Labuan Bajo (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat penurunan temuan kasus tuberkulosis (TBC) di daerah itu dalam tiga tahun terakhir.
"Tren angka keberhasilan pengobatan TBC dalam empat tahun terakhir sangat baik. Pada tahun 2023 Kabupaten Manggarai Timur masuk 10 kabupaten terbaik di Indonesia untuk kategori angka keberhasilan pengobatan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Timur dr Surip Tintin yang dihubungi dari Labuan Bajo, Rabu.
Ia menyebut temuan kasus TBC di daerah itu pada tahun 2022 sebanyak 204 kasus, tahun 2023 sebanyak 190 kasus dan sepanjang tahun 2024 terdapat 143 kasus.
Ia juga menjelaskan upaya persuasif dan jemput bola yang dilakukan tenaga kesehatan di daerah itu dalam penanggulangan kasus dengan mengaktifkan kembali program POS TBC.
"Tujuannya untuk deteksi sedini mungkin kasus yang belum terjaring pada saat kegiatan sebelumnya," ujarnya.
Upaya selanjutnya yang dilakukan adalah mendorong fasilitas kesehatan untuk melibatkan kader desa dalam proses pengambilan dahak suspek TBC dan melakukan bimbingan teknis bagi petugas yang melakukan kunjungan rumah kepada pasien sehingga bisa dengan cepat dan tepat menjalankan program TBC di puskesmas.
"Melakukan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) serta penyuluhan kepada faskes apabila ada informasi terbaru terkait program penanggulangan TBC," katanya.
Dinkes Manggarai Timur juga memberikan peringatan kepada puskesmas apabila terdapat program kerja yang tidak dijalankan dalam program TBC di daerah itu.
Baca juga: Dinkes Manggarai sebut sosialisasi-edukasi berkala cara persuasif atasi TB
Baca juga: Dinkes Manggarai sebut sosialisasi-edukasi berkala cara persuasif atasi TB
Upaya eliminasi kasus TBC di Kabupaten Manggarai Timur, lanjut dia, dengan mendorong dan mendampingi faskes dalam penemuan kasus secara aktif dan pasif, yaitu dilakukan melalui investigasi kontak pasien dan skrining.
Upaya lainnya yang dilakukan guna eliminasi kasus TBC yakni mengusulkan, menambah dan melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung proses identifikasi dan pengobatan seperti alat tes cepat molekuler (TCM), mikroskopis, obat anti-tuberculosis (OAT), non-OAT, dan melakukan monitoring dan evaluasi untuk pengawas menelan obat (PMO).
Baca juga: Dinkes NTB siapkan intelijen kesehatan di puskemas pantau kejadian luar biasa
Baca juga: Dinkes NTB siapkan intelijen kesehatan di puskemas pantau kejadian luar biasa
Dinkes Manggarai Timur juga berupaya mengoptimalkan promosi dan pencegahan dan pengendalian serta melakukan kerja sama dengan organisasi profesi dan klinik di daerah itu untuk kasus TBC.
"Membentuk tim percepatan eliminasi TBC, melakukan follow up pasien sampai akhir pengobatan agar tidak terjadi drop out/loss to follow up dan gagal pengobatan," katanya.