahanan budaya menjadi hal utama. Aceh banyak didukung pendanaan melalui DAK di museum, ada enam museum yang kita dukung, dan taman budaya. Kita mendorong masyarakat untuk membuat program-program yang ada kaitan dengan jiwa dan nyawanya untuk membangun narasi budaya," tutur Fitra.
Menurutnya, ketahanan budaya juga bisa dilakukan melalui penguatan karakter dari kearifan lokal, bagaimana membangun karakter masyarakat yang dapat hidup dari budaya sehingga bernilai ekonomi.
Baca juga: Pemajuan kebudayaan terkait erat dengan ketahanan pangan
Baca juga: Kemendagri komitmen perkuat ketahanan budaya
"Dari ruang-ruang kopi itu kan nanti bisa muncul pembahasan tentang kekuatan komunitas untuk menggerakkan budaya agar lebih bernilai ekonomi, misalnya di Aceh ini bagaimana agar budaya berbasis syariat Islam dapat menjadi kekuatan. Artinya Islam bisa tumbuh berdampingan dengan agama lain dan menjadi daya tarik bagi wisatawan," paparnya.
Hal tersebut disampaikan Fitra saat menghadiri acara "Sosialisasi implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat berbasis kebudayaan" di Kota Banda Aceh pada Rabu.
"Ruang-ruang ngopi itu suasana khas dan kekuatan kita, di sana ada percakapan dan diskusi yang terus mengalir di tengah derasnya arus digitalisasi. Nanti akan kita kelola itu sebagai bentuk dari penguatan ketahanan budaya masyarakat kita," ujar Fitra.
Ia menjelaskan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memiliki tiga arah kebijakan baru. Pertama yakni prinsip pengarusutamaan, dimana budaya menjadi metode dalam pembangunan. Kedua, mengakui peran serta masyarakat dimana pemerintah hanya sekadar memfasilitasi, dan ketiga yakni memperkuat ekosistem kebudayaan.
"Ketahanan budaya di ruang-ruang kopi ini termasuk bagian dari memperkuat ekosistem kebudayaan. Kopi akan selalu menjadi bagian dari percakapan kita, ada keterpaduan antar komunitas di situ," katanya.
Ia menegaskan yang paling penting dari memperkuat ekosistem kebudayaan yakni membangun narasinya, bukan sekadar menghafalkan arti dari budaya itu apa.
"Indonesia Raya itu bangunlah jiwanya, bangunlah badannya. Jiwanya perlu dibangun dari narasi budaya, nilai-nilai di balik budaya. Tari Saman misalnya, dibaliknya ada pelajaran tentang manajemen, bagaimana orang itu agar bisa bergerak sama dan selaras menjadi satu kesatuan," ucapnya.
Ia menegaskan ketahanan budaya menjadi hal utama yang perlu dibangun, dimana Kota Banda Aceh telah banyak didukung melalui berbagai pendanaan, salah satunya Dana Alokasi Khusus (DAK) yang nantinya masyarakat didorong untuk membuat program-program yang berbasis komunitas untuk membangun narasi budaya.
"Ketahanan budaya menjadi hal utama. Aceh banyak didukung pendanaan melalui DAK di museum, ada enam museum yang kita dukung, dan taman budaya. Kita mendorong masyarakat untuk membuat program-program yang ada kaitan dengan jiwa dan nyawanya untuk membangun narasi budaya," tutur Fitra.
Menurutnya, ketahanan budaya juga bisa dilakukan melalui penguatan karakter dari kearifan lokal, bagaimana membangun karakter masyarakat yang dapat hidup dari budaya sehingga bernilai ekonomi.
Baca juga: Pemajuan kebudayaan terkait erat dengan ketahanan pangan
Baca juga: Kemendagri komitmen perkuat ketahanan budaya
"Dari ruang-ruang kopi itu kan nanti bisa muncul pembahasan tentang kekuatan komunitas untuk menggerakkan budaya agar lebih bernilai ekonomi, misalnya di Aceh ini bagaimana agar budaya berbasis syariat Islam dapat menjadi kekuatan. Artinya Islam bisa tumbuh berdampingan dengan agama lain dan menjadi daya tarik bagi wisatawan," paparnya.