Mataram (Antaranews NTB) - Balai Taman Nasional Tambora, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, memprogramkan pemulihan ekosistem kawasan konservasi seluas 200 hektare yang terdegradasi akibat pembukaan lahan dan perambahan.

"Pemulihan ratusan hektare kawasan konservasi yang rusak tersebut ditargetkan rampung hingga 2019," kata Kepala Balai Taman Nasional Tambora (BTNT) Budhy Kurniawan, ketika dihubungi dari Mataram, Kamis.

Ia mengatakan pemulihan ekosistem akan dilakukan dengan penanaman bibit pohon sebanyak 180 ribu batang. Program tersebut diawali dengan penanaman 90 ribu batang bibit pohon pada 2018, kemudian berlanjut pada 2019 dengan jumlah bibit pohon yang sama.

Empat lokasi kawasan konservasi yang akan ditanami adalah Resort Oi Ketupa yang terdiri atas blok Oi Ketupa dan blok Kawinda Toi, di Kabupaten Bima. Selain itu di Resort Doro Ncanga yang terdiri atas blok Doro Ncanga dan blok Doropeti di Kabupaten Dompu.

Seluruh kawasan yang akan direstorasi merupakan lahan yang sudah dibebaskan dari perambahan dan pembukaan lahan pada 2017.

Budhy menambahkan rangkaian kegiatan pemulihan ekosistem akan dimulai dengan menyusun rancangan teknis, kemudian dilanjutkan dengan inventarisasi tegakan awal.

Setelah itu, dilakukan identifikasi sosial, ekonomi dan budaya sebelum pembentukan kelompok tani di dua resort yang akan terlibat dalam proses pembibitan pohon, penanaman hingga pemeliharaan.

Dua kelompok tani yang menjadi mitra nantinya diberikan pelatihan tentang persemaian, pembibitan, penanaman sampai pemeliharaan.

"Setelah itu, kami akan menyosialisasikan program penanaman kepada masyarakat. Dan nantinya akan ada pembinaan kelembagaan dan pemberian surat keputusan kepala desa sebelum kegiatan inti penanaman," ujarnya.

Ia menyebutkan jenis bibit pohon yang akan ditanam adalah jenis endemik Taman Nasional Gunung Tambora, seperti katoi, kalago (rajumas), longgo, pulai, beringin dan asam.

Ada juga beberapa jenis pohon penghasil buah, salah satunya durian, namun penanamannya dilakukan di batas kawasan taman nasional agar masyarakat mengetahui bahwa pohon yang menghasilkan buah tersebut menjadi penanda batas kawasan.

Lebih lanjut, Budhy mengatakan pelibatan masyarakat dalam proses penanaman bibit pohon sebagai alternatif jangka pendek sekaligus bentuk pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Tambora.

"Nantinya masyarakat yang terlibat akan mendapatkan insentif dari kegiatan penanaman bibit pohon. Kegiatan pemulihan ekosistem akan berlanjut pada 2020," katanya. (*)

Pewarta :
Editor : Awaludin
Copyright © ANTARA 2025