Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menegaskan kembali komitmen untuk membangun megaproyek global hub Bandar Kayangan di Kabupaten Lombok Utara yang sempat tertunda selama tujuh tahun.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) NTB Wahyu Hidayat dalam keterangannya di Mataram, Rabu.
mengatakan keberadaan global hub tersebut berpeluang menyerap banyak tenaga kerja.
"Kami mencoba membangkitkan kembali pembangunan global hub Bandar Kayangan di Lombok Utara. Kenapa? Karena potensi yang NTB miliki salah satunya adalah ALKI II Zone," ujarnya.
Nusa Tenggara Barat yang berada pada Alur Laut Kepulauan Indonesia atau ALKI terutama kawasan ALKI II menjadikan wilayah perairan tersebut sangat strategis. Jalur itu merupakan jalur pelayaran internasional yang banyak dilalui kapal-kapal asing dari Selat Malaka, Laut Sulawesi maupun Selat Lombok.
Baca juga: Investor matangkan rencana investasi Global Hub Lombok
Wahyu menuturkan optimalisasi global hub Bandar Kayangan dapat menarik ceruk jalur laut kapal-kapal pada ALKI III di Pulau Sulawesi yang melintasi Samudra Pasifik, Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Selat Ombai, Laut Sawu, dan Samudra Hindia.
"Di alur laut NTB ada banyak sekali kapal-kapal yang melintas. Tantangan kami adalah bisa tidak merebut pasar yang ada di ALKI III," ucapnya.
Wahyu menjelaskan membangun sebuah global hub bukan semata-mata membangun dermaga atau pelabuhan, melainkan membangun kota baru, sebuah kota cerdas atau smart city.
Pemerintah NTB mendorong pembangunan kota baru yang lengkap dengan infrastruktur dasar, sumber energi yang memadai, transportasi, dan pariwisata.
Dalam penyusunan peta potensi investasi yang sedang dikerjakan oleh DPMPTSP NTB, pemerintah daerah setempat berusaha membuka peluang baru global hub Bandar Kayangan untuk sektor padat karya.
Itu menjadi salah satu strategi dalam mengoptimalkan sektor usaha lain agar Nusa Tenggara Barat tidak terus-terusan bergantung kepada sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) yang menjadi penopang ekonomi utama.
Menurut Wahyu pembangunan global hub Bandar Kayangan bisa turut mengembangkan sektor usaha lain, seperti transportasi, pariwisata, maupun perdagangan untuk menyerap tenaga kerja lokal.
"Inilah yang kami dorong agar beberapa tahun ke depan sektor padat karya bisa menyaingi sektor-sektor lain, terkhusus ESDM," ucapnya.
Pada triwulan II 2024, capaian realisasi investasi di Nusa Tenggara Barat sebesar Rp16,70 triliun. Lapangan usaha terbesar yang mendominasi capaian realisasi investasi adalah sektor energi dan sumber daya mineral sebanyak Rp12,45 triliun, sektor perindustrian Rp2,89 triliun, dan sektor perdagangan Rp653 miliar.
Megaproyek Bandar Kayangan merupakan mimpi besar pemerintah NTB yang telah digaungkan sejak tahun 2017. Kala itu, beberapa investor menyatakan berminat menanamkan modal untuk membangun kawasan tersebut.
Bandar Kayangan dicanangkan menjadi pusat pelabuhan dunia di Asia yang menghubungkan Eropa atau Timur Tengah ke China atau Asia Timur. Kawasan seluas 7.000 hektare itu berada di antara Australia dan Asia Timur yang sangat dekat dengan destinasi wisata Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air.
Gempa bumi darat berkekuatan 6,4 magnitudo yang mengguncang Pulau Lombok pada 29 Juli 2018, lalu disusul pandemi COVID-19 pada Desember 2019 sampai Mei 2023 menjadi faktor pemicu investor urung menamakan modal untuk pembangunan global hub Bandar Kayangan tersebut.
