Bima (ANTARA) - Sebanyak 183 warga pendatang dari Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) dievakuasi ke kantor Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Bima pasca insiden kerusuhan yang terjadi di Pasar Tente, Rabu (15/1) malam.

"Mereka dievakuasi setelah sebelumnya diungsikan di Polsek Woha akibat kerusuhan yang terjadi di Pasar Raya Tente," kata Kabag Prokopim Setda Kabupaten Bima Suryadin dalam keterangan tertulisnya, Kamis.

Dikatakannya, kerusuhan tersebut diduga buntut dari kasus pelecehan seksual yang dilakukan salah seorang warga Sumba kepada pengunjung pasar.

"Pemerintah Kabupaten Bima bersama dengan Muspika Kecamatan Woha dan aparat keamanan bahu membahu melakukan penanganan terpadu pasca insiden itu," jelasnya.

"Penanganan secara terpadu dilakukan untuk memastikan keselamatan, memberikan akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan, pangan, dan kebutuhan dasar lainnya dan memastikan kehidupan warga dapat kembali berangsur normal sebagaimana biasanya," sambung Suryadin.

Sebagai bagian dari upaya perlindungan dan pemulihan, lanjutnya, warga yang terdampak konflik sosial ini juga telah diungsikan sementara dan dibangun tenda halaman kantor Dinas Sosial Kabupaten Bima.

"Dinas Sosial juga melakukan koordinasi pembuatan dapur umum lapangan," tandasnya.

Lebih lanjut, ia memaparkan, dukungan lain yakni Dinas Kesehatan terus berkoordinasi dengan instansi terkait untuk memastikan penanganan kesehatan yang optimal bagi warga yang terdampak melalui pelayanan kesehatan kepada warga terdampak.

Selain itu, upaya untuk mendukung pemulihan kondisi psikososial masyarakat yang terdampak juga terus dilakukan. Tim tanggap darurat bencana BPBD menyiapkan air bersih, logistik tanggap bencana dan trauma healing.

"Jaminan dan dukungan keamanan pun diberikan, berdasarkan hasil rapat koordinasi Muspika Kecamatan Woha (Camat, Danramil dan Kapolsek)," terangnya.

Sementara itu, Kalak BPBD Kabupaten Bima Isyrah menjelaskan, warga yang terdiri anak-anak, remaja dan orang tua tersebut terpaksa diungsikan karena ruang penampungan di Mapolsek tidak memadai.

"Rinciannya, sebanyak 103 orang dievakuasi ke kantor Dinsos Bima, dan 80 orang diungsikan di Mapolres Bima," ungkapnya.

Menurutnya, di dua lokasi pengungsian telah dibangun posko bagi warga yang ketakutan akan adanya aksi susulan dari warga dan keluarga korban pelecehan seksual di Bima.

"Untuk keperluan makan dan minum para pengungsi dipastikan aman. Kebutuhan tersebut ditanggung sepenuhnya pemerintah dan ada juga swadaya dari pihak terkait," jelas Isyrah.

Sebelumnya, sekelompok warga di Desa Tente, Kecamatan Woha, membakar sejumlah kendaraan roda dua milik warga asal Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Peristiwa itu terjadi di komplek Pasar Raya Tente, Kecamatan Woha pada Rabu (15/1/2025) sekitar pukul 10.00 wita.


Pewarta : Ady Ardiansah
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2025