Mataram (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memperkuat konvergensi dengan berbagai pihak untuk mencapai penurunan angka stunting sesuai target yang ditetapkan tahun 2025 sebesar 5 persen.
"Berdasarkan elektronik pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM) terakhir bulan Juni, angka stunting di Kota Mataram sebesar 6,7 persen atau 1.514 kasus," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram Emirald Isfihan di Mataram, Jumat.
Angka kasus stunting di Kota Mataram sebesar 6,7 persen itu, sudah mengalami penurunan dari angka sebelumnya 7,6 persen atau sekitar 1.900 kasus balita stunting.
Baca juga: Program Genting digencarkan di Mataram guna turunkan angka stunting
Untuk mencapai target angka stunting 5 persen tahun 2025, katanya, upaya konvergensi dinilai penting dan mendasar, sebab kasus stunting dipicu banyak faktor, bukan hanya masalah kurang asupan dan kesehatan, juga faktor ekonomi, pola asuh, dan lingkungan.
Melalui upaya konvergensi, penanganan stunting dapat dilakukan dengan pendekatan mencakup intervensi gizi spesifik dan sensitif, serta partisipasi aktif dari berbagai pihak untuk memastikan program gizi dapat diakses secara efektif oleh keluarga sasaran.
Baca juga: Program GATI digencarkan di Mataram guna turunkan kasus stunting
Dinas Kesehatan, kata Emirald, sesuai dengan perannya melakukan penanganan dengan pendekatan spesifik, antara lain melalui program pemberian makanan tambahan, susu, dan suplemen tinggi protein.
Pemberian suplemen tambahan itu untuk mempercepat lagi tumbuh kembang anak sekaligus solusi untuk anak-anak stunting yang orang tuanya mengaku kesulitan memberikan anak mereka makan.
Meskipun dipaksa, anak-anak yang dengan karakter tertentu ada yang tidak mau makan sama sekali kendati dalam jumlah sedikit.
"Karena itu, kami memberikan mereka suplemen yang memiliki varian rasa di sukai anak-anak agar mereka mau makan," katanya.
Baca juga: DP2KB pantau distribusi MBG ibu hamil dan balita stunting di Mataram
Dari hasil evaluasi, katanya, dengan pemberian suplemen tambahan tersebut, upaya penanganan stunting yang biasa dilakukan 3 bulan berkurang menjadi 2 bulan sudah bisa terlihat hasil.
Selain itu, katanya, program orang tua asuh untuk balita stunting hingga kini juga masih berjalan. Program tersebut, termasuk bagian dari konvergensi penanganan stunting dengan pihak-pihak terkait, baik dari lembaga pemerintah maupun swasta.
Sedangkan terkait dengan penanganan stunting melalui pendekatan sensitif, lanjut Emirald, dilakukan upaya-upaya pencegahan dari hulu melalui Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB), PKK, Dharma Wanita, serta organisasi perempuan lainnya, terus dilakukan guna mencegah ada kasus baru.
Upaya pencegahan dari hulu dilakukan dengan edukasi kesehatan remaja dan penanganan ibu hamil, serta intervensi gizi dan pemantauan tumbuh kembang anak.
"Kami berharap, upaya ini terus dilaksanakan guna mencapai target 5 persen penurunan stunting tahun 2025," katanya.
Baca juga: Dinkes Mataram uji coba lingkungan nol stunting
Baca juga: Angka stunting di Mataram turun jadi 6,7 persen