Jakarta (ANTARA) - Pameran Jakarta Fair Kemayoran kembali digelar untuk ke-55 kalinya pada tahun ini. Acara tahunan yang diselenggarakan hingga tiga generasi sejak 1968 ini sukses mengubah citranya dari pesta rakyat menjadi pameran terbesar dan terlengkap se-Asia Tenggara.
Djakarta Fair (DF) atau dulu dikenal DF, menjadi acara yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya oleh masyarakat Betawi dan perantau di Ibu Kota Jakarta. Gubernur Jakarta Ali Sadikin kala itu meresmikan Djakarta Fair yang menggabungkan ide Pasar Gambir dengan pameran produk industri.
Pasar Gambir sendiri sudah ada sejak 1906 di mana saat itu diadakan pameran aneka produk untuk menyambut ulang tahun Ratu Wilhelmina, yakni pada pertengahan bulan Agustus hingga pertengahan September. Pembukaan dan penutupan Pasar Gambir pun selalu dimeriahkan oleh pesta kembang api.
Seiring waktu, Pasar Gambir mengalami keredupan, hingga akhirnya menjadi sebuah ide bagi Bang Ali untuk memunculkan kembali acara besar tahunan, namun kali ini untuk menyambut ulang tahun Kota Jakarta, yakni Djakarta Fair.
Penyelenggaraan Djakarta Fair pun selalu diadakan pada bulan Juni hingga Juli karena memang menjadi hadiah untuk masyarakat dalam memeriahkan HUT Kota Jakarta yang jatuh setiap 21 Juni.
Saat pertama kali diselenggarakan, Djakarta Fair berlangsung selama 46 hari, yakni dari 5 Juni hingga 20 Juli 1968 di Kawasan Monumen Nasional. Presiden Soeharto meresmikan Djakarta Fair dengan melepas merpati. Meski baru pertama kali diselenggarakan, DF terbilang sukses karena mampu menampung hingga 1,4 juta orang.
Salah satu warga Kelurahan Kebon Sirih, Henni (62) mengaku ia mengunjungi DF sejak lokasinya masih di Kawasan Monas, yang bersebelahan dengan Taman Ria. Kala itu, Taman Ria juga menjadi primadona hiburan malam Jakarta karena berisi wahana-wahana, seperti komidi putar, bianglala, roller coaster hingga tong setan dari Medan.
Henni yang saat itu masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) menceritakan kenangannya ke DF bersama ibu dan adik perempuannya. Gemerlap lampu malam, serta berbagai gerai makanan memang menjadi daya tarik DF sejak dulu.
Selain gerai makanan-minuman, serta produk rumah tangga, ada juga gerai pameran dari sejumlah kedutaan besar sahabat yang menampilkan seni dan budaya, makanan khas, hingga souvenir.
"Yang saya ingat dulu ada kedutaan besar mengenalkan budaya negara mereka, seperti Jepang, Rusia, dan Pakistan. Ibu saya pernah membeli tasbih yang dibuat asli dari Pakistan kala itu," kata Henni.
Judi Kim dan gerai donat ala Amerika
Dari berbagai gerai yang seperti berlomba menawarkan produk mereka, Henni paling teringat akan satu area yang tak pernah sepi penonton dari anak-anak hingga orang tua, yaitu permainan Judi Kim.
Permainan yang dahulu disebut judi ini kini mungkin sudah punah. Namun bagi Henni seperti baru kemarin ia melihat betapa antusiasnya para pemain Judi Kim yang terkenal dengan nyanyian orang Minang.
Mengutip dari Zeffry Alkatiri melalui bukunya berjudul "Pasar Gambir, Komik Cina dan Es Shanghai" tahun 2010, permainan Judi Kim merupakan judinya orang Minang karena setiap permainannya diiringi oleh band yang memainkan lagu-lagu pop Minang.
Untuk memenangkan permainan, setiap pemain harus mencoret deretan angka di atas kertas kecil yang dibagikan. Deretan angka tersebut disebutkan oleh sang penyanyi dengan bahasa sandi yang jenaka, misalnya angka 33 disebut tiga kawin, atau angka 51 disebut lima membawa tongkat.
