Purwokerto (ANTARA) - Indonesia, sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar di dunia, menghadapi tekanan yang semakin besar dalam memenuhi kebutuhan energi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi. Ketergantungan pada bahan bakar fosil menjadi tantangan serius, mengingat kontribusinya terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca yang mempercepat perubahan iklim. Selain itu, fluktuasi harga minyak global juga memengaruhi stabilitas ekonomi nasional, terutama karena sebagian besar energi yang digunakan masih berasal dari impor. Kondisi ini menuntut transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan untuk mengurangi dampak lingkungan sekaligus memperkuat kemandirian energi negara.

Dalam hal ini, biohidrogen yang dihasilkan dari limbah cair pertanian menjadi salah satu solusi yang menjanjikan. Biohidrogen tidak hanya ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi karbon, tetapi juga berpotensi diproduksi dari sumber daya lokal yang melimpah, seperti limbah industri dan domestik. Indonesia memiliki banyak limbah cair yang dihasilkan dari industri pertanian seperti kelapa sawit, pati singkong, pabrik gula, dan pengolahan makanan. Dengan memanfaatkan limbah ini sebagai bahan baku biohidrogen, Indonesia dapat mengatasi dua masalah sekaligus: mengurangi polusi lingkungan akibat limbah cair dan menyediakan energi bersih untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.

Keunggulan Biohidrogen sebagai Energi Alternatif

Biohidrogen merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang sangat menjanjikan karena sifatnya yang ramah lingkungan dan potensi penerapannya yang luas. Sebagai bahan bakar, hidrogen memiliki keunggulan utama yaitu proses pembakaran yang tidak menghasilkan emisi karbon, hanya menghasilkan uap air sebagai produk sampingan. Keunggulan ini menjadikan biohidrogen sebagai solusi yang relevan dalam upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, termasuk di Indonesia yang telah menetapkan target ambisius untuk menurunkan emisi sebagai bagian dari komitmen dalam Perjanjian Paris. Pemanfaatan biohidrogen secara luas dapat membantu Indonesia mempercepat transisi menuju sistem energi yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Densitas energi yang tinggi menjadi nilai tambah lain dari biohidrogen dibandingkan bahan bakar fosil maupun bahan bakar alternatif lainnya. Hidrogen memiliki energi per satuan berat yang jauh lebih besar, sehingga sangat efisien digunakan untuk aplikasi dengan kebutuhan energi tinggi, seperti transportasi jarak jauh dan pembangkit listrik. Dengan teknologi penyimpanan dan distribusi yang tepat, biohidrogen dapat menjadi bahan bakar utama untuk kendaraan berbasis sel bahan bakar (fuel cell) maupun pembangkit listrik yang efisien dan bersih. Hal ini memberikan peluang besar untuk mendukung pengembangan sektor transportasi ramah lingkungan dan sistem kelistrikan berbasis energi hijau di Indonesia.

Selain itu, biohidrogen juga memiliki fleksibilitas aplikasi yang luas, menjadikannya relevan untuk memenuhi berbagai kebutuhan energi di masa depan. Dalam sektor industri, biohidrogen dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk proses-proses intensif energi, menggantikan bahan bakar fosil yang lebih mencemari. Di sektor domestik, biohidrogen juga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pemanas dan listrik rumah tangga. Dengan demikian, pengembangan biohidrogen tidak hanya mendukung transisi energi nasional, tetapi juga mendorong diversifikasi sumber energi, mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil, dan menciptakan peluang ekonomi baru dalam rantai nilai energi hijau.

Potensi Limbah Cair di Indonesia

Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan biohidrogen berbasis limbah cair, mengingat tingginya volume limbah cair yang dihasilkan dari aktivitas industri, pertanian, dan domestik setiap hari. Negara ini memiliki banyak sektor industri yang menghasilkan limbah cair pertanian kaya bahan organik, seperti industri kelapa sawit, pati singkong, pabrik gula, pengolahan makanan, hingga distilasi minuman. Limbah-limbah ini, yang sering kali menjadi masalah lingkungan karena pengelolaannya yang kurang optimal, justru dapat diubah menjadi sumber energi terbarukan melalui pemanfaatan teknologi biohidrogen. Dengan pendekatan ini, Indonesia tidak hanya dapat mengatasi masalah limbah, tetapi juga menciptakan sumber energi hijau yang berkelanjutan.

