Mataram (Antara NTB) - Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat mencatat laju inflasi gabungan Kota Mataram dan Kota Bima pada April 2017 sebesar 0,03 persen yang disebabkan kenaikan tarif listrik.
"Kenaikan tarif listrik berkontribusi menyumbang inflasi sebesar 0,0801 persen," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi, Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat (NTB) Kadek Adi Madri, di Mataram, Selasa.
Selain tarif listrik, kata dia, komoditas lain yang memberikan andil relatif besar terhadap laju inflasi NTB pada April 2017, adalah tomat sayur sebesar 0,1013 persen, daging ayam ras 0,0743 persen, sepeda motor 0,0309 persen dan bawang putih 0,0269 persen.
"Rokok kretek, emas perhiasan, air kemasan, kopi bubuk dan telur ayam ras juga ikut menyumbang inflasi," ujarnya.
Kadek mengatakan, laju inflasi NTB tahun kalender April 2017 mencapai 1,07 persen. Angka tersebut lebih tinggi dibanding tahun kalender April 2016 sebesar 0,63 persen.
Sedangkan laju inflasi tahun ke tahun April 2017 sebesar 3,05 persen. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi tahun ke tahun pada April 2016 sebesar 3,83 persen.
"Kami berharap laju inflasi NTB tetap terkendali. Tentunya itu menjadi tanggung jawab kita bersama, terutama di jajaran Tim Pengendali Inflasi Daerah," ucapnya.
Pada April 2017, lanjut dia, inflasi secara nasional mencapai 0,09 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 128,33 persen.
Dari 82 kota yang menghitung IHK, tercatat 53 kota mengalami inflasi dan 29 kota deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Kota Pangkal Pinang sebesar 1,02 persen, sedangkan terendah di Kota Cilacap sebesar 0,01 persen.
Untuk deflasi tertinggi terjadi di Kota Singaraja sebesar 1,08 persen dan terendah di Kota DKI Jakarta, dan Manado sebesar 0,02 persen. (*)
"Kenaikan tarif listrik berkontribusi menyumbang inflasi sebesar 0,0801 persen," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi, Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat (NTB) Kadek Adi Madri, di Mataram, Selasa.
Selain tarif listrik, kata dia, komoditas lain yang memberikan andil relatif besar terhadap laju inflasi NTB pada April 2017, adalah tomat sayur sebesar 0,1013 persen, daging ayam ras 0,0743 persen, sepeda motor 0,0309 persen dan bawang putih 0,0269 persen.
"Rokok kretek, emas perhiasan, air kemasan, kopi bubuk dan telur ayam ras juga ikut menyumbang inflasi," ujarnya.
Kadek mengatakan, laju inflasi NTB tahun kalender April 2017 mencapai 1,07 persen. Angka tersebut lebih tinggi dibanding tahun kalender April 2016 sebesar 0,63 persen.
Sedangkan laju inflasi tahun ke tahun April 2017 sebesar 3,05 persen. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi tahun ke tahun pada April 2016 sebesar 3,83 persen.
"Kami berharap laju inflasi NTB tetap terkendali. Tentunya itu menjadi tanggung jawab kita bersama, terutama di jajaran Tim Pengendali Inflasi Daerah," ucapnya.
Pada April 2017, lanjut dia, inflasi secara nasional mencapai 0,09 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 128,33 persen.
Dari 82 kota yang menghitung IHK, tercatat 53 kota mengalami inflasi dan 29 kota deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Kota Pangkal Pinang sebesar 1,02 persen, sedangkan terendah di Kota Cilacap sebesar 0,01 persen.
Untuk deflasi tertinggi terjadi di Kota Singaraja sebesar 1,08 persen dan terendah di Kota DKI Jakarta, dan Manado sebesar 0,02 persen. (*)