Seseorang yang berhasil mencoret sampai satu baris atau melintang, ia harus segera mengacungkan tangan dan musik pun langsung berhenti.
"Judi Kim ini sangat menarik sebab kita menjadi terhibur dengan lagu-lagu pop Minang rancak bana yang dibawakan oleh penyanyinya. Pada waktu itu, tempat Judi Kim ini saling berderetan sehingga memekakan telinga saat mereka sedang bernyanyi," demikian dikutip dalam buku tersebut.
Selain gerai wahana dan Judi Kim, ada salah satu gerai donat ala Amerika yang hingga Jakarta Fair masa kini tidak pernah absen hadir. Gerai tersebut bernama American Donat. Sebelum perusahaan kue donat besar dari AS berniaga di Indonesia, kue cincin dari American Donat ini sudah eksis di Jakarta Fair.
Meski ada kata Amerika yang tersemat dalam donat ini, kue ini merupakan produksi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lokal yang disajikan dengan berbagai toping, seperti kacang, meses, keju, dan gula halus.
Berbeda dengan judi kim yang sudah punah karena legalitasnya, gerai American Donat menjadi salah satu gerai yang hingga kini masih diburu pembeli karena hanya ada saat Jakarta Fair berlangsung.
Jakarta Fair yang sebelumnya berada di Kawasan Monas, harus berpindah lokasi ke Kemayoran sejak tahun 1992 karena sudah tidak lagi bisa menampung keramaian pengunjung, serta semakin banyaknya peserta yang ingin terlibat dalam pasar rakyat yang kemudian dikenal menjadi pameran terbesar se-Asia Tenggara itu.
Mobil listrik yang kini dilirik
Jika pada Djakarta Fair tahun '70an berbagai perusahaan televisi saling pamer kehebatan merek mereka, pada Jakarta Fair kini kendaraan listrik lah yang menjadi incaran pengunjung.
Hal itu tampaknya selaras dengan tema Jakarta Fair 2024 yang mengusung tema "Jakarta Fair Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional Bersaing di Pasar Dunia". Acara yang berlangsung mulai 12 Juni hingga 14 Juli 2024 ini mengangkat sub-tema “Galakkan Inovasi, Industrialisasi, Kreativitas Maksimal.”
Direktur Marketing JI Expo Kemayoran Ralph Scheneumann mengatakan pada tahun ini seluruh Hall A di Gedung JI Expo dipusatkan untuk perusahaan otomotif yang didominasi kendaraan listrik.
Ralph menyebutkan setidaknya ada 40 perusahaan kendaraan listrik, baik motor dan mobil yang ikut serta dalam pameran. Bahkan, sejumlah perusahaan mobil listrik mengantre untuk bisa ikut mempromosikan produknya.
Baca juga: Aneka promo makan sepuasnya di Jakarta Fair Kemayoran
Baca juga: Jakbar sediakan 4.247 lowongan bursa kerja di Tambora
Hal ini karena industri otomotif kian berkembang, di tengah upaya pemerintah menggencarkan penggunaan kendaraan listrik secara masif sehingga dapat menurunkan jejak emisi karbon, khususnya di Jakarta.
Perusahaan otomotif pun menilai bahwa Jakarta Fair bukan lagi sebuah pameran dengan konsumen yang mengincar kendaraan Rp200 jutaan, namun menjadi peluang bagi berbagai lapisan masyarakat agar bisa menjangkau kendaraan listrik.
Seiring waktu, kesan pasar rakyat yang dulu melekat pada Jakarta Fair dalam menyambut HUT Jakarta, kini bergeser menjadi acara tahunan terbesar di ibu kota yang mampu menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Jakarta Fair juga konsisten menopang pertumbuhan ekonomi Jakarta. Pada saat yang sama, Jakarta juga masih menjadi provinsi dengan kontribusi terbesar terhadap perekonomian Indonesia. Sekalipun tidak lagi menyandang sebagai ibu kota, Jakarta Fair menjadi bagian yang tidak terlepas dari HUT Kota Jakarta, yang diperingati setiap 21 Juni.
