Mataram (Antaranews NTB)- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), menyebutkan dengan berbagai potensi bencana yang ada, Mataram sudah saatnya memiliki gedung evakuasi bencana.
"Gedung itu sebagai tanggap darurat dan antisipasi penanggulangan bencana terutama di kawasan pesisir Pantai Ampenan yang merupakan lokasi rawan bencana gelombang pasang," kata Kepala Pelaksana BPBD Mataram, Dedy Supriady di Mataram, Selasa.
Menurutnya keberadaan gedung evakuasi sangat penting mengingat, Mataram merupakan salah satu dari 10 kabupaten/kota di NTB yang memiliki enam jenis bencana dari 10 jenis bencana yang kerap terjadi di provinsi itu.
Selain gempa disertai tsunami, lanjutnya bencana lainnya yang mengancam wilayah Mataram sebagai ibu kota Provinsi NTB adalah banjir, kebakaran permukiman, gelombang pantai dan abrasi serta rawan konflik sosial.
Karena itu upaya antisipasi terus dilakukan agar masyarakat siap dan tetap waspada terhadap bencana. Termasuk antisipasi untuk anggaran penanganan kebencanaan.
"Apalagi saat ini sudah musim hujan masih terjadi yang artinya berbagai potensi bencana dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Namun kita tetap berdoa kota ini bisa terhindar dari bencana," ujarnya.
Lebih jauh, Dedy menyebutkan wacana pembangunan gedung evakuasi ini sebenarnya sudah mencuat dan diusulkan sejak sekitar 2014 bahkan survei lokasi untuk pembangunannya pun telah dilakukan sekitar 2016 di sekitar kawasan pesisir Penghulu Agung.
Namun demikian, hingga saat ini wacana tersebut belum bisa ditindaklanjui lagi karena pemerintah masih kekurangan dana. "Jadi percuma kita usulkan dan meminta terus kalau anggarannya tidak ada," katanya.
Karenanya, sebagai langkah antisipasi dan mitigasi bencana yang dilakukan saat ini adalah dengan meningkatkan kegiatan-kegiatan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengurangi risiko bencana.
Sosialisasi mitigasi bencana selain dilakukan kepada masyarakat umum, juga dilaksanakan pada kalangan pelajar bekerja sama dengan pihak sekolah. Dengan harapan, masyarakat dan pelajar yang sudah mendapatkan edukasi mitigasi bencana bisa meneruskan kepada warga lainnya dan teman sebaya mereka.
"Akhir-akhir ini, bahkan pihak perusahan aktif meminta kerja sama kami untuk memberikan edukasi mitigasi bencana terhadap karyawannya di kantor mereka. Seperti PLN dan Bank Bali," sebutnya.
"Gedung itu sebagai tanggap darurat dan antisipasi penanggulangan bencana terutama di kawasan pesisir Pantai Ampenan yang merupakan lokasi rawan bencana gelombang pasang," kata Kepala Pelaksana BPBD Mataram, Dedy Supriady di Mataram, Selasa.
Menurutnya keberadaan gedung evakuasi sangat penting mengingat, Mataram merupakan salah satu dari 10 kabupaten/kota di NTB yang memiliki enam jenis bencana dari 10 jenis bencana yang kerap terjadi di provinsi itu.
Selain gempa disertai tsunami, lanjutnya bencana lainnya yang mengancam wilayah Mataram sebagai ibu kota Provinsi NTB adalah banjir, kebakaran permukiman, gelombang pantai dan abrasi serta rawan konflik sosial.
Karena itu upaya antisipasi terus dilakukan agar masyarakat siap dan tetap waspada terhadap bencana. Termasuk antisipasi untuk anggaran penanganan kebencanaan.
"Apalagi saat ini sudah musim hujan masih terjadi yang artinya berbagai potensi bencana dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Namun kita tetap berdoa kota ini bisa terhindar dari bencana," ujarnya.
Lebih jauh, Dedy menyebutkan wacana pembangunan gedung evakuasi ini sebenarnya sudah mencuat dan diusulkan sejak sekitar 2014 bahkan survei lokasi untuk pembangunannya pun telah dilakukan sekitar 2016 di sekitar kawasan pesisir Penghulu Agung.
Namun demikian, hingga saat ini wacana tersebut belum bisa ditindaklanjui lagi karena pemerintah masih kekurangan dana. "Jadi percuma kita usulkan dan meminta terus kalau anggarannya tidak ada," katanya.
Karenanya, sebagai langkah antisipasi dan mitigasi bencana yang dilakukan saat ini adalah dengan meningkatkan kegiatan-kegiatan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengurangi risiko bencana.
Sosialisasi mitigasi bencana selain dilakukan kepada masyarakat umum, juga dilaksanakan pada kalangan pelajar bekerja sama dengan pihak sekolah. Dengan harapan, masyarakat dan pelajar yang sudah mendapatkan edukasi mitigasi bencana bisa meneruskan kepada warga lainnya dan teman sebaya mereka.
"Akhir-akhir ini, bahkan pihak perusahan aktif meminta kerja sama kami untuk memberikan edukasi mitigasi bencana terhadap karyawannya di kantor mereka. Seperti PLN dan Bank Bali," sebutnya.