Jakarta (ANTARA) - Pelatih Pelita Jaya Jakarta Johannis Winar atau akrab disapa Coach Ahang memaparkan perbedaan tim asuhannya saat menjadi juara pada tahun 2017 dan 2024.
Pelita Jaya baru saja kembali menjadi juara IBL setelah penantian tujuh tahun saat mereka mengandaskan Satria Muda Pertamina Jakarta 73-65 dalam Game 3 final di Indomilk Arena Tangerang Banten, Minggu (4/8).
Berbicara soal perbedaan antara menjadi juara pada 2017 dan 2024, Coach Ahang menjawab bahwa situasinya sangat berbeda. Pelita Jaya di tahun 2017 berstatus sebagai underdog sehingga saat melakukan rotasi pemain pun sangat terbatas.
Sementara di tahun 2024, materi pemainnya lebih bagus, sehingga lebih mudah melakukan rotasi meski di sisi lain ia juga mengatakan hal ini menurutnya menjadi tekanan tersendiri.
"Kalau dulu, rotasi saya tidak banyak. Bayangkan saja di Final 2017, saya hanya main dengan tujuh pemain. Saya hanya punya Faisal Julius Achmad dan Amin Prihantono dalam rotasi,” kata Coach Ahang seperti dikutip dari laman resmi IBL, Senin.
“Tapi saat itu ada pemain-pemain inti bisa step-up dan bermain sangat baik. Sedangkan di musim 2024, semuanya pemain bagus. Tapi tekanan semakin besar, karena kami lebih diunggulkan untuk menjadi juara. Tekanan ini jauh lebih besar di final," lanjutnya.
Ia juga mengatakan bahwa tak gampang menyatukan ego pemain-pemain bintangnya di lapangan.
Baca juga: Prastawa-Arighi sebut Satria Muda lawan terberat dalam IBL
Baca juga: Juara IBL jadi gelar pertama Prastawa di Pelita Jaya
"Ibarat memasukkan barang bagus ke dalam satu wadah, itu tidak akan mudah. Ada ego pemain ada di situ, sebagai pelatih saya harus menurunkan ego tersebut. Intinya kami mau menang, bukan mau bermain saja,” katanya.
“Tapi itu juga tidak mengutarakan harapan telapak tangan. Ada pemain yang bisa menerima, ada juga yang tidak," tambahnya.
Gelar juara IBL 2024 merupakan gelar juara keempat Pelita Jaya setelah edisi 1990, 1991, dan 2017.