Jakarta (ANTARA) -
Komisi Nasional Disabilitas (KND) menilai program pendidikan inklusi pada tiap satuan pendidikan dasar maupun menengah dapat menjadi modal awal dalam menghapus stigma negatif mengenai disabilitas.
 
Ketua Komisioner Komisi Nasional Disabilitas Dante Rigmalia menerangkan apa yang dimaksud dengan pendidikan inklusi ialah untuk memberikan pembelajaran secara setara dan bersama-sama kepada semua peserta didik, termasuk yang berkebutuhan khusus.
 
“Jadi dengan menggabungkan anak disabilitas dengan nondisabilitas di kelas reguler atau pendidikan inklusi, itu jadi satu modal untuk bisa paham, saling memahami, saling mengerti satu sama lain sehingga nanti stigma itu perlahan jadi tidak ada,” kata Dante di Jakarta belum lama ini.

Baca juga: Pramuka efektif sosialisasikan pendidikan inklusi kepada anak
 
Sebab, lanjut dia, stigma negatif mengenai anak dengan disabilitas dalam lingkungan sekolah dasar maupun menengah kerap kali muncul karena tidak adanya pertukaran pengalaman atau informasi mengenai satu sama lain.
 
Oleh karena itu, pihaknya meyakini pendidikan inklusi menjadi langkah awal untuk mengenalkan keterbatasan serta potensi yang dimiliki oleh tiap anak kepada satu sama lain.

Baca juga: Riset BRIN mengungkap peran pesantren meningkatkan inklusi keuangan
 
Dengan demikian, ia menambahkan pentingnya melihat metode pendidikan inklusi sebagai filosofi dan bukan hanya sekadar program wajib dari pemerintah pusat.
 
Dengan mengusung filosofi pendidikan inklusi sejak satuan pendidikan dasar, ia meyakini anak-anak akan memiliki pemahaman mengenai keberagaman, termasuk keberagaman disabilitas secara holistik karena sejak awal belajar dan bermain bersama-sama.

Baca juga: Prakerja bantu tingkatkan inklusi keuangan
Baca juga: Inggris dukung pelatihan inklusi digital di 7 kota KTI
 

Pewarta : Hana Dewi Kinarina Kaban
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024