Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengoptimalkan potensi bendungan untuk irigasi persawahan dan lahan-lahan pertanian dalam upaya menjaga produksi padi.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Muhammad Taufieq Hidayat mengatakan daerah yang tadinya masih sawah tadah hujan dengan indeks pertanaman atau IP 100 bisa meningkat menjadi IP 200 dan IP 300.
"Lahan-lahan tidur kini juga sudah dimanfaatkan dengan keberadaan bendungan-bendungan baru," ujarnya di Mataram, Selasa.
Baca juga: Menjaga pengelolaan air guna menunjang ketahanan pangan di NTB
Taufieq menuturkan fenomena cuaca ekstrem yang sempat membuat awal musim tanam pertama tahun ini bergeser tidak terlalu berpengaruh terhadap produksi padi di NTB.
Sejak 2015 sampai 2024, pemerintah pusat membangun enam bendungan untuk mendukung sektor pertanian di Nusa Tenggara Barat.
Enam bendungan tersebut adalah Bendungan Bintang Bano dan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, Bendungan Mila dan Tanju di Dompu, Bendungan Sila di Bima, serta Bendungan Meninting di Lombok Barat.
Nusa Tenggara Barat adalah daerah dengan jumlah bendungan terbanyak di Indonesia, mencapai 72 unit.
"Program dari pemerintah pusat dengan pompanisasi dan irigasi perpompaan, sehingga lahan-lahan yang tadinya nol dan tidak bisa ditanam menjadi IP 100 dan IP 200," kata Taufieq.
Baca juga: PUPR menarget enam bendungan di NTB tuntas pada Oktober 2024
Pada Januari hingga Mei 2024, jumlah produksi padi di Nusa Tenggara Barat telah menembus angka 899 ribu ton gabah kering giling dari luas areal tanam 173 ribu hektare. Sedangkan, target produksi padi sepanjang tahun ini sebanyak 1,4 juta ton gabah kering giling.
Pada 2023 lalu, Jumlah produksi padi daerah ini menyentuh angka 1,54 juta ton gabah kering giling dengan luas areal panen sekitar 287,51 ribu hektare.
Taufieq mengungkapkan konservasi air melalui bendungan sangat menentukan produksi padi, karena semakin banyak tampungan air berkorelasi terhadap peningkatan produktivitas sektor pertanian.
"Setiap tahun kami ekspor beras ke daerah lain. Beras itu dikirim melalui pengusaha ke Pulau Jawa, seperti Jawa Timur," pungkasnya.
Baca juga: Presiden Jokowi resmikan operasional Bendungan Tiu Suntuk di NTB
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Muhammad Taufieq Hidayat mengatakan daerah yang tadinya masih sawah tadah hujan dengan indeks pertanaman atau IP 100 bisa meningkat menjadi IP 200 dan IP 300.
"Lahan-lahan tidur kini juga sudah dimanfaatkan dengan keberadaan bendungan-bendungan baru," ujarnya di Mataram, Selasa.
Baca juga: Menjaga pengelolaan air guna menunjang ketahanan pangan di NTB
Taufieq menuturkan fenomena cuaca ekstrem yang sempat membuat awal musim tanam pertama tahun ini bergeser tidak terlalu berpengaruh terhadap produksi padi di NTB.
Sejak 2015 sampai 2024, pemerintah pusat membangun enam bendungan untuk mendukung sektor pertanian di Nusa Tenggara Barat.
Enam bendungan tersebut adalah Bendungan Bintang Bano dan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, Bendungan Mila dan Tanju di Dompu, Bendungan Sila di Bima, serta Bendungan Meninting di Lombok Barat.
Nusa Tenggara Barat adalah daerah dengan jumlah bendungan terbanyak di Indonesia, mencapai 72 unit.
"Program dari pemerintah pusat dengan pompanisasi dan irigasi perpompaan, sehingga lahan-lahan yang tadinya nol dan tidak bisa ditanam menjadi IP 100 dan IP 200," kata Taufieq.
Baca juga: PUPR menarget enam bendungan di NTB tuntas pada Oktober 2024
Pada Januari hingga Mei 2024, jumlah produksi padi di Nusa Tenggara Barat telah menembus angka 899 ribu ton gabah kering giling dari luas areal tanam 173 ribu hektare. Sedangkan, target produksi padi sepanjang tahun ini sebanyak 1,4 juta ton gabah kering giling.
Pada 2023 lalu, Jumlah produksi padi daerah ini menyentuh angka 1,54 juta ton gabah kering giling dengan luas areal panen sekitar 287,51 ribu hektare.
Taufieq mengungkapkan konservasi air melalui bendungan sangat menentukan produksi padi, karena semakin banyak tampungan air berkorelasi terhadap peningkatan produktivitas sektor pertanian.
"Setiap tahun kami ekspor beras ke daerah lain. Beras itu dikirim melalui pengusaha ke Pulau Jawa, seperti Jawa Timur," pungkasnya.
Baca juga: Presiden Jokowi resmikan operasional Bendungan Tiu Suntuk di NTB