Mataram (Antaranews NTB) - Panorama alam yang memesona dihiasi gugusan pantai berpasir putih nan eksotik dan khazanah budaya adiluhung sejatinya menjadi daya tarik wisata di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Tak dipungkiri perkembangan industri pelancongan di bumi "Seribu Masjid" ini berkembang pesat. Ke depan akronim NTB yang kerap diplesetkan dengan "Nasib Tergantung Bali" diharapkan tak lagi sepenuhnya benar.

Kemajuan sektor pariwisata di Provinsi NTB ditandai dengan meningkatnya angka kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara setiap tahun. Jika tahun 2016 jumlah wisatawan yang berkunjung ke NTB sebanyak 3,1 Juta, tahun 2017 realisasinya mencapai 3,8 juta.

Ini berarti melebihi target tahun 2017 sebanyak 3,5 juta. Sementara tahun 2018 ditargetkan bisa menarik kunjungan hingga 4 juta wisatawan. Target ini optimis tercapai.

Di sisi lain pertumbuhan investasi bidang kepariwisataan di Provinsi tetangga Bali ini juga meningkat sebesar 22 persen sepanjang tahun 2017, juga meningkat bila dibanding tahun 2016 yang pertumbuhannya sekitar 19 persen.

Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Mohammad Faozal menilai pertumbuhan investasi kepariwisataan di NTB tahun 2017 mencapai 22 persen. Sektor pariwisata ini menjadi penyumbang tertinggi investasi di wilayah NTB tahun 2017.

Menurut dia, investasi kepariwisataan di NTB sebagian besar meliputi pembangunan perhotelan, restaurant, pusat rekreasi, serta jasa-jasa dan usaha kepariwisataan lainnya seperti travel agent.

Investasi bidang kepariwisataan di NTB ini kian meningkat terutama setelah Pemerintah Indonesia menetapkan kawasan Mandalika di Lombok Tengah, menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kepariwisataan yang merupakan salah satu dari 10 destinasi unggulan pariwisata di Indonesia.

Sementara itu Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Provinsi NTB H Lalu Gita Aryadi mengatakan sektor Pariwisata saat ini menjadi unggulan penyumbang pertumbuhan investasi di NTB, selain sektor Pertanian secara luas, dan sektor Pertambangan.

Ia mengatakan minat investor untuk berinvestasi di NTB memang cenderung meningkat dari tahun ke tahun, salah satunya pada sektor Pariwisata. Ini menunjukkan NTB daerah yang strategis dan aman untuk berinvestasi. Wisata bawah laut menjadi salah satu daya tarik di objek wisata Gili Trawangan, Meno dan Gili Air. Selain memiliki kawasan-kawasan strategis pariwisata di Lombok dan Sumbawa yang cocok sebagai lokasi pembangunan kepariwisataan dan layak dikembangkan para investor, sejumlah kemudahan investasi dari sisi perizinan di NTB juga menjadi salah faktor.

Secara keseluruhan, peningkatan nilai investasi di NTB cukup baik. Realisasi nilai investasi di NTB hingga triwulan ke tiga 2017 bahkan sudah mencapai Rp7,073 triliun, atau sudah lebih dari target tahun 2017 yang mencapai Rp6,976 triliun.

Investasi itu berasal dari Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanam Modal Asing (PMA), pada semua sektor yang ada, baik Pertambangan, Pariwisata, Pertanian secara luas, dan sektor lainnya.

Perkembangan industri pariwisata yang cukup pesat di NTB diyakini industri pelancongan ini potensial menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru di provinsi yang dikenal dengan sebutan "Bumi Gora" ini.

Hasil asesmen

Hasil asesmen pemetaan pemilihan industri potensial kompetitif daerah (IPKD) NTB menyebutkan pariwisata berpotensi menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia NTB Achris Sarwani mengatakan panorama alam yang indah dengan modal geografis berupa 2.333 kilometer garis pantai, 280 pulau kecil dan 8 gunung menjadi faktor utama berkembangnya pariwisata di provinsi ini.

