Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), melalui Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB) menyebut faktor sanitasi dan lingkungan menjadi salah satu pemicu kasus stunting sehingga perlu penanganan dengan kolaborasi.
"Kolaborasi dalam penanganan stunting sangat penting, karena tidak bisa kami lakukan penanganan sendiri, tapi harus dilakukan kolaborasi dengan semua pihak," kata Kepala DP2KB Kota Mataram HM Carnoto di Mataram, Senin.
Menurut data, katanya, dari 6,7 persen atau 1.514 kasus stunting di enam kecamatan se-Kota Mataram saat ini paling banyak ada di Kecamatan Sekarbela.
Kasus stunting di Kecamatan Sekarbela pada awalnya mencapai sekitar 20 persen, sementara kecamatan lain sudah di bawah 10 persen. Tapi sekarang, kata dia, kasus di Sekarbela sudah mulai mengejar menjadi hampir satu digit.
Baca juga: Forum GenRe berperan bantu identifikasi kasus sunting di Mataram
Faktor lingkungan di Kecamatan Sekarbela, lanjut dia, memegang peranan terhadap kasus stunting, seperti perilaku Buang Air Besar (BAB) sembarangan, bahkan ada juga yang mandi di tempat yang tidak higienis.
"Terkait dengan itu, untuk penanganan stunting di Kecamatan Sekarbela perlu dilakukan pendekatan dan intervensi semua pihak," katanya.
Kondisi lingkungan di Kecamatan Sekarbela itu diakui Plt Camat Sekarbela Cahya Samudra. Bahkan selain kondisi lingkungan yang padat, faktor yang berkontribusi terhadap tingginya angka stunting di Sekarbela juga masih adanya pernikahan dini.
"Masih ada anak-anak lahir dari orang tua yang di bawah umur," katanya.
Baca juga: Dinkes Mataram perkuat konvergensi dengan pihak lain turunkan stunting
Faktor-faktor itu, lanjutnya, menjadi bagian kendala pihak kecamatan melakukan percepatan penanganan stunting. Untuk pihaknya kini melakukan pendekatan dari pintu ke pintu dan mengajak warga rajin mendatangi posyandu.
Upaya itu dilakukan, kata dia, karena posyandu menjadi salah satu instrumen penting bagi pemerintah untuk memantau dan mengevaluasi tingkat kesehatan masyarakat.
"Melalui kader-kader, kami tetap mendorong agar masyarakat tidak malas membawa anak ke posyandu," kata Cahya Samudra.
Selain itu Dinas Kesehatan (Dikes) secara berkala juga menyalurkan bantuan berupa telur dan susu bagi warga yang lolos skrining dan bantuan dari kecamatan berupa makanan tambahan sebagai salah satu upaya pencegahan.
"Harapannya, tahun ini angka stunting di Sekarbela bisa sesuai harapan dan ikut berkontribusi mencapai target lima persen yang ditetapkan Pemkot Mataram," katanya.
Baca juga: Program Genting digencarkan di Mataram guna turunkan angka stunting
Baca juga: DP2KB pantau distribusi MBG ibu hamil dan balita stunting di Mataram
Baca juga: Dinkes Mataram uji coba lingkungan nol stunting