Lombok Utara (ANTARA) - Warga Gili Meno, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), kini dihadapkan pada situasi yang kian memprihatinkan. 

Krisis air bersih yang melanda pulau kecil ini semakin parah, membuat masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhan dasar mereka. Parahnya lagi, belum ada solusi jelas dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini.

"Kondisi kami sudah semakin sulit, kami butuh solusi jelas," ungkap Masrun, Kepala Dusun Gili Meno, saat dihubungi wartawan.

Baca juga: Pemkab Lombok Utara indentifkasi kerusakan laut di Gili Trawangan

Warga saat ini hanya mengandalkan air bersih yang didatangkan dari daratan. Namun, harga air per galon diprediksi akan melonjak seiring dengan tingginya permintaan. Saat ini, harga air sudah mencapai Rp10.000 per galon.

"Saya aja habis 5 galon sehari, udah berapa uang yang kami keluarkan. Bagaimana jika naik nanti juga ayo," keluh Masrun.

Krisis air ini tak hanya berdampak pada kebutuhan rumah tangga, tetapi juga mobilitas wisatawan. Banyak wisatawan yang mengeluhkan kondisi ini, terlebih saat ini merupakan musim ramai kunjungan wisatawan ke Gili Meno.

"Warga juga mulai kehilangan ternaknya, banyak sapi mati karena kekurangan air," tambah Masrun.

Baca juga: Krisis Air Bersih di Gili Meno Lumpuhkan 125 Usaha, Pelaku Usaha Tuntut Solusi

Upaya pemerintah untuk menghadirkan PT TCN sebagai penyedia air bersih baru di Gili Meno ditolak oleh warga. Penolakan ini didasari oleh kekhawatiran warga terhadap kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh metode pengolahan air PT TCN, seperti yang terjadi di Gili Trawangan.

Selain itu, harga air yang ditawarkan PT TCN juga jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga yang ditawarkan oleh PT BAL yang bekerja sama dengan PT GNE, yaitu Rp30.000 per kubik dibandingkan Rp18.000 per kubik.

"Saya lihat warga ada penolakan kalau TCN masuk, mahal pak kalau 30 ribu seperti di gili terawangan itu," kata Masrun.

Masrun berharap pemerintah dapat segera mengambil langkah bijak untuk mengatasi krisis air bersih di Gili Meno. 

Sebab, dikhawatirkan akan timbul dampak yang lebih parah, terutama masalah kemanusiaan, jika krisis tersebut tidak segera diatasi.

 

Pewarta : Awaludin
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024