Mataram (ANTARA) - Dinas Perdagangan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, memantau pendistribusian beras SPHP Bulog di Pasar Kebon Roek untuk memastikan ketersediaan stok beras jenis medium tersedia di pasaran dan dijual sesuai harga eceran tertinggi (HET) Rp10.900 per kilogram.
"Tadi kami turun langsung bersama pak kadis (Kepala Dinas Perdagangan Uun Pujianto), untuk melihat dan memastikan beras SPHP tersedia di pasaran," kata Kepala Bidang (Kabid) Bahan Pokok dan Penting (Bapokting) Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Mataram Sri Wahyunida di Mataram, Kamis.
Jangan sampai, lanjut Sri, ketika harga beras di pasar mengalami kenaikan, beras SPHP ini malah hilang dari pasaran.
"Karena itulah, kami turun langsung dan melihat distribusi ke mitra Bulog di Pasar Kebon Roek," katanya.
Baca juga: Disdag pastikan ketersediaan stok beras di Kota Mataram
Baca juga: Tekan kenaikan harga, Beras SPHP Bulog di Lombok Tengah mulai disalurkan
Beras SPHP didistribusikan dua kali seminggu sesuai jumlah mitra Bulog di masing-masing pasar dengan kuota satu mitra mendapat 1 ton. Misalnya di Kebon Roek ada 19 mitra, maka sekali distribusi Bulog menurunkan 19 ton beras SPHP.
Menurut dia, untuk di Kota Mataram, pendistribusian beras SPHP dilaksanakan pada 7 pasar tradisional dan hingga saat ini masih tetap berjalan dengan kuota di masing-masing pasar berbeda tergantung jumlah "outlet" mitra Bulog.
Tujuh pasar tradisional yang menjadi titik pendistribusian beras medium SPHP yang dijual sesuai HET Rp10.900 per kilogram antara Pasar Kebon Roek, Mandalika, Pagesangan, Sayang-Sayang, Pagutan, dan Pasar Sindu.
"Hanya saja, pembelian beras SPHP dibatasi maksimal 10 kilogram per konsumen, agar kuota yang ada bisa merata. Untuk itulah, mitra Bulog kita minta awasi dan pastikan pembeli merupakan untuk kebutuhan rumah tangga bukan dijual lagi," katanya.
Baca juga: Pemerintah percepat penyaluran beras SPHP ke pasar
Berdasarkan data Bulog, lanjut Sri, stok beras yang tersedia untuk NTB saat ini 2.496.359 ton dan dalam waktu dekat stok beras akan masuk lagi sekitar 20.000 ton untuk menyambung masa panen berikutnya.
"Dengan demikian, masyarakat tidak perlu khawatir karena stok beras kita tersedia, aman, dan cukup," katanya.
Sementara menyinggung tentang kenaikan harga beras saat ini, Sri mengatakan, kenaikan harga beras yang dikeluhkan masyarakat adalah beras jenis premium di pasar mencapai Rp16.000 per kilogram hingga Rp17.000 per kilogram.
Kenaikan beras itu terjadi karena perubahan pola taman akibat anomali cuaca terutama di Pulau Sumbawa dan Kabupaten Lombok Tengah sebagai penghasil beras terbesar.
"Pola taman mundur secara otomatis berdampak pada masa panen mundur. Panen yang diprediksi bulan Maret, mundur jadi April atau Mei," katanya.
"Tadi kami turun langsung bersama pak kadis (Kepala Dinas Perdagangan Uun Pujianto), untuk melihat dan memastikan beras SPHP tersedia di pasaran," kata Kepala Bidang (Kabid) Bahan Pokok dan Penting (Bapokting) Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Mataram Sri Wahyunida di Mataram, Kamis.
Jangan sampai, lanjut Sri, ketika harga beras di pasar mengalami kenaikan, beras SPHP ini malah hilang dari pasaran.
"Karena itulah, kami turun langsung dan melihat distribusi ke mitra Bulog di Pasar Kebon Roek," katanya.
Baca juga: Disdag pastikan ketersediaan stok beras di Kota Mataram
Baca juga: Tekan kenaikan harga, Beras SPHP Bulog di Lombok Tengah mulai disalurkan
Beras SPHP didistribusikan dua kali seminggu sesuai jumlah mitra Bulog di masing-masing pasar dengan kuota satu mitra mendapat 1 ton. Misalnya di Kebon Roek ada 19 mitra, maka sekali distribusi Bulog menurunkan 19 ton beras SPHP.
Menurut dia, untuk di Kota Mataram, pendistribusian beras SPHP dilaksanakan pada 7 pasar tradisional dan hingga saat ini masih tetap berjalan dengan kuota di masing-masing pasar berbeda tergantung jumlah "outlet" mitra Bulog.
Tujuh pasar tradisional yang menjadi titik pendistribusian beras medium SPHP yang dijual sesuai HET Rp10.900 per kilogram antara Pasar Kebon Roek, Mandalika, Pagesangan, Sayang-Sayang, Pagutan, dan Pasar Sindu.
"Hanya saja, pembelian beras SPHP dibatasi maksimal 10 kilogram per konsumen, agar kuota yang ada bisa merata. Untuk itulah, mitra Bulog kita minta awasi dan pastikan pembeli merupakan untuk kebutuhan rumah tangga bukan dijual lagi," katanya.
Baca juga: Pemerintah percepat penyaluran beras SPHP ke pasar
Berdasarkan data Bulog, lanjut Sri, stok beras yang tersedia untuk NTB saat ini 2.496.359 ton dan dalam waktu dekat stok beras akan masuk lagi sekitar 20.000 ton untuk menyambung masa panen berikutnya.
"Dengan demikian, masyarakat tidak perlu khawatir karena stok beras kita tersedia, aman, dan cukup," katanya.
Sementara menyinggung tentang kenaikan harga beras saat ini, Sri mengatakan, kenaikan harga beras yang dikeluhkan masyarakat adalah beras jenis premium di pasar mencapai Rp16.000 per kilogram hingga Rp17.000 per kilogram.
Kenaikan beras itu terjadi karena perubahan pola taman akibat anomali cuaca terutama di Pulau Sumbawa dan Kabupaten Lombok Tengah sebagai penghasil beras terbesar.
"Pola taman mundur secara otomatis berdampak pada masa panen mundur. Panen yang diprediksi bulan Maret, mundur jadi April atau Mei," katanya.