Kupang (ANTARA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melalui Pos Pengamatan Gunung Api Lewotobi Laki-laki, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengingatkan masyarakat untuk mengantisipasi guguran atau longsoran dari aliran lava yang kini telah mencapai 4,2 kilometer (km) dari pusat erupsi.

"Intinya jangan masuk radius bahaya karena radius bahaya sektor timur laut sejauh lima kilometer," kata Pengamat Gunung Api Lewotobi Laki-laki, Bobyson Lamanepa dari Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur, Selasa.

Berdasarkan pengukuran dan pemantauan menggunakan pesawat nirawak (drone) hari ini, tercatat visual aliran lava telah mencapai 4,2 km, bertambah 100 meter dari pengukuran terakhir pada tanggal 3 Februari yakni 4,1 km.

Bobyson menjelaskan pertambahan jarak aliran lava sejauh lebih kurang sekitar 100 meter dari pengukuran terakhir itu karena adanya ujung lidah lava yang masih gugur. Guguran itu disebabkan kontur lava yang masih tidak stabil sehingga adanya gaya gravitasi yang membuat lava gugur mengisi lembah dan sungai.

Adapun jarak dari ujung lidah lava ke arah pantai kini lebih kurang 2,5 km hingga 3 km.

"Jadi tetap harus mewaspadai potensi bahaya dari aliran lava ini yakni guguran atau longsoran yang masih terjadi," kata Bobyson mengingatkan.

Gunung Api Lewotobi Laki-laki merupakan satu-satunya gunung api di NTT yang kini berstatus Siaga (Level III). PVMBG masih merekomendasikan agar masyarakat, pengunjung, dan wisatawan tidak melakukan aktivitas apa pun dalam radius 3 km dari pusat erupsi, serta sektoral 4 km arah utara-timur laut dan 5 km sektor timur laut.

Baca juga: PVMBG merekam getaran banjir lahar hujan dari Gunung Lewotobi Laki-laki
Baca juga: Gunung Semeru di Jatim erupsi empat kali dalam sehari

Pada musim hujan saat ini, PVMBG juga mengimbau masyarakat untuk mengantisipasi potensi banjir lahar hujan pada sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung, apalagi jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi.

"Masyarakat masih direkomendasikan agar memakai masker atau penutup hidung, mulut, dan mata menghindari bahaya abu vulkanik saat gunung mengalami erupsi," ucapnya.*


 

Pewarta : Fransiska Mariana Nuka
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024