Jakarta (ANTARA) - Saat tahun baru dimulai, segala sesuatunya tampak baru. Dunia telah menyambut tahun baru 2024, dan seluruh rakyat dunia menantikan dunia kita akan menjadi lebih baik di tahun baru ini.
Bagaimana membangun dunia yang lebih baik? Pertama-tama, kita harus memahami era yang kita jalani secara akurat.
Seperti yang pernah dikutip oleh Presiden Xi Jinping dari penulis Inggris, Charles Dickens, "Inilah masa terbaik, sekaligus masa terburuk". Saat ini, kekayaan materi terus bertambah, kemajuan teknologi terus berkembang, dan peradaban manusia mencapai tingkat sejarah yang baru.
Namun, kenyataan yang tak terhindarkan adalah bahwa manusia juga berada pada era yang penuh tantangan yang tiada habisnya dan risiko yang semakin meningkat.
Pertumbuhan ekonomi dunia melambat, risiko konflik geopolitik meningkat, mentalitas Perang Dingin dan politik kekuasaan masih menghantui.
Perubahan iklim, masalah pangan, masalah pengungsi, penyakit menular utama dan lain-lain merupakan tantangan serius yang harus kita atasi bersama.
Di Gaza, di Ukraina, tragedi masih terus terjadi. Semua orang sedang berpikir, "Ada apa dengan dunia ini? Manusia harus membangun dunia seperti apa? Bagaimana membangun dunia seperti itu?"
Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara besar yang bertanggung jawab, jawaban China adalah untuk mendorong pembangunan Komunitas Senasib Sepenanggungan Manusia.
Rapat Kerja Urusan Luar Negeri Komite Sentral suatu partai di China yang digelar di Beijing pada akhir tahun lalu menjelaskan bahwa mendorong pembangunan Komunitas Senasib Sepenanggungan Manusia adalah tujuan mulia yang ditempuh China dalam melakukan diplomasi berkarakteristik China pada era baru ini.
China mendorong pembangunan Komunitas Senasib Sepenanggungan Manusia dengan tujuan untuk membangun dunia yang terbuka, inklusif, bersih dan indah dengan perdamaian abadi, keamanan universal, dan kemakmuran bersama.
Jalur yang kami tempuh adalah konsultasi bersama, pembangunan bersama dan menikmati manfaat bersama, dan berkomitmen untuk membangun jenis hubungan internasional yang baru.
Ini berbeda dengan mentalitas usang beberapa negara yang melakukan konfrontasi dan aliansi. Ini bukan jalan usang negara yang melakukan penjajahan dan hegemoni ketika menjadi lebih kuat, juga bukan jalan buntu dalam mencari perdamaian melalui kompromi dan belas kasihan dan diintimidasi oleh negara lain, melainkan jalan yang benar menuju perkembangan damai.
Bangsa China selalu mendukung perdamaian dunia dan sejahtera bersama, dan ini sejalan dengan konsep Konferensi Asia-Afrika yang diadakan lebih dari 60 tahun lalu di Bandung.
China tidak pernah mengutamakan kepentingannya sendiri dengan mengorbankan negara lain, dan tidak berminat memainkan Zero-sum game. China tidak pernah menginvasi atau menjarah negara lain, tidak pernah menjajah dan menindas bangsa lain selama tumbuh menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia.
Inisiatif "Sabuk dan Jalan (BRI)", Inisiatif Pembangunan Global (GDI), Inisiatif Keamanan Global (GSI), dan Inisiatif Peradaban Global (GCI) yang diusulkan oleh Presiden Xi Jinping mendapat dukungan luas dari masyarakat internasional, dan Tiongkok menyambut semua negara untuk bersama-sama membangun Komunitas Senasib Sepenanggungan Manusia.
China menyerukan dunia multipolar yang setara dan teratur. Presiden Joko Widodo pernah menyatakan di KTT G20 Bali bahwa perdamaian dan stabilitas adalah syarat penting bagi perkembangan global dan regional.
Sebagai negara berkembang yang besar, China dan Indonesia mempunyai tujuan yang sama. Bagaimana menjaga perdamaian dan stabilitas serta melindungi perkembangan normal setiap orang, setiap perusahaan, dan setiap negara?
Solusi dari China adalah dengan mendorong dunia multipolar yang setara dan teratur, yaitu semua negara, berapa pun ukurannya, diperlakukan setara, hegemonisme dan politik kekuasaan ditolak, dan demokrasi dalam hubungan internasional diusung.
Semua negara harus mematuhi tujuan dan Piagam PBB, dan prinsip-prinsip dasar hubungan internasional yang diakui secara umum, serta mempraktikkan multilateralisme yang sejati.
China menyerukan globalisasi ekonomi yang bermanfaat secara universal dan inklusif. Hal ini sangat penting bagi kawasan Asia-Pasifik yang penuh dengan vitalitas dan potensi ekonomi terbesar.
Globalisasi ekonomi yang bermanfaat secara universal dan inklusif adalah menentang segala bentuk unilateralisme, proteksionisme, serta decoupling dan gangguan rantai pasokan, dengan tegas mendorong liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi, dan mendorong globalisasi ekonomi lebih terbuka, inklusif dan seimbang.
China dan negara-negara kawasan termasuk Indonesia telah mendorong berlakunya Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) dan memperdalam kerja sama yang saling menguntungkan dalam rantai pasok industri adalah bagian dari mendorong globalisasi ekonomi yang bermanfaat secara universal dan inklusif.
Dunia multipolar, globalisasi ekonomi, dan demokrasi yang lebih baik dalam hubungan internasional barulah dunia yang baik. Saat ini, China sedang membangun Komunitas Senasib Sepenanggungan bersama dengan semakin banyak teman dan mitra, termasuk Indonesia.
Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) yang melaju di antara Jakarta dan Bandung, Jembatan Suramadu yang megah dan nyaman, bantuan vaksin China yang dikirim saat dibutuhkan, mobil energi baru yang ramah lingkungan dan modis, serta mobile game (Mobile Legends) yang sangat digemari oleh anak muda, semuanya adalah gambaran nyata dari berkonsultasi bersama, membangun bersama dan menikmati manfaat bersama, dan mencapai sejahtera bersama antara China dan Indonesia.
Sebagaimana Presiden Xi Jinping mengutip pepatah Indonesia saat menghadiri KTT G20 Bali, "Seliang bagai tebu, serumpun bagai serai", China bersedia bekerja sama dengan Indonesia untuk mengimplementasikan konsensus penting tentang pembangunan Komunitas Senasib Sepenanggungan China-Indonesia yang disepakati oleh pimpinan kedua negara, memperkuat pertukaran dan kerja sama di segala bidang secara komprehensif, dan berupaya mendorong perdamaian, stabilitas, perkembangan dan kemakmuran China, Indonesia, kawasan dan dunia, serta membangun Komunitas Senasib Sepenanggungan Manusia.
*) Lu Kang adalah Duta Besar Republik Rakyat China untuk Indonesia.
Pandangan dan pendapat yang dikemukakan dalam artikel ini adalah milik penulis dan tidak mencerminkan kebijakan resmi atau posisi Kantor Berita ANTARA.