Limbah cair dari industri kelapa sawit, misalnya, memiliki kandungan bahan organik yang tinggi seperti minyak, lemak, dan karbohidrat yang sangat cocok untuk digunakan sebagai substrat dalam produksi biohidrogen. Limbah ini dapat diolah melalui berbagai metode seperti fermentasi gelap, fotofementasi, atau teknologi sel elektrolisis mikroba (Microbial Electrolysis Cell, MEC). Proses-proses ini memanfaatkan aktivitas mikroorganisme untuk mengonversi bahan organik dalam limbah menjadi hidrogen. Dengan teknologi yang tepat, limbah cair dari industri-industri besar ini dapat menjadi sumber biohidrogen yang signifikan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional, sekaligus mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah cair pertanian.

Tidak hanya industri besar, limbah cair domestik yang dihasilkan dari rumah tangga dan kawasan urban juga memiliki potensi untuk dimanfaatkan. Dengan urbanisasi yang terus meningkat, volume limbah cair domestik di Indonesia diproyeksikan akan terus bertambah. Jika dikelola dengan baik, limbah ini dapat menjadi solusi alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi terbarukan di tingkat lokal, seperti untuk pembangkit listrik komunitas atau bahan bakar untuk transportasi. Pendekatan ini tidak hanya memberikan manfaat lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat lokal melalui pengembangan sistem pengolahan limbah cair berbasis biohidrogen. Dengan demikian, potensi besar ini dapat menjadi landasan bagi Indonesia untuk mengintegrasikan energi hijau dalam berbagai sektor dan memperkuat transisi menuju ekonomi berkelanjutan.

Manfaat Ganda: Energi Bersih dan Pengolahan Limbah

Pemanfaatan limbah cair pertanian untuk produksi biohidrogen memberikan manfaat ganda yang signifikan, baik dari segi energi maupun lingkungan. Di satu sisi, limbah cair yang melimpah dari berbagai sektor industri dan domestik dapat digunakan sebagai bahan baku murah untuk memproduksi energi terbarukan. Biohidrogen, yang dihasilkan dari proses pengolahan limbah cair, menawarkan solusi hemat biaya karena bahan bakunya tersedia secara melimpah dan tidak memerlukan eksplorasi sumber daya baru. Pendekatan ini tidak hanya mengurangi biaya produksi energi, tetapi juga mendorong efisiensi sumber daya dengan memanfaatkan limbah yang sebelumnya dianggap sebagai masalah lingkungan.

Di sisi lain, pengolahan limbah cair menjadi biohidrogen membantu mengatasi masalah pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah cair yang tidak terolah dengan baik. Limbah cair yang kaya bahan organik sering kali mencemari badan air dan tanah, menyebabkan kerusakan ekosistem serta risiko kesehatan bagi masyarakat. Dengan mengolah limbah ini menjadi biohidrogen, beban pencemaran lingkungan dapat diminimalkan, sehingga membantu menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Proses ini juga berkontribusi pada pengelolaan limbah berkelanjutan, di mana limbah tidak hanya diolah, tetapi juga diubah menjadi produk yang bernilai tambah.

Sebagai contoh nyata, limbah cair dari industri kelapa sawit, yang merupakan salah satu penyumbang limbah pertanian terbesar di Indonesia, memiliki potensi besar untuk diolah menjadi biohidrogen. Limbah cair ini, yang biasanya dihasilkan dalam jumlah besar selama proses produksi minyak sawit, sering kali menjadi sumber pencemaran jika tidak dikelola dengan baik. Dengan teknologi biohidrogen, limbah ini dapat diubah menjadi energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan kembali oleh industri kelapa sawit untuk kebutuhan operasional mereka, seperti pembangkitan listrik atau bahan bakar untuk transportasi. Selain itu, energi yang dihasilkan juga dapat dijual ke pasar energi, menciptakan peluang ekonomi tambahan bagi industri tersebut. Pendekatan ini menunjukkan bagaimana pemanfaatan limbah cair tidak hanya memberikan solusi lingkungan, tetapi juga mendukung kemandirian energi nasional.

