Jakarta (ANTARA) - Peneliti Pusat Riset Kependudukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Puji Hastuti merekomendasikan langkah mitigasi berbasis komunitas dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia.

"Caranya dengan mengintegrasikan pengetahuan lokal dan etno-demografi dalam strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim," kata Puji melalui keterangan di Jakarta, Senin.

Puji menjelaskan redistribusi hutan dan lahan secara adil berguna untuk mendukung masyarakat adat dan petani kecil, sekaligus menjaga keanekaragaman hayati dan mitigasi perubahan iklim.

Hal ini, lanjutnya, dapat dilakukan dengan melibatkan penduduk lokal dalam perencanaan dan implementasi restorasi ekosistem berbasis keadilan, khususnya di lahan gambut dan kawasan hutan.

Selanjutnya upaya pengelolaan sumber daya air secara terpadu dengan memastikan distribusi penduduk, kebutuhan air rumah tangga, pertanian, dan industri secara adil juga dapat digalakkan dalam upaya pencegahan karhutla berbasis komunitas.

Baca juga: BRIN menyiapkan program dan platform kolaborasi riset ketenaganukliran

"Juga meningkatkan kapasitas kelembagaan untuk mempromosikan agroforestri sebagai solusi keberlanjutan ekonomi dan lingkungan, serta mengatasi tantangan kependudukan seperti urbanisasi dan migrasi," ujarnya.

Menurut Puji, berbagai metode tersebut melibatkan masyarakat dalam melestarikan spesies kunci dan mengelola kawasan penyangga yang mendukung keseimbangan ekologi dan kebutuhan populasi.

Di samping itu, tujuan dari metode tersebut juga untuk melindungi hak masyarakat adat/penduduk marjinal dalam pengelolaan sumber daya alam dan mendorong keterlibatan penduduk marjinal dalam pengambilan keputusan.

Baca juga: Aspek agama bisa arahkan individu peduli pada lingkungan

Terkait hal tersebut, Peneliti Pusat Riset Kependudukan BRIN Syarifah Aini Dalimunthe menilai terdapat dua faktor yang mempercepat dan memperburuk kerugian akibat bencana.

Pertama, pertumbuhan ekonomi yang terkonsentrasi pada wilayah tertentu. Kedua, perubahan iklim yang mendorong terjadinya dan jatuhnya korban, baik secara ekonomi maupun dari sisi penduduk yang semakin besar.

"Di seluruh dunia polanya sama, wilayah-wilayah pesisir terkonsentrasi oleh penduduk. Padahal secara geologis, seharusnya tidak ditinggali oleh penduduk yang sangat besar, apalagi tidak semua siap menghadapi bencana," ungkapnya.

Meskipun demikian Syarifah menyatakan bencana bisa diantisipasi dengan kesiapan baik di tingkat individu maupun komunitas, jika seluruhnya siap dan siaga bencana.
 


 


Pewarta : Sean Filo Muhamad
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2025