Jakarta (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menjalin kemitraan dengan Chevening, program beasiswa Pemerintah Inggris, dalam upaya memperluas cakupan program beasiswa untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang digital.
Penandatanganan nota kesepahaman mengenai kerja sama pemberian beasiswa antara Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Chevening dilaksanakan di Kantor Kedutaan Besar Inggris di Jakarta Selatan, Kamis (30/5).
Menurut siaran pers kementerian di Jakarta, Jumat, penandatanganan nota kesepahaman kerja sama dilakukan oleh Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Komunikasi dan Informatika Hary Budiarto dan Head of Economic and Digital British Embassy Jakarta Samuel Hayes.
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria mengatakan bahwa kementerian berencana memperluas cakupan program beasiswa untuk mendukung peningkatan talenta digital.
"Kami di Kominfo berencana untuk memperluas cakupannya. Cakupan studinya, dan juga jumlah peserta, yang bisa dikolaborasikan dengan Chevening agar semakin meningkat tahun ke tahun," kata Nezar.
"Kita harap ini menjadi salah satu kerja sama peningkatan talenta digital unggulan ke depannya," katanya.
Ia mengatakan bahwa penyediaan program beasiswa luar negeri bagi talenta muda Indonesia merupakan investasi untuk pengembangan talenta digital yang unggul.
"Sejak tahun 2007 itu menjadi komitmen dalam investasi dalam bidang pendidikan. Termasuk memberikan dukungan beasiswa bagi 91 penerima beasiswa untuk belajar di Inggris, dan tujuh di antaranya dibiayai lewat kerja sama Program Chevening," katanya.
Hary menyampaikan bahwa program beasiswa dirancang untuk mempersiapkan individu dengan keterampilan dan pengetahuan digital serta diharapkan dapat melahirkan bakat-bakat unggul di bidang digital.
Sementara itu, Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Dominic Jermey menilai kedua negara memiliki kepentingan bersama dalam pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, terutama di bidang teknologi informasi dan komunikasi.
"Kami menyambut baik kolaborasi hebat ini dengan Kementerian Kominfo. Keterampilan akademis dan koneksi dari para penerima beasiswa memberi peluang besar bagi mereka untuk menjadi pelopor di bidangnya masing-masing, baik di bidang ekonomi digital, kebijakan publik, smart city, hingga inovasi digital lainnya," kata dia.
Chevening adalah program beasiswa global Pemerintah Inggris yang didanai oleh Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan (FCDO) dan organisasi mitra.
Baca juga: Kemenag membuka seleksi beasiswa Pemerintah Maroko 2024
Baca juga: Keren!! Siswa SMA di Jakarta diterima di 6 universitas terkenal Amerika Serikat
Beasiswa ini mendukung pendidikan-pasca sarjana selama satu tahun di universitas-universitas Inggris untuk individu yang berpotensi menjadi pemimpin masa depan, pembuat keputusan, dan pembentuk opini.
Program beasiswa Kementerian Kominfo dengan Chevening akan dimulai pada tahun akademik 2025-2026 dan dilaksanakan dalam jangka tiga tahun.
Program ini setiap tahunnya akan menyediakan peluang bagi lima orang dari Indonesia untuk mendapat fasilitas pembiayaan pendidikan, termasuk biaya ujian dan tesis, biaya hidup bulanan, serta biaya perjalanan dari dan ke negara asal.
Penandatanganan nota kesepahaman mengenai kerja sama pemberian beasiswa antara Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Chevening dilaksanakan di Kantor Kedutaan Besar Inggris di Jakarta Selatan, Kamis (30/5).
Menurut siaran pers kementerian di Jakarta, Jumat, penandatanganan nota kesepahaman kerja sama dilakukan oleh Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Komunikasi dan Informatika Hary Budiarto dan Head of Economic and Digital British Embassy Jakarta Samuel Hayes.
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria mengatakan bahwa kementerian berencana memperluas cakupan program beasiswa untuk mendukung peningkatan talenta digital.
"Kami di Kominfo berencana untuk memperluas cakupannya. Cakupan studinya, dan juga jumlah peserta, yang bisa dikolaborasikan dengan Chevening agar semakin meningkat tahun ke tahun," kata Nezar.
"Kita harap ini menjadi salah satu kerja sama peningkatan talenta digital unggulan ke depannya," katanya.
Ia mengatakan bahwa penyediaan program beasiswa luar negeri bagi talenta muda Indonesia merupakan investasi untuk pengembangan talenta digital yang unggul.
"Sejak tahun 2007 itu menjadi komitmen dalam investasi dalam bidang pendidikan. Termasuk memberikan dukungan beasiswa bagi 91 penerima beasiswa untuk belajar di Inggris, dan tujuh di antaranya dibiayai lewat kerja sama Program Chevening," katanya.
Hary menyampaikan bahwa program beasiswa dirancang untuk mempersiapkan individu dengan keterampilan dan pengetahuan digital serta diharapkan dapat melahirkan bakat-bakat unggul di bidang digital.
Sementara itu, Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Dominic Jermey menilai kedua negara memiliki kepentingan bersama dalam pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, terutama di bidang teknologi informasi dan komunikasi.
"Kami menyambut baik kolaborasi hebat ini dengan Kementerian Kominfo. Keterampilan akademis dan koneksi dari para penerima beasiswa memberi peluang besar bagi mereka untuk menjadi pelopor di bidangnya masing-masing, baik di bidang ekonomi digital, kebijakan publik, smart city, hingga inovasi digital lainnya," kata dia.
Chevening adalah program beasiswa global Pemerintah Inggris yang didanai oleh Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan (FCDO) dan organisasi mitra.
Baca juga: Kemenag membuka seleksi beasiswa Pemerintah Maroko 2024
Baca juga: Keren!! Siswa SMA di Jakarta diterima di 6 universitas terkenal Amerika Serikat
Beasiswa ini mendukung pendidikan-pasca sarjana selama satu tahun di universitas-universitas Inggris untuk individu yang berpotensi menjadi pemimpin masa depan, pembuat keputusan, dan pembentuk opini.
Program beasiswa Kementerian Kominfo dengan Chevening akan dimulai pada tahun akademik 2025-2026 dan dilaksanakan dalam jangka tiga tahun.
Program ini setiap tahunnya akan menyediakan peluang bagi lima orang dari Indonesia untuk mendapat fasilitas pembiayaan pendidikan, termasuk biaya ujian dan tesis, biaya hidup bulanan, serta biaya perjalanan dari dan ke negara asal.