Mataram (Antaranews NTB) - Warga korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) mengklaim bahwa di wilayahnya belum ada terlihat berdiri hunian tetap (huntap) yang dijanjikan pemerintah.
Pernyataan itu muncul dari sejumlah warga yang ditemui dari lokasi yang terkena dampak gempa Lombok, baik dari wilayah Kabupaten Lombok Barat, Lombok Utara, maupun Lombok Timur.
Seperti pernyataan dari warga Desa Mambalan, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, Apink Alkaff, Minggu, mengatakan belum ada satu pun terlihat upaya pemerintah dalam membangunan huntap di wilayahnya.
"Untuk di wilayah kami, huntap bantuan pemerintah itu belum ada," ujar inisiator komunitas relawan Mata Kali yang mendedikasikan kegiatan kemanusiaannya untuk mendampingi korban gempa di wilayah Lombok Barat bagian Utara tersebut.
Meski demikian, Apink yang telah bergerak bersama kelompok pemuda dari desanya ini membantu korban gempa dengan cara mandiri. Berbagai bantuan para donatur dimanfaatkannya bersama komunitas relawan Mata Kali untuk membangun berbagai fasilitas kebutuhan korban gempa.
"Sekarang kita sedang membangun beberapa masjid di sejumlah titik desa. Jadi tidak hanya di desa kami saja, desa yang ada di sekitaran juga menjadi progres kami menyalurkan bantuan dari donatur," ujarnya.
Sarana belajar mengajar untuk anak-anak sekolah, saluran pipa air bersih, fasilitas mandi, cuci, dan kakus (MCK), maupun hunian sementara, jelasnya banyak yang sudah bisa dimanfaatkan korban gempa.
Berbeda lagi dengan kondisi korban gempa dari Lombok Utara yang tinggal dekat dengan gerbang jalur pendakian menuju kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).
Nur Saad, warga Dusun Senaru, Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Lombok Utara, mengatakan hal yang sama dengan Apink bahwa di desanya belum nampak adanya pembangunan huntap seperti yang dijanjikan pemerintah.
"Belum ada huntap. Bagaimana mau ada, yang jadi syarat pembangunannya saja belum ada, seperti pokmas (kelompok masyarakat) itu belum ada di sini," kata Nur yang berprofesi sebagai pegiat wisata pendakian dari gerbang Senaru.
Padahal sudah ada kontraktor yang menawarkan dirinya untuk membantu korban gempa membangun huntap atau pun fasilitas umum di wilayah setempat.
"Malah kontraktornya siap memberikan sosialisasi huntap yang direncanakan dari pemerintah itu," ujarnya.
Namun kembali lagi, sebutnya aparatur pemerintah desa yang ada di wilayah setempat acuh dengan upaya warganya ini.
"Saya sudah coba sampaikan ini ke kepala dusun, sambungkan dengan pihak desa, tapi tidak ada respon. Jadi bagaimana mau jalan, bagaimana mau ada huntap kalau begini kondisinya," ucap Nur.
Begitu juga dengan yang disampaikan Rusmala, warga Desa Sembalun, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur. Pegiat wisata yang tinggal di kaki Gunung Rinjani bagian Timur ini juga mengeluhkan hal senada dengan korban gempa lainnya.
"Belum ada huntap di sini. Tidak tahu kapan dibangun, sejauh ini yang saya lihat warga pada mandiri, ada yang bertahan di dalam tenda, ada juga yang sudah bangun rumahnya sendiri tapi itu lagi, mereka utang," kata Rusmala, yang juga berprofesi sebagai petani kebun stroberi dan kopi di Sembalun.
Pernyataan itu muncul dari sejumlah warga yang ditemui dari lokasi yang terkena dampak gempa Lombok, baik dari wilayah Kabupaten Lombok Barat, Lombok Utara, maupun Lombok Timur.
Seperti pernyataan dari warga Desa Mambalan, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, Apink Alkaff, Minggu, mengatakan belum ada satu pun terlihat upaya pemerintah dalam membangunan huntap di wilayahnya.
"Untuk di wilayah kami, huntap bantuan pemerintah itu belum ada," ujar inisiator komunitas relawan Mata Kali yang mendedikasikan kegiatan kemanusiaannya untuk mendampingi korban gempa di wilayah Lombok Barat bagian Utara tersebut.
Meski demikian, Apink yang telah bergerak bersama kelompok pemuda dari desanya ini membantu korban gempa dengan cara mandiri. Berbagai bantuan para donatur dimanfaatkannya bersama komunitas relawan Mata Kali untuk membangun berbagai fasilitas kebutuhan korban gempa.
"Sekarang kita sedang membangun beberapa masjid di sejumlah titik desa. Jadi tidak hanya di desa kami saja, desa yang ada di sekitaran juga menjadi progres kami menyalurkan bantuan dari donatur," ujarnya.
Sarana belajar mengajar untuk anak-anak sekolah, saluran pipa air bersih, fasilitas mandi, cuci, dan kakus (MCK), maupun hunian sementara, jelasnya banyak yang sudah bisa dimanfaatkan korban gempa.
Berbeda lagi dengan kondisi korban gempa dari Lombok Utara yang tinggal dekat dengan gerbang jalur pendakian menuju kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).
Nur Saad, warga Dusun Senaru, Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Lombok Utara, mengatakan hal yang sama dengan Apink bahwa di desanya belum nampak adanya pembangunan huntap seperti yang dijanjikan pemerintah.
"Belum ada huntap. Bagaimana mau ada, yang jadi syarat pembangunannya saja belum ada, seperti pokmas (kelompok masyarakat) itu belum ada di sini," kata Nur yang berprofesi sebagai pegiat wisata pendakian dari gerbang Senaru.
Padahal sudah ada kontraktor yang menawarkan dirinya untuk membantu korban gempa membangun huntap atau pun fasilitas umum di wilayah setempat.
"Malah kontraktornya siap memberikan sosialisasi huntap yang direncanakan dari pemerintah itu," ujarnya.
Namun kembali lagi, sebutnya aparatur pemerintah desa yang ada di wilayah setempat acuh dengan upaya warganya ini.
"Saya sudah coba sampaikan ini ke kepala dusun, sambungkan dengan pihak desa, tapi tidak ada respon. Jadi bagaimana mau jalan, bagaimana mau ada huntap kalau begini kondisinya," ucap Nur.
Begitu juga dengan yang disampaikan Rusmala, warga Desa Sembalun, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur. Pegiat wisata yang tinggal di kaki Gunung Rinjani bagian Timur ini juga mengeluhkan hal senada dengan korban gempa lainnya.
"Belum ada huntap di sini. Tidak tahu kapan dibangun, sejauh ini yang saya lihat warga pada mandiri, ada yang bertahan di dalam tenda, ada juga yang sudah bangun rumahnya sendiri tapi itu lagi, mereka utang," kata Rusmala, yang juga berprofesi sebagai petani kebun stroberi dan kopi di Sembalun.