Djakarta Fair (DF) atau dulu dikenal DF, menjadi acara yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya oleh masyarakat Betawi dan perantau di Ibu Kota Jakarta. Gubernur Jakarta Ali Sadikin kala itu meresmikan Djakarta Fair yang menggabungkan ide Pasar Gambir dengan pameran produk industri.
Pasar Gambir sendiri sudah ada sejak 1906 di mana saat itu diadakan pameran aneka produk untuk menyambut ulang tahun Ratu Wilhelmina, yakni pada pertengahan bulan Agustus hingga pertengahan September. Pembukaan dan penutupan Pasar Gambir pun selalu dimeriahkan oleh pesta kembang api.
Seiring waktu, Pasar Gambir mengalami keredupan, hingga akhirnya menjadi sebuah ide bagi Bang Ali untuk memunculkan kembali acara besar tahunan, namun kali ini untuk menyambut ulang tahun Kota Jakarta, yakni Djakarta Fair.
Penyelenggaraan Djakarta Fair pun selalu diadakan pada bulan Juni hingga Juli karena memang menjadi hadiah untuk masyarakat dalam memeriahkan HUT Kota Jakarta yang jatuh setiap 21 Juni.
Saat pertama kali diselenggarakan, Djakarta Fair berlangsung selama 46 hari, yakni dari 5 Juni hingga 20 Juli 1968 di Kawasan Monumen Nasional. Presiden Soeharto meresmikan Djakarta Fair dengan melepas merpati. Meski baru pertama kali diselenggarakan, DF terbilang sukses karena mampu menampung hingga 1,4 juta orang.
Salah satu warga Kelurahan Kebon Sirih, Henni (62) mengaku ia mengunjungi DF sejak lokasinya masih di Kawasan Monas, yang bersebelahan dengan Taman Ria. Kala itu, Taman Ria juga menjadi primadona hiburan malam Jakarta karena berisi wahana-wahana, seperti komidi putar, bianglala, roller coaster hingga tong setan dari Medan.
Henni yang saat itu masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) menceritakan kenangannya ke DF bersama ibu dan adik perempuannya. Gemerlap lampu malam, serta berbagai gerai makanan memang menjadi daya tarik DF sejak dulu.
Selain gerai makanan-minuman, serta produk rumah tangga, ada juga gerai pameran dari sejumlah kedutaan besar sahabat yang menampilkan seni dan budaya, makanan khas, hingga souvenir.
"Yang saya ingat dulu ada kedutaan besar mengenalkan budaya negara mereka, seperti Jepang, Rusia, dan Pakistan. Ibu saya pernah membeli tasbih yang dibuat asli dari Pakistan kala itu," kata Henni.
Judi Kim dan gerai donat ala Amerika
Dari berbagai gerai yang seperti berlomba menawarkan produk mereka, Henni paling teringat akan satu area yang tak pernah sepi penonton dari anak-anak hingga orang tua, yaitu permainan Judi Kim.
Permainan yang dahulu disebut judi ini kini mungkin sudah punah. Namun bagi Henni seperti baru kemarin ia melihat betapa antusiasnya para pemain Judi Kim yang terkenal dengan nyanyian orang Minang.
Mengutip dari Zeffry Alkatiri melalui bukunya berjudul "Pasar Gambir, Komik Cina dan Es Shanghai" tahun 2010, permainan Judi Kim merupakan judinya orang Minang karena setiap permainannya diiringi oleh band yang memainkan lagu-lagu pop Minang.
Untuk memenangkan permainan, setiap pemain harus mencoret deretan angka di atas kertas kecil yang dibagikan. Deretan angka tersebut disebutkan oleh sang penyanyi dengan bahasa sandi yang jenaka, misalnya angka 33 disebut tiga kawin, atau angka 51 disebut lima membawa tongkat.
