Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendistribusikan sekitar 300 ribu alat antropometri menuju posyandu dan puskesmas di berbagai daerah dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan anak serta deteksi dini stunting.
"Kementerian Kesehatan dalam dua tahun ini membagikan 300 ribuan timbangan antropometri ke seluruh posyandu," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melalui Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes di Jakarta, Kamis.
Berdasarkan laporan Kemenkes, pemenuhan alat ukur timbang bayi tersebut dilakukan secara bertahap sejak 2020 di 1.823 posyandu, pada 2021 di 16.936 posyandu, 2022 di 34.256 posyandu, dan 2023 di 127.033 posyandu.
Selain itu, kebutuhan alat antropometri juga telah dipenuhi di 25.177 puskesmas pada 2019. Sedangkan pada tahun ini sedang bergulir distribusi antropometri di 81.512 posyandu. Budi mengatakan antropometri sebelumnya diberikan ke puskesmas, tetapi dalam dua tahun terakhir diperluas ke posyandu karena sangat bermanfaat dalam mencegah stunting.
Kemenkes menyatakan total kebutuhan untuk alat antropometri di seluruh posyandu di Indonesia mencapai 313.737 unit dari total 303.416 posyandu. Budi mengatakan timbang bayi digital ini akan memantau pertumbuhan bayi di Indonesia sehingga dapat mendeteksi apabila ada bayi yang kemungkinan mengalami stunting sejak dini.
Baca juga: 10 puskesmas sudah dilengkapi alat USG gratis
Baca juga: 25 puskesmas di Lombok Tengah sediakan layanan USG gratis
Diharapkan dengan adanya alat antropometri ini maka pertumbuhan bayi di Indonesia dapat terpantau, sehingga dapat mendeteksi apabila ada bayi yang bergejala mengalami stunting. Menurut Budi upaya pencegahan stunting juga tidak lepas dari kondisi kesehatan ibu selama hamil melalui pemanfaatan alat ultrasonografi (USG). Untuk itu, Kemenkes juga mendistribusikan alat ultrasonografi (USG) menuju 6.886 puskesmas pada 2022 dan 1.943 puskesmas di 2023. Kebijakan itu berlanjut tahun ini dengan target sebanyak 1.492 puskesmas.
Dikatakan Budi jumlah itu menambah kebutuhan alat USG dari yang sebelumnya berjumlah 2.000 unit dari total 10 ribu puskesmas di Indonesia.
“Saya telah melakukan pengecek ke sejumlah puskesmas di berbagai wilayah, ternyata USG sudah dipakai. Jadi, saya senang sekali program kita sudah berjalan,” katanya.
"Kementerian Kesehatan dalam dua tahun ini membagikan 300 ribuan timbangan antropometri ke seluruh posyandu," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melalui Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes di Jakarta, Kamis.
Berdasarkan laporan Kemenkes, pemenuhan alat ukur timbang bayi tersebut dilakukan secara bertahap sejak 2020 di 1.823 posyandu, pada 2021 di 16.936 posyandu, 2022 di 34.256 posyandu, dan 2023 di 127.033 posyandu.
Selain itu, kebutuhan alat antropometri juga telah dipenuhi di 25.177 puskesmas pada 2019. Sedangkan pada tahun ini sedang bergulir distribusi antropometri di 81.512 posyandu. Budi mengatakan antropometri sebelumnya diberikan ke puskesmas, tetapi dalam dua tahun terakhir diperluas ke posyandu karena sangat bermanfaat dalam mencegah stunting.
Kemenkes menyatakan total kebutuhan untuk alat antropometri di seluruh posyandu di Indonesia mencapai 313.737 unit dari total 303.416 posyandu. Budi mengatakan timbang bayi digital ini akan memantau pertumbuhan bayi di Indonesia sehingga dapat mendeteksi apabila ada bayi yang kemungkinan mengalami stunting sejak dini.
Baca juga: 10 puskesmas sudah dilengkapi alat USG gratis
Baca juga: 25 puskesmas di Lombok Tengah sediakan layanan USG gratis
Diharapkan dengan adanya alat antropometri ini maka pertumbuhan bayi di Indonesia dapat terpantau, sehingga dapat mendeteksi apabila ada bayi yang bergejala mengalami stunting. Menurut Budi upaya pencegahan stunting juga tidak lepas dari kondisi kesehatan ibu selama hamil melalui pemanfaatan alat ultrasonografi (USG). Untuk itu, Kemenkes juga mendistribusikan alat ultrasonografi (USG) menuju 6.886 puskesmas pada 2022 dan 1.943 puskesmas di 2023. Kebijakan itu berlanjut tahun ini dengan target sebanyak 1.492 puskesmas.
Dikatakan Budi jumlah itu menambah kebutuhan alat USG dari yang sebelumnya berjumlah 2.000 unit dari total 10 ribu puskesmas di Indonesia.
“Saya telah melakukan pengecek ke sejumlah puskesmas di berbagai wilayah, ternyata USG sudah dipakai. Jadi, saya senang sekali program kita sudah berjalan,” katanya.