Solusi Hilirisasi Biohidrogen di Indonesia

Hilirisasi biohidrogen di Indonesia merupakan langkah strategis untuk mengoptimalkan potensi energi terbarukan berbasis limbah cair, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis energi hijau. Untuk mewujudkan hal ini, diperlukan pendekatan terpadu yang mencakup pengembangan teknologi, penguatan infrastruktur, dan penyelarasan kebijakan nasional. Beberapa solusi hilirisasi yang dapat diterapkan adalah:

1. Pengembangan Teknologi Produksi dan Pemurnian Biohidrogen

Investasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi produksi biohidrogen yang efisien, seperti fermentasi gelap, fotofementasi, dan teknologi sel elektrolisis mikroba, menjadi langkah awal yang penting. Selain itu, teknologi pemurnian biohidrogen juga harus ditingkatkan untuk menghasilkan hidrogen berkualitas tinggi yang dapat langsung digunakan dalam berbagai aplikasi hilir, seperti sel bahan bakar (fuel cells) untuk transportasi atau pembangkit listrik. Dengan teknologi yang lebih efisien dan terjangkau, biohidrogen dapat bersaing dengan sumber energi konvensional.

2. Pengintegrasian dengan Kawasan Industri Strategis

Fasilitas produksi biohidrogen perlu diintegrasikan dengan kawasan industri strategis, terutama yang menghasilkan limbah cair dalam jumlah besar seperti industri kelapa sawit, pati singkong, dan pabrik gula. Integrasi ini tidak hanya mengurangi biaya logistik bahan baku tetapi juga memungkinkan energi yang dihasilkan digunakan secara langsung oleh industri tersebut. Selain itu, kawasan industri dapat dijadikan model percontohan dalam penerapan teknologi biohidrogen secara terintegrasi, termasuk pemanfaatan limbah sebagai sumber energi untuk mengurangi jejak karbon.

3. Pengembangan Pasar Hilir Biohidrogen

Hilirisasi biohidrogen memerlukan diversifikasi aplikasi di berbagai sektor, seperti transportasi, pembangkit listrik, dan industri. Untuk sektor transportasi, perlu dikembangkan infrastruktur pengisian bahan bakar hidrogen (hydrogen refueling stations) di kawasan urban dan jalur transportasi utama. Di sektor pembangkit listrik, biohidrogen dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit berbasis sel bahan bakar skala besar atau kecil yang dapat diterapkan di wilayah terpencil. Selain itu, industri berat yang memerlukan bahan bakar dengan densitas energi tinggi juga dapat menjadi pasar potensial bagi biohidrogen.

4. Kemitraan dan Model Bisnis Berbasis Ekomoni Sirkular

Hilirisasi biohidrogen dapat diintegrasikan dalam model ekonomi sirkular, di mana limbah cair diolah menjadi biohidrogen yang kemudian dimanfaatkan untuk kebutuhan energi lokal atau dijual sebagai produk bernilai tambah. Kemitraan antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat lokal sangat penting untuk membangun ekosistem yang mendukung. Pemerintah dapat memberikan insentif untuk mendorong investasi, sementara sektor swasta berperan dalam penyediaan teknologi dan modal.

5. Peningkatan Kesadaran dan Dukungan Publik

Dukungan publik adalah kunci keberhasilan hilirisasi biohidrogen. Kampanye edukasi yang menyoroti manfaat biohidrogen dalam menciptakan energi bersih, mengurangi pencemaran, dan membuka peluang ekonomi perlu digencarkan. Selain itu, keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan limbah cair dan produksi biohidrogen akan meningkatkan penerimaan dan keberlanjutan proyek.

Langkah-langkah strategis hilirisasi biohidrogen ini tidak hanya akan mendorong Indonesia menjadi pemain utama dalam energi hijau global, tetapi juga menciptakan solusi berkelanjutan untuk pengelolaan limbah cair dan ketahanan energi nasional.

Kesimpulan

Dengan potensi yang ada, biohidrogen berbasis limbah cair pertanian dapat menjadi solusi energi terbarukan yang tidak hanya relevan untuk kebutuhan energi domestik, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia di pasar energi hijau global. Mengintegrasikan pendekatan ini dalam strategi transisi energi nasional akan memberikan dampak positif jangka panjang bagi ekonomi, lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Sudah saatnya Indonesia tidak hanya melihat limbah sebagai masalah, tetapi juga sebagai peluang emas untuk menciptakan energi bersih yang mendukung keberlanjutan. Semoga inovasi ini dapat menjadi salah satu tonggak transformasi energi menuju masa depan yang lebih hijau menuju Indonesia Emas 2045.


*) Penulis adalah Dosen Bidang Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan, Universitas Jenderal Soedirman


Pewarta : Ropiudin *)
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024