Jakarta (ANTARA) - Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan kelompok pengeluaran yang memberikan andil atau sumbangan inflasi terbesar kedua pada periode Ramadan tahun ini adalah perawatan pribadi dan lainnya sebesar 0,04 persen secara bulanan month to month (mom) dengan komoditas dominan emas dan perhiasan 0,04 persen.

Biasanya, momen Ramadan dan Lebaran seperti pada tahun 2022 serta 2023, kelompok yang biasanya paling dominan memberikan sumbangan andil inflasi adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta transportasi.

“Berbeda dengan kondisi historis tersebut. Pada periode Ramadan tahun ini, kelompok pengeluaran yang memberikan andil inflasi selain makanan, minuman dan tembakau, yang terbesar kedua adalah perawatan pribadi dan lainnya dengan andil inflasi 0,04 persen,” ujar Amalia di Jakarta, Senin.

Sementara itu, kelompok transportasi memberikan andil inflasi yang lebih rendah sebesar 0,01 persen pada bulan Maret 2024. Hal ini didorong oleh tarif angkutan udara yang mengalami deflasi pada bulan Ramadan tahun ini sebesar 0,97 persen (mom).

Jika dirinci, terdapat 20 provinsi yang mengalami deflasi tarif angkutan udara dan 17 provinsi mengalami inflasi tarif angkutan udara, sedangkan satu provinsi lainnya stabil.

Menurut Amalia, ada sejumlah faktor penyebab mengapa tarif angkutan udara mengalami deflasi. Pertama ialah masih sedikit elemen dari masyarakat yang menggunakan moda angkutan udara pada Maret 2024, dan dari sisi penawaran banyak maskapai yang tidak menaikkan tarif.

“Jadi, ini tentunya ada mekanisme supply and demand, dan bahkan ada yang memberikan tarif udara lebih rendah dibandingkan bulan Februari,” kata Amalia.

Kedua, ada berbagai provinsi yang menaikkan jumlah rute dan frekuensi penerbangan, sehingga menekan tarif angkutan udara. Contohnya ialah Provinsi Bangka Belitung untuk Bandar Udara Depati Amir di Pangkal Pinang, dan frekuensi serta jenis penerbangan di Jakarta-Bali yang semakin banyak.

Terakhir yaitu terdapat kebijakan pemerintah untuk menurunkan tarif angkutan udara di daerah Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP).

Baca juga: Inflasi tahunan pada Maret 2024 sebesar 3,05 persen
Baca juga: Nilai ekspor NTB pada Februari 2024 meningkat

”Hal ini tentunya menyelaraskan untuk mendorong masyarakat bisa berwisata ke daerah Destinasi Pariwisata Super Prioritas,” ujar Amalia.

Dalam kesempatan tersebut, dia turut menyatakan bahwa inflasi Maret 2024 yang bertepatan dengan momen Ramadan mengalami peningkatan dibandingkan Februari 2024 (mom) sebesar 0,37 persen.

Selanjutnya, inflasi pada bulan Ramadan tahun ini relatif lebih tinggi yang sebesar 0,52 persen lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yakni 0,18 persen. Di sisi lain, inflasi pada bulan Ramadan tahun 2022 yang sebesar 0,95 persen jauh lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan Ramadan tahun ini.

“Komoditas penyebab utama inflasi Maret 2024 (andil inflasi bulanan) didominasi oleh komoditas pangan bergejolak, antara lain telur ayam ras (0,09 persen), daging ayam ras (0,09 persen), beras (0,09 persen), cabai rawit (0,02 persen), dan bawang putih (0,02 persen). Adapun beberapa komoditas yang mengalami deflasi pada Maret 2024, yaitu cabai merah (0,02 persen), tomat (0,02 persen), dan tarif angkutan udara (0,01 persen),” kata Amalia.

 


Pewarta : M Baqir Idrus Alatas
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024