Mataram (Antara NTB) - Warrior Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) Mataram mengkampanyekan larangan iklan rokok menggunakan wayang di area Taman Udayana, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Minggu.

"Pementasan wayang tersebut sebagai bentuk dukungan agar Pemerintah Kota Mataram merealisasikan target menjadi Kota Layak Anak pada 2018 melalui pelarangan iklan rokok," kata Annisa Wulandari salah seorang Warrior FCTC Mataram, di sela pementasan wayang.

Ia mengatakan Kota Mataram menjadi kota ke-10 yang didatangi wayang FCTC dalam rangkaian petualangan 365 hari FCTC Warrior di 25 kota.

Sebelumnya wayang FCTC sudah melalui Kota Tangerang Selatan, Bogor, Bandung, Pekalongan, Semarang, Yogyakarta, Jember, Tabanan, dan Badung (Bali).

Menurut gadis yang akrab disapa Wulan ini, kegiatan pementasan wayang FCTC di Kota Mataram, juga dirangkaikan dengan deklarasi suara anak muda untuk Indonesia aksesi FCTC, dan pengumpulan identitas dukungan untuk aksesi FCTC.

Pementasan wayang FCTC tersebut sebagai bentuk dukungan anak muda Kota Mataram, agar Ibu Kota Provinsi NTB itu bisa meraih predikat Kota Layak Anak pada 2018.

"Sebab Pemkot Mataram sudah mencanangkan pada 2018 meraih predikat Kota Layak Anak, sehingga perlu dukungan penuh masyarakat, khususnya kami generasi muda untuk merealisasikan target tersebut," Wulan diamini Warrior FCTC lainnya, yakni Samsul Hadi, Rayasa Puringgar Prasadha Putra, dan Siti Syifa?un Nufus.

Para Warrior FCTC Mataram berharap Pemkot Mataram benar-benar bisa berdiri di garis terdepan untuk melindungi anak-anak dari target pemasaran industri rokok dan dari dampak konsumsi rokok.

Sebab, target menjadi Kota Layak Anak masih terganjal oleh keberadaan iklan rokok yang bertebaran di setiap sudut Kota Mataram. Padahal pelarangan iklan rokok menjadi salah satu indikator penilaian.

Hasil monitoring yang dilakukan Gagas Foundation dan Yayasan Lentera Anak di 5 kota, termasuk Mataram, pada 2015, menunjukkan sekitar 85 persen sekolah di Indonesia dikepung iklan rokok yang diletakkan di warung atau kios sekitar sekolah.

Pembaharu Muda Kota Mataram yang melakukan monitoring pada Desember 2016 juga menemukan agresivitas industri rokok mempromosikan iklan, promosi dan sponsor rokok di semua tempat, di mana anak muda berkegiatan.

"Itu menunjukkan industri rokok sudah menargetkan anak-anak sebagai pangsa pasar rokok masa depan untuk menjamin keberlangsungan bisnis mereka," ujar Wulan.

Samsul Hadi, Warrior FCTC Mataram lainnya, juga sepakat dengan pernyataan Wulan. Menurut dia, maraknya iklan rokok di kota kami masih menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah Kota Mataram.

Pembatasan reklame rokok baru dilakukan di beberapa titik, seperti di Jalan Bung Hatta dan Jalan Gajah Mada. Bila Mataram sudah mencanangkan target menjadi Kota Layak Anak, maka pekerjaan rumah tersebut harus diselesaikan.

Sebab maraknya iklan rokok berdampak besar terhadap penilaian KLA, ujar Samsul yang juga pegiat Lembaga Perlindungan Anak (LPA) kota Mataram ini.

Ia mengutip pernyataan Kepala Badan Keuangan Daerah Kota Mataram, bahwa pendapatan reklame iklan rokok tidak berdampak bagi pendapatan asli daerah Kota Mataram.

"Pendapatan dari pajak reklame hanya sebesar Rp300 miliar. Sangat miris bila pemerintah kota hanya mengakomodir pendapatan reklame yang kecil, padahal dampak yang ditimbulkan dari kepungan iklan rokok sangat besar, yakni berpotensi meningkatkan jumlah perokok anak di Kota Mataram," kata Samsul yang juga Pembaharu Muda Mataram.

Setelah Kota Mataram, wayang FCTC Warrior akan diperjalankan kembali dalam rangkaian petualangan 365 hari FCTC Warrior di 25 kota. Kota Sumbawa sudah menunggu untuk menerima estafet ke-11 wayang FCTC Warrior.

Warrior FCTC adalah 40 anak muda dari 25 kota di Indonesia, yang berkolaborasi menolak hegemoni industri rokok dan menolak menjadi target pemasaran industri rokok. Mereka telah mengikuti Konferensi Youth Summit di Bogor pada Mei 2017, dan mendeklarasikan Suara Anak Muda untuk FCTC di Jakarta.

Sejak Agustus lalu, wayang FCTC yang menjadi simbol FCTC Warrior, diperjalankan ke 25 kota untuk mengajak lebih banyak anak muda bersuara menolak menjadi target pemasaran industri rokok. (*)

Pewarta :
Editor : Awaludin
Copyright © ANTARA 2024