Seseorang yang berhasil mencoret sampai satu baris atau melintang, ia harus segera mengacungkan tangan dan musik pun langsung berhenti.
"Judi Kim ini sangat menarik sebab kita menjadi terhibur dengan lagu-lagu pop Minang rancak bana yang dibawakan oleh penyanyinya. Pada waktu itu, tempat Judi Kim ini saling berderetan sehingga memekakan telinga saat mereka sedang bernyanyi," demikian dikutip dalam buku tersebut.
Selain gerai wahana dan Judi Kim, ada salah satu gerai donat ala Amerika yang hingga Jakarta Fair masa kini tidak pernah absen hadir. Gerai tersebut bernama American Donat. Sebelum perusahaan kue donat besar dari AS berniaga di Indonesia, kue cincin dari American Donat ini sudah eksis di Jakarta Fair.
Meski ada kata Amerika yang tersemat dalam donat ini, kue ini merupakan produksi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lokal yang disajikan dengan berbagai toping, seperti kacang, meses, keju, dan gula halus.
Berbeda dengan judi kim yang sudah punah karena legalitasnya, gerai American Donat menjadi salah satu gerai yang hingga kini masih diburu pembeli karena hanya ada saat Jakarta Fair berlangsung.
Jakarta Fair yang sebelumnya berada di Kawasan Monas, harus berpindah lokasi ke Kemayoran sejak tahun 1992 karena sudah tidak lagi bisa menampung keramaian pengunjung, serta semakin banyaknya peserta yang ingin terlibat dalam pasar rakyat yang kemudian dikenal menjadi pameran terbesar se-Asia Tenggara itu.
Mobil listrik yang kini dilirik
Jika pada Djakarta Fair tahun '70an berbagai perusahaan televisi saling pamer kehebatan merek mereka, pada Jakarta Fair kini kendaraan listrik lah yang menjadi incaran pengunjung.
Hal itu tampaknya selaras dengan tema Jakarta Fair 2024 yang mengusung tema "Jakarta Fair Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional Bersaing di Pasar Dunia". Acara yang berlangsung mulai 12 Juni hingga 14 Juli 2024 ini mengangkat sub-tema “Galakkan Inovasi, Industrialisasi, Kreativitas Maksimal.”
Direktur Marketing JI Expo Kemayoran Ralph Scheneumann mengatakan pada tahun ini seluruh Hall A di Gedung JI Expo dipusatkan untuk perusahaan otomotif yang didominasi kendaraan listrik.
Ralph menyebutkan setidaknya ada 40 perusahaan kendaraan listrik, baik motor dan mobil yang ikut serta dalam pameran. Bahkan, sejumlah perusahaan mobil listrik mengantre untuk bisa ikut mempromosikan produknya.
Baca juga: Aneka promo makan sepuasnya di Jakarta Fair Kemayoran
Baca juga: Jakbar sediakan 4.247 lowongan bursa kerja di Tambora
Hal ini karena industri otomotif kian berkembang, di tengah upaya pemerintah menggencarkan penggunaan kendaraan listrik secara masif sehingga dapat menurunkan jejak emisi karbon, khususnya di Jakarta.
Perusahaan otomotif pun menilai bahwa Jakarta Fair bukan lagi sebuah pameran dengan konsumen yang mengincar kendaraan Rp200 jutaan, namun menjadi peluang bagi berbagai lapisan masyarakat agar bisa menjangkau kendaraan listrik.
Seiring waktu, kesan pasar rakyat yang dulu melekat pada Jakarta Fair dalam menyambut HUT Jakarta, kini bergeser menjadi acara tahunan terbesar di ibu kota yang mampu menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Jakarta Fair juga konsisten menopang pertumbuhan ekonomi Jakarta. Pada saat yang sama, Jakarta juga masih menjadi provinsi dengan kontribusi terbesar terhadap perekonomian Indonesia. Sekalipun tidak lagi menyandang sebagai ibu kota, Jakarta Fair menjadi bagian yang tidak terlepas dari HUT Kota Jakarta, yang diperingati setiap 21 Juni.