Ia mengatakan berdasarkan pemetaan hasil survei dan forum diskusi grup yang telah dilakukan, diketahui bahwa komponen kekuatan (strength) yang dimiliki NTB dalam pengembangan industri pariwisata, di antaranya infrastruktur seperti air bersih, listrik dan komunikasi. Selain itu, rambu-rambu jalan sudah tersedia dengan baik.

NTB juga memiliki objek wisata yang khas dan cita rasa kuliner atau makanan yang beragam. Di sisi lain, daerah tetangga Bali itu juga memiliki peluang (opportunity) yang cukup besar untuk mengembangkan pariwisatanya, di antaranya kebijakan bebas visa, terbukanya investasi bagi investor dan pengembangan industri yang mendukung pariwisata. Kegiatan bongkar muat dari Pelabuhan Bangsal menuju objek wisata tiga gili (pulau kecil) Trawangan, Meno dan Gili Air (ist) Meskipun demikian, kata Achris, NTB juga memiliki kelemahan (weakness) yang perlu dibenahi. Berdasarkan hasil pemetaan "critical constraint", diketahui bahwa fasilitas umum menjadi kekurangan utama yang harus diperbaiki.

Faktor tersebut, menurut dia, berkaitan erat dengan kelemahan kritikal berikutnya, yaitu tingkat kebersihan yang perlu untuk ditingkatkan dan keamanan destinasi wisata juga perlu untuk ditingkatkan.

Demikian juga kualitas tenaga kerja sebagai faktor pendukung, juga masih menjadi kendala. Faktor terkait yang menjadi perhatian utama para pelaku usaha adalah tingkat pelayanan yang belum sesuai dengan ekspektasi.

Berbagai Kelemahan tersebut, menurut Achris Sarwani tentunya perlu diatasi mengingat dalam mengembangkan industri pariwisata, NTB juga memiliki ancaman (threat) seperti adanya kemiripan antardaerah, persaingan harga dengan pariwisata luar negeri, dan maraknya promosi wisata negara asing.

Menurut dia, dalam membangun identitas pariwisata tersebut, masing-masing pihak memiliki peran masing-masing.

Sejatinya pemerintah berperan untuk membangun dan mempersiapkan fasilitas dasar, seperti konektivitas transportasi, infrastruktur dasar, pengaturan keamanan, serta promosi identitas pariwisata daerah melalui berbagai saluran.

Pihak swasta (bisnis perhotelan dan travel agent) berperan dalam penanaman investasi pada bisnis pendukung, melakukan penjualan paket pariwisata secara masif.

Selain itu, katanya, turut mengembangkan kawasan-kawasan pariwisata di NTB bersama dengan pemerintah.

Dalam pengembangan sumber daya manusia, kata dia, saat ini telah terdapat beberapa institusi pendidikan formal di bidang pariwisata, di mana sebagian besar lulusan institusi tersebut bekerja di bidang perhotelan.

Pengembangan institusi pendidikan formal tersebut juga diikuti dengan pemberdayaan masyarakat, di antaranya melalui pembentukan desa wisata dan kelompok sadar wisata (pokdarwis).

Perkembangan pariwisata yang cukup pesat itu berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTB, setidaknya ini terlihat dari data yang dirilis Bank Indonsia yang menyebutkan pertumbuhan ekonomi daerah ini tanpa sektor tambang mencapai 7,10 persen pada 2017 atau mencapai rekor tertinggi sejak 2009.

Pertumbuhan ekonomi NTB tanpa tambang pada 2017 lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya sebesar 5,72 persen.

Pemerintah Provinsi NTB telah menempatkan sektor pariwisata sebagi program unggulan setelah sektor pertanian dalam arti luas, karena ke depan industri pelancongan akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi bari bagi NTB.(*)
   

 

Pewarta : Masnun Masud
Editor : Masnun
Copyright © ANTARA 2024