"Mengembalikan orang yang sudah mau datang saat itu sulit karena harus membangun kepercayaan lagi di tengah kondisi Lombok Utara yang sedang mencoba bangkit," pungkas Wahyu.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) NTB Wahyu Hidayat dalam keterangannya di Mataram, Rabu.
mengatakan keberadaan global hub tersebut berpeluang menyerap banyak tenaga kerja.
"Kami mencoba membangkitkan kembali pembangunan global hub Bandar Kayangan di Lombok Utara. Kenapa? Karena potensi yang NTB miliki salah satunya adalah ALKI II Zone," ujarnya.
Nusa Tenggara Barat yang berada pada Alur Laut Kepulauan Indonesia atau ALKI terutama kawasan ALKI II menjadikan wilayah perairan tersebut sangat strategis. Jalur itu merupakan jalur pelayaran internasional yang banyak dilalui kapal-kapal asing dari Selat Malaka, Laut Sulawesi maupun Selat Lombok.
Baca juga: Investor matangkan rencana investasi Global Hub Lombok
Wahyu menuturkan optimalisasi global hub Bandar Kayangan dapat menarik ceruk jalur laut kapal-kapal pada ALKI III di Pulau Sulawesi yang melintasi Samudra Pasifik, Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Selat Ombai, Laut Sawu, dan Samudra Hindia.
"Di alur laut NTB ada banyak sekali kapal-kapal yang melintas. Tantangan kami adalah bisa tidak merebut pasar yang ada di ALKI III," ucapnya.
Wahyu menjelaskan membangun sebuah global hub bukan semata-mata membangun dermaga atau pelabuhan, melainkan membangun kota baru, sebuah kota cerdas atau smart city.
Pemerintah NTB mendorong pembangunan kota baru yang lengkap dengan infrastruktur dasar, sumber energi yang memadai, transportasi, dan pariwisata.
Dalam penyusunan peta potensi investasi yang sedang dikerjakan oleh DPMPTSP NTB, pemerintah daerah setempat berusaha membuka peluang baru global hub Bandar Kayangan untuk sektor padat karya.
Itu menjadi salah satu strategi dalam mengoptimalkan sektor usaha lain agar Nusa Tenggara Barat tidak terus-terusan bergantung kepada sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) yang menjadi penopang ekonomi utama.
Menurut Wahyu pembangunan global hub Bandar Kayangan bisa turut mengembangkan sektor usaha lain, seperti transportasi, pariwisata, maupun perdagangan untuk menyerap tenaga kerja lokal.
"Inilah yang kami dorong agar beberapa tahun ke depan sektor padat karya bisa menyaingi sektor-sektor lain, terkhusus ESDM," ucapnya.
Pada triwulan II 2024, capaian realisasi investasi di Nusa Tenggara Barat sebesar Rp16,70 triliun. Lapangan usaha terbesar yang mendominasi capaian realisasi investasi adalah sektor energi dan sumber daya mineral sebanyak Rp12,45 triliun, sektor perindustrian Rp2,89 triliun, dan sektor perdagangan Rp653 miliar.
Megaproyek Bandar Kayangan merupakan mimpi besar pemerintah NTB yang telah digaungkan sejak tahun 2017. Kala itu, beberapa investor menyatakan berminat menanamkan modal untuk membangun kawasan tersebut.
Bandar Kayangan dicanangkan menjadi pusat pelabuhan dunia di Asia yang menghubungkan Eropa atau Timur Tengah ke China atau Asia Timur. Kawasan seluas 7.000 hektare itu berada di antara Australia dan Asia Timur yang sangat dekat dengan destinasi wisata Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air.
Gempa bumi darat berkekuatan 6,4 magnitudo yang mengguncang Pulau Lombok pada 29 Juli 2018, lalu disusul pandemi COVID-19 pada Desember 2019 sampai Mei 2023 menjadi faktor pemicu investor urung menamakan modal untuk pembangunan global hub Bandar Kayangan tersebut.
"Mengembalikan orang yang sudah mau datang saat itu sulit karena harus membangun kepercayaan lagi di tengah kondisi Lombok Utara yang sedang mencoba bangkit," pungkas Wahyu.