Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia mendukung langkah konkret implementasi kerangka ekonomi biru di ASEAN.

Dalam Keketuaan Laos di ASEAN 2024, Indonesia memberikan dukungan nyata dengan menyelenggarakan Forum Ekonomi Biru ASEAN ke-2 (2nd ASEAN Blue Economy Forum) di Vientiane, Laos.

“Forum ini menandai langkah penting dalam implementasi Kerangka Kerja Ekonomi Biru ASEAN (ASEAN Blue Economy Framework - ABEF) yang telah disahkan oleh para Pemimpin ASEAN pada KTT ke-43 pada 5 September 2023 lalu,” kata Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional Kemenko Perekonomian Netty Muharni dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Penyelenggaraan rangkaian kegiatan ekonomi biru oleh Laos dengan dukungan Indonesia merupakan langkah positif untuk terus memastikan keberlanjutan prioritas Indonesia dan memastikan isu ekonomi biru terus dibahas di ASEAN.

Netty menilai, implementasinya membutuhkan rencana yang matang, holistik dan praktis.

Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran dari semua negara ASEAN untuk penerapan inisiatif Ekonomi Biru dan mengeksplorasi potensi kemitraan dan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan dan mitra wicara ASEAN.

Upaya tersebut akan membantu mengkatalisasi hasil konkret dan layak dalam memajukan agenda Ekonomi Biru di ASEAN yang saat ini berperan hampir 30 persen dalam skala ekonomi di kawasan.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa ASEAN dapat memimpin pengembangan ekonomi biru secara global dengan memanfaatkan potensi laut dan sumber daya air, mendorong pertumbuhan ekonomi, inovasi dan kemakmuran bersama, dengan memperkuat kerja sama dan kolaborasi.

Forum kemudian dibagi dalam tiga sesi utama berdasarkan strategi utama ekonomi biru ASEAN yaitu Konservasi Biru, Sains, Teknologi dan Inovasi Biru, serta Penciptaan Nilai Tambah dalam Sektor Prioritas.

“Kerja sama Blue Economy (Ekonomi Biru) memiliki arti penting di kawasan ASEAN dan juga sub regional dalam kerangka kerja sama IMT-GT. Kita perlu tingkatkan sinergi kedua inisiatif ini untuk memaksimalkan potensi Blue Economy. Pemerintah daerah juga perlu dilibatkan dengan lebih baik,” tutur Netty.

Forum tersebut juga menghasilkan sejumlah rekomendasi praktis terkait Ekonomi Biru yang dapat dipertimbangkan oleh ASEAN, antara lain pembentukan aliansi ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi regional untuk mendorong adopsi teknologi dalam ekonomi biru, melibatkan sektor swasta untuk mendorong komersialisasi teknologi, dan pembiayaan bersama dalam proyek percontohan serta penelitian dan pengembangan di sektor prioritas biru.

Hasil-hasil dari pertemuan tersebut kemudian dipresentasikan oleh Indonesia dalam pertemuan pertama ASEAN Task Force on Blue Economy (1st ACTF-BE) untuk menjadi rekomendasi dalam penyusunan ASEAN Blue Economy Implementation Plan.

Baca juga: Indonesia pushes migrant workerprotection at ASEAN DGICM meeting
Baca juga: Sekjen ASEAN soroti pentingnya persatuan guna mendorong konektivitas

Sebagai bagian dari kegiatan forum, peserta diajak melakukan kunjungan ke Nam Ngum 1 Hydropower Plant, sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang memanfaatkan arus sungai Nam Ngum, salah satu anak sungai Mekong. PLTA tersebut mampu menyediakan sekitar 50 persen kebutuhan listrik Laos.

Duta Besar RI untuk Laos H.E Grata Endah Werdaningtyas dalam acara kunjungan ini menyampaikan bahwa Sungai Mekong menjadi sungai yang menghubungkan kehidupan masyarakat di Laos, Myanmar, Thailand, Vietnam, Kamboja dan Tiongkok. Hal ini karena banyak anak sungai dan aliran sungai yang lebih kecil mengalir dari berbagai negara tersebut.

Selain itu, untuk mengawal implementasi dari Kerangka Kerja Ekonomi Biru ASEAN juga dilaksanakan pertemuan pertama ASEAN Task Force on Blue Economy (1st ACTF-BE). Pertemuan akan dilaksanakan secara rutin untuk mengidentifikasi, mengawal dan melaporkan inisiatif ekonomi biru di ASEAN dalam upaya menjadikan ekonomi biru sebagai mesin pertumbuhan ekonomi baru di kawasan.

 

 

Pewarta : Bayu Saputra
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024