. (ANTARA) - Mataram (Antaranews NTB) - Aksi Cepat Tanggap dan Masyarakat Relawan Indonesia (ACT-MRI) akan melakukan "fogging" atau pengasapan menggunakan bahan kimia di sejumlah sekolah dan masjid serta beberapa wilayah terpapar demam berdarah dengue (DBD) di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.
"Kami akan segera melaksanakan fogging. Saat ini sedang dalam pembahasan bersama anggota kluster medis ACT-MRI yang beranggotakan ahli gizi, perawat dan dokter," kata Humanity Program ACT NTB, Muhammad Romi Saefudin, di Mataram, Kamis.
Data Dinas Kesehatan Kota Mataram, tercatat sebanyak 170 kasus DBD dilaporkan seluruh rumah sakit di ibu kota Provinsi NTB itu hingga 25 Februari 2019. Sebanyak 107 di antaranya dinyatakan positif, sisanya masih dalam dugaan.
Satu warga Kelurahan Babakan, Kecamatan Sandubaya, yang menderita DBD meninggal dunia.
Romi menjelaskan tujuan pengasapan menggunakan bahan kimia untuk mencegah semakin berkembangnya nyamuk aedes aegypti yang merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengeu penyebab penyakit DBD.
Selain itu, untuk membuka ruang koordinasi dengan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan Dinas Kesehatan Kota Mataram tentang upaya bersama mengedukasi masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan.
"Fogging tersebut juga menjadi ajang promosi kesehatan oleh tim ACT-MRI kepada masyarakat, meskipun sebenarnya sudah ada juru pemantau jentik," ujarnya.
Romi mengatakan pelaksanaan pengasapan akan melibatkan anggota Divisi Disaster Emergency Response. Mereka akan berkoordinasi dengan pihak puskesmas yang menjadi titik pengasapan.
Sasarannya adalah 14 sekolah sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dan 10 masjid. Semuanya tersebar di beberapa kelurahan di Kota Mataram. Sedangkan wilayah terpapar DBD yang menjadi sasaran adalah Kecamatan Sandubaya.
"Tidak seluruh wilayah Kota Mataram menjadi sasaran fogging ACT-MRI. Hanya beberapa titik yang terpapar demam berdarah saja," ujar Romi.
Menurut dia, tindakan pengasapan menggunakan bahan kimia merupakan upaya tahap kedua. Sebelumnya, tim kluster medis ACT-MRI sudah mengadakan fokus group diskusi tentang upaya pencegahan demam berdarah bersama masyarakat dan pihak terkait di Kota Mataram.
Selain membantu Pemerintah Kota Mataram mencegah merebaknya demam berdarah, ACT-MRI NTB juga sudah membantu Pemerintah Kabupaten Lombok Barat mengatasi wabah malaria yang menjadi kejadian luar biasa pada September atau pascagempa bumi yang terjadi pada Agustus 2018.
Romi mengatakan pihaknya membagikan sebanyak 2.000 lembar kelambu anti malaria kepada warga di Dusun Apit Aik, Kecamatan Batulayar.
Ada juga fasilitas layanan jemput bola yang disiapkan berupa mobil sosial rescue untuk penanganan warga yang sangat membutuhkan bantuan dalam waktu segera.
"Salah satu yang sudah kami tangani dengan fasilitas tersebut adalah warga Narmada yang menderita tumor di bagian wajah. Sekarang sedang dirawat di Rumah Sakit Sanglah Denpasar," kata Romi.
"Kami akan segera melaksanakan fogging. Saat ini sedang dalam pembahasan bersama anggota kluster medis ACT-MRI yang beranggotakan ahli gizi, perawat dan dokter," kata Humanity Program ACT NTB, Muhammad Romi Saefudin, di Mataram, Kamis.
Data Dinas Kesehatan Kota Mataram, tercatat sebanyak 170 kasus DBD dilaporkan seluruh rumah sakit di ibu kota Provinsi NTB itu hingga 25 Februari 2019. Sebanyak 107 di antaranya dinyatakan positif, sisanya masih dalam dugaan.
Satu warga Kelurahan Babakan, Kecamatan Sandubaya, yang menderita DBD meninggal dunia.
Romi menjelaskan tujuan pengasapan menggunakan bahan kimia untuk mencegah semakin berkembangnya nyamuk aedes aegypti yang merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengeu penyebab penyakit DBD.
Selain itu, untuk membuka ruang koordinasi dengan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan Dinas Kesehatan Kota Mataram tentang upaya bersama mengedukasi masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan.
"Fogging tersebut juga menjadi ajang promosi kesehatan oleh tim ACT-MRI kepada masyarakat, meskipun sebenarnya sudah ada juru pemantau jentik," ujarnya.
Romi mengatakan pelaksanaan pengasapan akan melibatkan anggota Divisi Disaster Emergency Response. Mereka akan berkoordinasi dengan pihak puskesmas yang menjadi titik pengasapan.
Sasarannya adalah 14 sekolah sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dan 10 masjid. Semuanya tersebar di beberapa kelurahan di Kota Mataram. Sedangkan wilayah terpapar DBD yang menjadi sasaran adalah Kecamatan Sandubaya.
"Tidak seluruh wilayah Kota Mataram menjadi sasaran fogging ACT-MRI. Hanya beberapa titik yang terpapar demam berdarah saja," ujar Romi.
Menurut dia, tindakan pengasapan menggunakan bahan kimia merupakan upaya tahap kedua. Sebelumnya, tim kluster medis ACT-MRI sudah mengadakan fokus group diskusi tentang upaya pencegahan demam berdarah bersama masyarakat dan pihak terkait di Kota Mataram.
Selain membantu Pemerintah Kota Mataram mencegah merebaknya demam berdarah, ACT-MRI NTB juga sudah membantu Pemerintah Kabupaten Lombok Barat mengatasi wabah malaria yang menjadi kejadian luar biasa pada September atau pascagempa bumi yang terjadi pada Agustus 2018.
Romi mengatakan pihaknya membagikan sebanyak 2.000 lembar kelambu anti malaria kepada warga di Dusun Apit Aik, Kecamatan Batulayar.
Ada juga fasilitas layanan jemput bola yang disiapkan berupa mobil sosial rescue untuk penanganan warga yang sangat membutuhkan bantuan dalam waktu segera.
"Salah satu yang sudah kami tangani dengan fasilitas tersebut adalah warga Narmada yang menderita tumor di bagian wajah. Sekarang sedang dirawat di Rumah Sakit Sanglah Denpasar," kata Romi.