Mataram (ANTARA) - Penjabat (Pj) Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Hasanuddin memberikan atensi masalah krisis air bersih yang melanda Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) tiga Gili (Trawangan, Air, Meno) di Kabupaten Lombok Utara.
Hasanuddin mengaku telah mendapatkan laporan dan gambaran terkait perkembangan situasi krisis air bersih di tiga pulau tersebut dari sejumlah pihak, termasuk dari Bupati Kabupaten Lombok Utara, Djohan Syamsu.
"Semua sudah disampaikan sebagai data dan langkah-langkah yang diambil tinggal dipantau dan melihat perkembangan di lapangan, dampaknya di masyarakat bagaimana, karena itu merupakan kebutuhan dasar, segera ambil langkah langkah cepat," katanya usai memimpin rapat koordinasi bersama Forkopimda dan bupati/wali kota se-NTB di Pendopo Gubernur NTB di Mataram, Selasa.
Saat ini, Pemkab Lombok Utara telah mengambil sejumlah kebijakan termasuk mengirimkan air dari darat menuju kawasan tiga gili.
"Tadi bupati sudah melaporkan dari tiga pulau yang ada, dua pulau sudah jalan airnya, satu pulau sedang dibangun dan berproses," katanya.
Langkah awal sudah dilakukan dengan air dikirim dari darat, bupati dengan sungguh-sungguh meyakinkan bahwa hal tersebut akan berjalan normal kembali. Soal adanya dugaan kerusakan lingkungan laut yang ditimbulkan dari proses penyedotan air, Hasanuddin mengaku pihaknya bakal menunggu kajian lebih lanjut.
"Soal isu pencemaran lingkungan semua proses dilaksanakan dan ketentuan diikuti, kalau pencemaran tentu akan dinilai dan diambil langkah sesuai ketentuan," kata Hasanuddin.
Sementara Bupati Lombok Utara Djohan Syamsu, mengatakan pihaknya telah melakukan rapat dengan Forkopimda setempat untuk mengatasi permasalahan krisis air bersih di kawasan wisata paling terkenal di NTB tersebut.
"Jadi dari tiga gili itu yang masih bermasalah dengan air di Gili Meno, sedangkan Gili Trawangan dan Gili Air sudah tidak masalah," ujarnya.
Khusus Gili Meno belum mengalir airnya untuk jangka pendek disuplai air bersih dari daratan Lombok Utara ke Gili Meno, sedangkan jangka panjang membangun infrastruktur instalasi air dengan menggandeng PT Tiara Citra Nirwana (TCN).
"Di tiga Gili ini ada dua sumber air dan ini sudah kita aliri melalui pipa bawah laut yang dikelola PT TCN, tinggal masalah suplai air di Gili Meno, " katanya.
Baca juga: Polda NTB mengecek penjualan air ilegal warga Prancis di Trawangan
Baca juga: Krisis Air Bersih di Gili Meno Makin Parah, Warga Terancam Kekeringan dan Kematian Ternak
Selama ini air di Gili Meno dikelola oleh PT BAL dan PT BAL menutup instalasi airnya. Nah ke depan kita akan membangun kerja sama dengan PT TCN bekerja sama dengan PDAM.
"Insya Allah dalam satu tahun ke depan instalasi-nya sudah jadi," terangnya usai mengikuti rapat di Pendopo Gubernur NTB.
Disinggung isu kerusakan lingkungan akibat adanya pengeboran di tiga Gili, Djohan menegaskan bahwa hal itu tidak benar dan terlalu berlebihan.
"Tidak ada ancaman kerusakan lingkungan. Itu berlebihan saja," katanya.
Hasanuddin mengaku telah mendapatkan laporan dan gambaran terkait perkembangan situasi krisis air bersih di tiga pulau tersebut dari sejumlah pihak, termasuk dari Bupati Kabupaten Lombok Utara, Djohan Syamsu.
"Semua sudah disampaikan sebagai data dan langkah-langkah yang diambil tinggal dipantau dan melihat perkembangan di lapangan, dampaknya di masyarakat bagaimana, karena itu merupakan kebutuhan dasar, segera ambil langkah langkah cepat," katanya usai memimpin rapat koordinasi bersama Forkopimda dan bupati/wali kota se-NTB di Pendopo Gubernur NTB di Mataram, Selasa.
Saat ini, Pemkab Lombok Utara telah mengambil sejumlah kebijakan termasuk mengirimkan air dari darat menuju kawasan tiga gili.
"Tadi bupati sudah melaporkan dari tiga pulau yang ada, dua pulau sudah jalan airnya, satu pulau sedang dibangun dan berproses," katanya.
Langkah awal sudah dilakukan dengan air dikirim dari darat, bupati dengan sungguh-sungguh meyakinkan bahwa hal tersebut akan berjalan normal kembali. Soal adanya dugaan kerusakan lingkungan laut yang ditimbulkan dari proses penyedotan air, Hasanuddin mengaku pihaknya bakal menunggu kajian lebih lanjut.
"Soal isu pencemaran lingkungan semua proses dilaksanakan dan ketentuan diikuti, kalau pencemaran tentu akan dinilai dan diambil langkah sesuai ketentuan," kata Hasanuddin.
Sementara Bupati Lombok Utara Djohan Syamsu, mengatakan pihaknya telah melakukan rapat dengan Forkopimda setempat untuk mengatasi permasalahan krisis air bersih di kawasan wisata paling terkenal di NTB tersebut.
"Jadi dari tiga gili itu yang masih bermasalah dengan air di Gili Meno, sedangkan Gili Trawangan dan Gili Air sudah tidak masalah," ujarnya.
Khusus Gili Meno belum mengalir airnya untuk jangka pendek disuplai air bersih dari daratan Lombok Utara ke Gili Meno, sedangkan jangka panjang membangun infrastruktur instalasi air dengan menggandeng PT Tiara Citra Nirwana (TCN).
"Di tiga Gili ini ada dua sumber air dan ini sudah kita aliri melalui pipa bawah laut yang dikelola PT TCN, tinggal masalah suplai air di Gili Meno, " katanya.
Baca juga: Polda NTB mengecek penjualan air ilegal warga Prancis di Trawangan
Baca juga: Krisis Air Bersih di Gili Meno Makin Parah, Warga Terancam Kekeringan dan Kematian Ternak
Selama ini air di Gili Meno dikelola oleh PT BAL dan PT BAL menutup instalasi airnya. Nah ke depan kita akan membangun kerja sama dengan PT TCN bekerja sama dengan PDAM.
"Insya Allah dalam satu tahun ke depan instalasi-nya sudah jadi," terangnya usai mengikuti rapat di Pendopo Gubernur NTB.
Disinggung isu kerusakan lingkungan akibat adanya pengeboran di tiga Gili, Djohan menegaskan bahwa hal itu tidak benar dan terlalu berlebihan.
"Tidak ada ancaman kerusakan lingkungan. Itu berlebihan saja," katanya.