Sumbawa (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memperluas klaster binaannya khusus untuk komoditas cabai melalui Kelompok Tani Ai Ramena di Desa Buin Baru, Kecamatan Buer, Sumbawa.
"Bank Indonesia secara konsisten memperluas pengembangan klaster komoditas pangan unggulan. Itu sebagai bentuk upaya pengendalian inflasi dari sisi pasokan ataupun ketersediaan pasokan," kata Kepala BI Provinsi NTB, Berry Arifsyah Harahap.
Bank Indonesia, kata dia, mengembangkan demplot cabai di Kelompok Tani Ai Ramena melalui penanaman cabai di lahan seluas satu hektare (ha).
Baca juga: BI NTB kendalikan inflasi melalui perluasan klaster cabai di Pulau Sumbawa
Dalam pelaksanaannya, ditempuh beberapa tahapan, yaitu peningkatan kapasitas kelompok tani melalui berbagai pelatihan, di antaranya pelatihan pertanian organik dan penguatan kelembagaan, penyadaran dan perubahan paradigma petani melalui studi tiru.
Tahapan lainnya adalah peningkatan akses korporasi kelompok tani melalui perluasan akses pasar, baik kepada pedagang besar maupun usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) local.
Selain itu, peningkatan akses pembiayaan kepada lembaga keuangan dalam rangka peningkatan akses permodalan.
Baca juga: Inflasi tahunan NTB sebesar 2,01 persen pada Agustus 2024
Melalui berbagai upaya tersebut, kata Berry, Bank Indonesia berharap dapat berkontribusi aktif dalam pengendalian inflasi komoditas pangan khususnya komoditas cabai di Pulau Sumbawa, dari sisi ketersediaan pasokan.
"Kami berharap inisiasi yang telah dilaksanakan oleh Bank Indonesia ini dapat direplikasi oleh pemerintah daerah maupun stakeholder lainnya dalam pengembangan komoditas ketahanan pangan di Provinsi NTB khususnya di Pulau Sumbawa," ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan untuk mendukung pengendalian inflasi khususnya strategi ketersediaan pasokan, program tersebut juga ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya para petani melalui pengembangan pertanian organik dan optimalisasi pemanfaatan limbah dan kotoran hewan.
Melalui cara tersebut diharapkan dapat menekan biaya produksi petani serta peningkatan produktivitas hasil pertanian.
"Pertanian organik dan pertanian terintegrasi ini juga diharapkan dapat turut berkontribusi pada pengembangan sustainable development goals (SDGs)," kata Berry.
"Bank Indonesia secara konsisten memperluas pengembangan klaster komoditas pangan unggulan. Itu sebagai bentuk upaya pengendalian inflasi dari sisi pasokan ataupun ketersediaan pasokan," kata Kepala BI Provinsi NTB, Berry Arifsyah Harahap.
Bank Indonesia, kata dia, mengembangkan demplot cabai di Kelompok Tani Ai Ramena melalui penanaman cabai di lahan seluas satu hektare (ha).
Baca juga: BI NTB kendalikan inflasi melalui perluasan klaster cabai di Pulau Sumbawa
Dalam pelaksanaannya, ditempuh beberapa tahapan, yaitu peningkatan kapasitas kelompok tani melalui berbagai pelatihan, di antaranya pelatihan pertanian organik dan penguatan kelembagaan, penyadaran dan perubahan paradigma petani melalui studi tiru.
Tahapan lainnya adalah peningkatan akses korporasi kelompok tani melalui perluasan akses pasar, baik kepada pedagang besar maupun usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) local.
Selain itu, peningkatan akses pembiayaan kepada lembaga keuangan dalam rangka peningkatan akses permodalan.
Baca juga: Inflasi tahunan NTB sebesar 2,01 persen pada Agustus 2024
Melalui berbagai upaya tersebut, kata Berry, Bank Indonesia berharap dapat berkontribusi aktif dalam pengendalian inflasi komoditas pangan khususnya komoditas cabai di Pulau Sumbawa, dari sisi ketersediaan pasokan.
"Kami berharap inisiasi yang telah dilaksanakan oleh Bank Indonesia ini dapat direplikasi oleh pemerintah daerah maupun stakeholder lainnya dalam pengembangan komoditas ketahanan pangan di Provinsi NTB khususnya di Pulau Sumbawa," ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan untuk mendukung pengendalian inflasi khususnya strategi ketersediaan pasokan, program tersebut juga ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya para petani melalui pengembangan pertanian organik dan optimalisasi pemanfaatan limbah dan kotoran hewan.
Melalui cara tersebut diharapkan dapat menekan biaya produksi petani serta peningkatan produktivitas hasil pertanian.
"Pertanian organik dan pertanian terintegrasi ini juga diharapkan dapat turut berkontribusi pada pengembangan sustainable development goals (SDGs)," kata Berry.