Mataram (Antaranews NTB) - Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat bersama investor asal Korea Selatan menggagas rencana pembangunan jembatan terpanjang di Indonesia yang menghubungkan Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) NTB Ridwansyah di Mataram, Rabu, mengakui rencana pembangunan jembatan itu, pertama kali di inisiasi oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).
"Karena ini menghubungkan dua pulau dalam satu provinsi, tentu akan melibatkan kita (Provinsi)," ujarnya.
Ridwansyah mengatakan, pembangunan jembatan ini direncanakan akan terbentang sepanjang 20 kilometer atau 20.000 meter di atas air laut melewati Selat Alas.
"Kalau jembatan ini jadi, maka waktu tempuh antara Lombok dan Sumbawa menjadi lebih pendek," ucap Ridwansyah.
Untuk rencana pembangunan sendiri, kata Ridwansyah, Pemkab Sumbawa Barat menggandeng investor asal Korea Selatan (Korsel). Namun, Ridwansyah belum bisa menyebutkan investor asal Korsel tersebut.
Ia menjelaskan, saat ini rencana pembangunan jembatan itu, sudah masuk tahap studi kelayakan "Feasibility Study". Yang mana studi kelayakannya sudah dimulai sejak bulan April 2018 dan baru diperkirakan selesai pada Oktober ini.
"Bila nanti hasil studi kelayakan memutuskan bahwa di mungkinkan membangun jembatan, kita akan berikan rekomendasi serta izin bagi perusahaan untuk membangun," jelasnya.
Menurut Ridwansyah, ada sejumlah aspek dalam studi kelayakan sehingga jembatan penghubung Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa perlu di bangun. Di antaranya, jika jembatan terbangun maka akan memperpendek jarak tempuh sehingga secara ekonomi lebih menguntungkan.
Selain itu, interaksi antara kedua pulau, baik secara ekonomi dan sosial akan menjadi lebih meningkat. Sebab, selama ini kegiatan orang lebih menumpuk di Lombok daripada Sumbawa.
"Selama ini wisatawan yang ke Pulau Sumbawa tidak ada, karena memang infratsrukturnya tidak memadai, sehingga orang malas datang. Tetapi, kalau jembatan ini jadi 15 menit kita sudah sampai. Seperti kita dari Ampenen ke Bertais lah kalau itu jadi," terangnya.
Meski demikian, mantan Kepala Dinas Perhubungan NTB itu, belum bisa memastikan berapa nilai investasi jika jembatan tersebut di bangun.
"Karena ini investasi besar, kita belum tahu berapa biayanya. Tergantung dari hasil studi kelayakan. Tapi jika ada jembatan ini maka daya ungkitnya luar biasa," katanya. (*)
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) NTB Ridwansyah di Mataram, Rabu, mengakui rencana pembangunan jembatan itu, pertama kali di inisiasi oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).
"Karena ini menghubungkan dua pulau dalam satu provinsi, tentu akan melibatkan kita (Provinsi)," ujarnya.
Ridwansyah mengatakan, pembangunan jembatan ini direncanakan akan terbentang sepanjang 20 kilometer atau 20.000 meter di atas air laut melewati Selat Alas.
"Kalau jembatan ini jadi, maka waktu tempuh antara Lombok dan Sumbawa menjadi lebih pendek," ucap Ridwansyah.
Untuk rencana pembangunan sendiri, kata Ridwansyah, Pemkab Sumbawa Barat menggandeng investor asal Korea Selatan (Korsel). Namun, Ridwansyah belum bisa menyebutkan investor asal Korsel tersebut.
Ia menjelaskan, saat ini rencana pembangunan jembatan itu, sudah masuk tahap studi kelayakan "Feasibility Study". Yang mana studi kelayakannya sudah dimulai sejak bulan April 2018 dan baru diperkirakan selesai pada Oktober ini.
"Bila nanti hasil studi kelayakan memutuskan bahwa di mungkinkan membangun jembatan, kita akan berikan rekomendasi serta izin bagi perusahaan untuk membangun," jelasnya.
Menurut Ridwansyah, ada sejumlah aspek dalam studi kelayakan sehingga jembatan penghubung Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa perlu di bangun. Di antaranya, jika jembatan terbangun maka akan memperpendek jarak tempuh sehingga secara ekonomi lebih menguntungkan.
Selain itu, interaksi antara kedua pulau, baik secara ekonomi dan sosial akan menjadi lebih meningkat. Sebab, selama ini kegiatan orang lebih menumpuk di Lombok daripada Sumbawa.
"Selama ini wisatawan yang ke Pulau Sumbawa tidak ada, karena memang infratsrukturnya tidak memadai, sehingga orang malas datang. Tetapi, kalau jembatan ini jadi 15 menit kita sudah sampai. Seperti kita dari Ampenen ke Bertais lah kalau itu jadi," terangnya.
Meski demikian, mantan Kepala Dinas Perhubungan NTB itu, belum bisa memastikan berapa nilai investasi jika jembatan tersebut di bangun.
"Karena ini investasi besar, kita belum tahu berapa biayanya. Tergantung dari hasil studi kelayakan. Tapi jika ada jembatan ini maka daya ungkitnya luar biasa," katanya. (*)