Mataram (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan pada dasarian III Oktober 2024 (21 – 31 Oktober 2024) sebagian besar wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) berpotensi terjadi hujan dengan kategori rendah (20 – 50 mm/dasarian) dengan probabilitas 10 –70 persen.
"Terdapat juga potensi hujan di wilayah NTB dengan kategori sedang (50 – 100 mm/dasarian) di wilayah Kota Mataram, Lombok Barat bagian utara dan sebagian kecil Lombok Tengah dengan probabilitas 10 – 80 persen," kata Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB Angga Permana melalui keterangan tertulisnya di Mataram, Senin.
Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap peningkatan curah hujan pada periode peralihan musim kemarau menuju musim hujan pada akhir tahun 2024.
"Berdasarkan monitoring, analisis dan prediksi curah hujan dasarian, tidak terdapat indikasi kekeringan meteorologis (iklim) sebagai dampak dari kejadian hari kering berturut-turut," katanya.
Baca juga: Hujan ringan berpotensi guyur sebagian besar wilayah di NTB
BMKG menyatakan hasil monitoring indeks IOD dan ENSO pada awal Oktober 2024, Indeks Dipole Mode menunjukkan angka -0.25 (Netral), dan indeks ENSO bernilai -0.44 (Netral).
"IOD Netral diprediksi berlangsung hingga awal tahun 2025," katanya.
Sementara itu, ENSO diprediksi berpotensi menuju La Nina mulai Oktober 2024. Aliran massa udara pada awal Oktober 2024 masih didominasi oleh angin timuran. Saat ini MJO terpantau tidak aktif di phase 4 dan 5.
"MJO diprediksi akan aktif mulai pertengahan hingga akhir Oktober 2024. Aktifnya MJO di phase 4 dan 5 berkaitan dengan potensi peningkatan pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia," katanya.
Baca juga: Cuaca di sebagian besar Indonesia hujan ringan, khusus NTB berawal tebal
Saat ini seluruh wilayah NTB masih dalam periode musim kemarau dan masyarakat NTB dihimbau agar dapat menggunakan air secara bijak, efektif dan efisien. Masyarakat juga perlu mewaspadai akan terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan yang umumnya terjadi pada periode musim kemarau.
"Dengan adanya potensi hujan pada akhir Oktober 2024 mendatang, masyarakat dihimbau agar dapat memanfaatkan penampungan air," katanya.
Sementara itu, salah satu pengunjung Desa Wisata Sembalun, Lombok Timur Riki mengatakan pada pekan kemarin (Minggu) Sembalun atau di kaki Gunung Rinjani Lombok diguyur hujan sejak siang hingga sore hari.
"Di wilayah Sembalun hujan pada Minggu siang," katanya.
"Terdapat juga potensi hujan di wilayah NTB dengan kategori sedang (50 – 100 mm/dasarian) di wilayah Kota Mataram, Lombok Barat bagian utara dan sebagian kecil Lombok Tengah dengan probabilitas 10 – 80 persen," kata Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB Angga Permana melalui keterangan tertulisnya di Mataram, Senin.
Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap peningkatan curah hujan pada periode peralihan musim kemarau menuju musim hujan pada akhir tahun 2024.
"Berdasarkan monitoring, analisis dan prediksi curah hujan dasarian, tidak terdapat indikasi kekeringan meteorologis (iklim) sebagai dampak dari kejadian hari kering berturut-turut," katanya.
Baca juga: Hujan ringan berpotensi guyur sebagian besar wilayah di NTB
BMKG menyatakan hasil monitoring indeks IOD dan ENSO pada awal Oktober 2024, Indeks Dipole Mode menunjukkan angka -0.25 (Netral), dan indeks ENSO bernilai -0.44 (Netral).
"IOD Netral diprediksi berlangsung hingga awal tahun 2025," katanya.
Sementara itu, ENSO diprediksi berpotensi menuju La Nina mulai Oktober 2024. Aliran massa udara pada awal Oktober 2024 masih didominasi oleh angin timuran. Saat ini MJO terpantau tidak aktif di phase 4 dan 5.
"MJO diprediksi akan aktif mulai pertengahan hingga akhir Oktober 2024. Aktifnya MJO di phase 4 dan 5 berkaitan dengan potensi peningkatan pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia," katanya.
Baca juga: Cuaca di sebagian besar Indonesia hujan ringan, khusus NTB berawal tebal
Saat ini seluruh wilayah NTB masih dalam periode musim kemarau dan masyarakat NTB dihimbau agar dapat menggunakan air secara bijak, efektif dan efisien. Masyarakat juga perlu mewaspadai akan terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan yang umumnya terjadi pada periode musim kemarau.
"Dengan adanya potensi hujan pada akhir Oktober 2024 mendatang, masyarakat dihimbau agar dapat memanfaatkan penampungan air," katanya.
Sementara itu, salah satu pengunjung Desa Wisata Sembalun, Lombok Timur Riki mengatakan pada pekan kemarin (Minggu) Sembalun atau di kaki Gunung Rinjani Lombok diguyur hujan sejak siang hingga sore hari.
"Di wilayah Sembalun hujan pada Minggu siang," katanya.